Mencari Tahu, Kisah Nyata yang Terjadi dari Film The Siege of JadotVille (2016)

Saya selalu senang dengan film² yang dibuat atau diambil atau based on true story. Film² yang diambil dari kisah nyata, dan ada sejarah nyata yang terjadi itu sangat saya sukai.

Why?

Ilustrasi, veteran pasukan perdamaian PBB, misi Jadotville. Gambar diambil dari Google

Karena film itu membawa saya yang menonton seperti merewind apa nya terjadi kala itu dari kacamata 'tuhan', yang bisa melihat semuanya secara nyata. Yang pastinya tidak bisa dilihat orang² pada saat kejadian itu terjadi. Siapa salah, siapa benar, siapa netral, seperti apa modusnya, prosesnya, dan segala macamnya yang terjadi saat itu.

Memang soal film banyak hal lain yang dimasukan ke dalam film tersebut yang bisa saja menyelewengkan kisah sejarah, karena kembali lagi menampilkan hal objektif sesuai fakta terkadang sulit.

Belum lagi sejarah itu tidak melulu objektif karena selalu ada yang berusaha menutup-nutupi untuk melindungi kepentingan tertentu.

Saya sangat menekankan sejarah karena mayoritas keyakinan memang hidup berdasarkan sejarah yang absurd, sejarah yang dikarang, sejarah yang dipilih dan dibuat, sejarah yang aneh. Dimana yang lahir belakangan bisa mengklaim keyakinan sejarah yang lampau, itu kenapa saya sangat senang pada hal² yang berbau sejarah, karena itu penting agar tidak mudah percaya pada keyakinan² yang salah.


Kebetulan pas lagi nonton film The Siege of Jadotville (2016), saya jadi penasaran dengan kisah sejarah yang nyata terjadi itu seperti apa sih. Saya lalu berusaha mengumpulkan informasi mengenai sejarah pertempuran di Jadotville ini.

Film ini mengisahkan perjuangan tentara perdamaian PBB yang berasal dari Irlandia, yang ditugaskan di daerah Kongo, untuk menetralkan pengaruh pihak² yang berusaha menguasai wilayah penting penghasil tambang dari pihak² yang mencari keuntungan. 

Prajurit yang hanya sebanyak 156 orang itu harus bertahan dari gempuran² tentara atau prajurit campuran antara tentara bayaran, tentara pemberontak dan warga lokal.

Menariknya dalam film tersebut diceritakan bahwa Sekjen PBB ke-2 tewas dalam perjalanan pesawat menuju daerah konflik tersebut. Difilm tersebut, dikisahkan pesawat jatuh oleh karena serangan dari milisi yang berkonflik di sana.

Prajurit perdamaian PBB asal Irlandia ini pada akhirnya dipaksa menyerah karena keadaan, dan mereka dikisahkan harus menutup-nutupi banyak hal karena kepentingan politik PBB.

Itu kenapa, ada yang aneh dalam catatan sejarah, pesawat yang ditumpangi Sekjen PBB ke-2 ini dianggap laka pesawat biasa karena kelalaian pilot. Sungguh tidak masuk akal. Tapi situlah sejarah nyata yang diakui saat ini. Yang benar yang mana? Tinggal kembali ke logika sih.

Berdasar dari film itu saya mencoba mengumpulkan informasi terkait cerita itu, apakah benar ada di sejarah nyatanya?


Mengumpulkan Informasi Sejarah
Pada periode tahun 1960-1965 terjadi krisis pada pemerintahan Republik Kongo, saat ini bernama Republik Demokratik Kongo, sebuah negara di wilayah Afrika. Krisis terjadi tepatnya pada & Juli 1960 s/d 25 November 1965.

Krisis ini terjadi setelah Kongo merdeka dari Belgia. Kongo dianggap menarik karena cadangan bahan tambangnya di suatu wilayah, yang mencoba memerdekan diri, yaitu Katanga. Di sana terdapat cadangan tambang yang membuat semua pihak ingin memiliki.

Gambar diambil dari Wikipedia.

Informasi sejarah yang saya cari ini saya fokuskan ke wilayah Katanga ini yang jadi pusat cerita film yang saya bahas di atas tadi. Tapi secara umum, pihak² yang terlibat dalam krisis di Republik Kongo adalah seperti SC informasi yang saya ambil dari Wikipedia.

Meski telah lepas dan merdeka dari Belgia, ternyata Belgia masih ikut campur di Kongo, utamanya adalah di Katanga, karena potensi tambang yang menggiurkan di sana. Katanga dikenal sebagai wilayah kaya mineral termasuk bijih uranium yang ikut dipakai Amerika Serikat meracik bom atom Hiroshima. Dan banyak juga perusahaan² tambang asal Belgia, Union Minière du Haut-Katanga yang berdiri sejak era kolonial 1906 dan juga perusahaan² tambang asal Prancis.

Intervensi Belgia ini dalam wujud dukungan mereka kepada Provinsi Katanga yang menyatakan kemerdekaan dari Kongo pada 11 Juli 1960 di bawah kepemimpinan Moise Tsombe.


Perdana Menteri Kongo Patrice Lumumba mengadu kepada PBB, menginginkan wilayah Katanga kembali bersatu dengan Kongo. Diceritakan perdana