September Trip: Goes to Cirebon

Bingung memulainya dari mana, soalnya biasa, kalau catatan perjalanan after kejadian, pasti banyak gagalnya. Catatan ini saya tulis ketika sedang melakukan perjalanan goes to Cirebon, September Trip. Seperti peribahasa, "sambil menyelam minum air".


Cirebon - Jakarta atau sebaliknya itu bukan jarak yang jauh, tapi untuk menempuhnya dengan kendaraan pribadi harus memakan waktu yang cukup lama. Terutama ya saat berangkat keluar Jakarta.


Jengkel dan kesal campur aduk rasanya. Bagaimana tidak, keluar dari ibukota jadi pekerjaan yang membuang waktu. Mau berangkat malam atau tengah malam hasilnya sama. Traffic di ruas keluar Jakarta itu jadi lokasi kemacetan. Banyak hal sih yang jadi penyebab kemacetan, proyek infrastruktur jadi yang utama.

Terkadang mikir dan heran dengan penduduk sekitar Bekasi, Cikarang, Karawang yang bekerja setiap hari di Jakarta, setiap hari mereka harus disiksa di jalanan yang sama. Saya saja yang sesekali rasain macet, rasanya pengen keluarin "kamehameha" di sana.

Herannya lagi itu iklan-iklan properti yang menawarkan hunian di daerah tersebut, apa tidak malu menawarkan hunian yang pada akhirnya membuat penghuninya tersiksa setiap harinya di jalur ini. Lucu, kalau lihat iklan-iklan yang terpasang di jembatan JPO yang ada di jalan tol. Saya yang lihat dan mengalami macet begini yang jarang-jarang saja muak.

Cukup dulu pembukanya, melampiaskan kekesalan berjam-jam buang waktu di jalur "setan". Catatan ini akan diposting berdasarkan tanggal perjalanan.


7 September 2018
Saya mengawali perjalanan dari Jakarta sekitar pukul 21:10. Ya saya menunggu berakhirnya sesi ganjen, karena kebetulan hari ganjil dan mobil saya genap. Start dari McD Taman Alfa. Menuju ke GT Semanggi I sih lancar jaya, hanya pas setelah masuk tol dalam kota, udah tuh disambut namanya macet.

Hanya saja menurut saya macetnya masih lebih baik di sini daripada saya kalau lewat toll jorr. Suasana macet ini berlanjut kombinasi hingga kilometer 57. Penyebabnya proyek infrastruktur pemasangan glider dan penyempitan jalur karenanya.


8 September 2018
Tidak disangka, ternyata perjalanan sudah lewat hari, dan apa? Saya masih berada di tempat yang 'sama', yaitu di tol Jabodetabek juga. Akhirnya karena lelah, ngantuk juga, lapar juga, saya niatkan berhenti di rest area kilometer berapa saya lupa, sudah niat masuk, eh tidak ada lahan parkir, akhirnya saya lanjutkan perjalanan dan saya akhirnya terdampar di rest area km 57.

Sampai di rest area ini pun cari parkir saja susah, akhirnya saya parkirkan saja kendaraan di depan kendaraan lain, lalu saya tidur. Untungnya selama saya tidur tidak terganggu kendaraan pindah atau pergi, pas saya terbangun baru kendaraan yang saya halangin itu mau keluar,  aru deh saya geser. Setelah itu saya baru dapat lokasi parkir stragegis.


Bangun tidur, lapar plus pengen buang air kecil juga. Akhirnya saya jalan-jalan keluar dan mampir di restoran cepat saji, isi perut.


Kalau liat menunya sih, mana kenyang ya. Ya sudahlah, yang penting terisi ya. Banyak pilihan padahal, tapi kenapa saya pilih yang ini. Mungkin faktor lelah.

Setelah makan, agak kenyang, saya cari kamar kecil untuk buang air lalu kembali ke mobil untuk melanjutkan perjalanan. Tak lupa saya siapkan bekal siapa tahu lapar di perjalanan. Toh kalau lihat maps saya belum ada setengah perjalanan, padahal waktu yang dihabiskan sudah cukup banyak.


Habis makan saya langsung deh tancap gas. Kebetulan setelah kilometer ini, perjalanan cukup lancar, meski akhirnya ketemu macet lagi. Sampai akhirnya perut mules dan mata mulai ngantuk, akhirnya saya berhenti lagi di rest area  km 102. Di sana saya menyempatkan untuk buang air besar, pas lihat jam sudah jam 5 pagi. Hmm, ngantuk juga akhirnya saya putuskan untuk memejamkan mata 30 menit.

Semburat matahari pagi membangunkan. Kemudian saya kembali melanjutkan perjalanan menghabiskan sisa kilometer yang tersisa.


Akhirnya sekitar pukul 07:15, tibalah saya di rumah. Cella menyambut dengan girang, dia tahu sanak keluarganya datang, kegirangan sekali sampai dia bingung mengekspresikan rasa kangennya. Untung saya bawa snack sosis dan makanan kesukaannya daging kemasan.


Suasana pagi di rumah saya nikmati sambil rebahan, sembari berbincang dengan my mom + babeh soal perjalanan semalaman sekalian ngeteh jeruk anget.

Menjelang jam 8 an, saya mandi deh, siap-siap antar my mom ke pasar. Soalnya Minggu sore akan ada acara doa arwah. Jadi, ke pasar itu beli kebutuhan untuk masak-masak acara nanti. Jadi agenda saya pagi hingga siang nanti adalah jadi supir menghantar sana-sini. Dari pasar tradisional sampai pasar modern. Kalau pasar tradisional pastinya Pasar Jagasatru soalnya di sini yang jual bahan kebutuhan pokok relatif murah. Kalau pasar modernnya ya Superindo.



Di Superindo saya beruntung menemukan Potato Bee rasa salt egg. Itu snack saya cari di Jakarta tidak ketemu, ternyata yang jual di Superindo. Itu pun ketemu tidak sengaja.


Setelah selesai belanja, baru kita pulang. Dan siang itu saya bisa istirahat, tidur sejenak membayar hutang tidur semalam yang kurang selama perjalanan. Soalnya sore acaranya ke gereja.

Menu makan siang, Kuah Asam, #mantab

Pulang gereja ya tidak ada acara lain, tadi mau nonton bioskop, sekalian malam minggu dengan adik, tapi dipikir lagi, ah besok saja, toh saya pun butuh istirahat. Mengakhiri hari ini dengan istirahat lebih penting, sekalian membayar hutang tidur perjalanan semalam hingga pagi. Akhirnya, rencana nonton saya lakukan esok, malam ini pesan tiket dulu dong. Sekalian manfaatin promo dan voucer dari Tix ID.


9 September 2008
Minggu pagi, saya bangun jam 6 lewat, padahal sih /5 sudah bangun, tapi masih ngantuk, jadi ya lanjut tidur deh.

Agenda hari ini adalah nyekar ke makam kakaknya babeh yang beberapa waktu meninggal karena sakit berat, sekalian juga nyekar ke makam istrinya, kebetulan mereka dimakamkan satu liang lahat. Kami pergi berempat, ya sekalian jalan-jalan juga.


Dari makam, kami lanjut kunjung ke rumah almarhum, sekalian ucap belasungkawa ke anaknya, statusnya ya kakak sih kalau saya memanggil. Keluarga saya sih sudah datang waktu doa arwah sejak hari meninggal. Hanya saya yang baru bisa kunjung hari ini.

Setelah itu kami lanjut ke tempat penjual bunga, mama minta diantar beli bunga hidup untuk persiapan acara doa arwah nanti sore. Ya berhubung Cirebon itu kota kecil, cari toko bunga lengkap macam di Rawa Belong itu  tidak ada. Jadi yang dibutuhkan tidak terpenuhi deh. Akhirnya kami pun pulang. Soalnya, siangnya saya dan adik mau nonton, itu tuh film horor yang lagi rame diawal September ini, The Nun.


Sambil menunggu waktu nonton, mama masak ayam geprek, iya ala-ala mama lah pokoknya. My mom itu, sudah seperti pahlawan deh, apa saja bisa, ya terutama soal masakan. Jadi, kalau di rumah ya bikin males jajan, karena di rumah juga bisa, ya dengan rasa ala rumahlah. Bahagia itu sedehana memang, gak perlu jajan untuk ngerasain bahagia.

Baca juga: The Nun

Saya nyaris lupa bahwa hari ini adalah minggu. Saya pikir ini hari biasa, ya Sabtu atau Jumat gitu. Niatnya sepulang nonton itu mau ke GOR Bima, mau ajarin adik nyetir mobil. Eh, ternyata karena akhir pekan, di sini lagi ramai, gagal deh buat latihan mobilnya. Ya sudah, akhirnya kami pun pulang.

Sore hingga malam saya hanya di rumah, tidak kemana-mana, ya paling cuma jajan martabak manis kesayangan saya, Martabak Queen, yang sekarang harganya sudah 31K per porsinya. Sambil saya asyik utak-atik catatan blog saya ini.

Gak sangka sudah malam saja, mikir, besok itu Senin, waktu berjalan koq cepat sekali ya. Meskipun saya sudah cuti, tapi ada rasa bagaimana gitu jika Minggu sudah hampir berakhir dan esoknya adalah Senin hari kerja, padahal besoknya ya libur lagi.

Tapi karena saya posisi sedang berlibur, hari akhir menjelang selesainya liburan itu jadi masa yang bikin hati itu gimana gitu, rasanya waktu inginnya dilambat-lambatin.


10 September 2018
Senin pun tiba. Pagi ini agenda saya tidak kemana-mana sih. Tapi mama minta anterin buat dropping beras ke langganannya. Ya tentunya dengan senang hati, supir pribadi menghantar.

Siang saya tidak kemana-mana, saya sibuk di depan laptop sambil mencatatkan catatan saya dan editing beberapa catatan lain. Lelah, ya saya pun tidur siang, menikmati panasnya tidur siang di Cirebon.

Wuiaaaaaah, puanase pooool. Cirebon memang gila, panasnya menembus batas. Mungkin karena rumah saya ini masih asli, dan bangunan lama yang masih berasbes, jadi radiasi panas matahari itu tembus sampai ke dalam. Sampai-sampai kasur yang saya tiduri jadi ikutan panas. Mau tidak mau, kipas angin mesti non stop nyala.


Menjelang sore mama ngajakin jalan, minta temenin ke Giant dan CSB, mau cari tempat penyimpanan untuk bahan makanan gitu. Sambil refreshing juga si.


Kami jalan tidak sampai malam sih, selepas magrib kami sudah ada di rumah lagi. Lihat mobil kotor, akhirnya malam-malam saya dibantu adik cuci mobil, soalnya kalau cuci siang atau pagi itu panasnya sunggh menyiksa sekali. Hanya malam yang bersahabat, dan jalanan pun lebih sepi. Maklum, kita cuci di pinggir jalan, karena tidak ada lahan buat parkir. Namanya nyuci malam, ya jadi ada saja kotoran yang luput terbersihkan. Tapi lumayan, mobil jadi kinclong dan kinyis-kinyis.

Kebetulan malam ini, malam satu syuro. Tapi, ya karena bukan hari spesial, ya malam ini berlalu begitu saja. Hanya saja, si bungsu, Cella nampak tidak nyaman, entahlah mungkin dia merasakan ada pergerakan makluk astral. Kalau saya sih tidak ambil pusing dengan 'mereka'. Yang pasti, semua tetap baik-baik saja.


Malam ini saya tidur lewat tengah malam, maklum sambil catat-mencatat, sambil ditemani coklat panas. Ya, bahagia itu sederhana sih.


11 September 2018
Pagi pun tiba, pagi ini saya bangun seperti biasa, jam 6 an. Mama nampak sedang sibuk menyiapkan bekal untuk perjalanan pulang saya nanti siang menjelang sore. Pagi ini saya sibuk kontak dengan sahabat SD saya, lama tak jumpa dia ingin bertandang ke rumah.

Agenda pagi ini sebelum pulang, mama ajak cari oleh-oleh, dan setelah saya mandi dan siap-siap kami pun berangkat. Sekalian isi bahan bakar juga, persiapan semua.

Menjelang berangkat, sahabat kecil saya tandang ke rumah, ya bincang-bincang nostalgia masa lalu. Dia tidak banyak berubah, masih sama seperti dulu yang saya kenal.

Sekitar pukul 14:30 saya mulai bersiap, masukan ransum ke dalam mobil, barang yang perlu dibawa saya masukan ke dalam mobil. Sekitar pukul 15:00 saya start berangkat dari rumah.

Perjalanan lancar jaya, ya macet ketemu tapi tidak begitu parah lah, saking lancarnya itu sekitar pukul 18:30 sudah masuk Jakarta. Sempat juga istirahat makan di rest area km. Indikator bahan bakar juga hanya hilang dua bar saja, ini baru perjalanan yang sesungguhnya. Jadi kan tidak perlu mengeluarkan "kamehameha" atau menjentikan jari buat musnahin separuh populasi manusia.

Sampai di kos, angkat barang ke kamar, langsung saya rebahan dan istirahat. Besok sudah harus kembali ke aktivitas rutin lagi. Libur telah usai, back to work. Terima kasih Tuhan sudah melindungi perjalanan saya, berangkat hingga kembali dengan selamat. Terima kasih juga buat orang rumah.

Sekian catatan perjalanan saya, berkendara sendiri, menikmati libur dihari terjepit. Mudah-mudahan, lain waktu bisa liburan lagi dengan suasana berbeda. -cpr-


Ringkasan:
Total jarak tempuh: 315 kilometer
Rute: Jakarta - Cirebon - Depok
Biaya BBM: 350K (masih sisa 6 bar)
BBM: Pertalite
Mobil: Datsun Go

Posting Komentar

0 Komentar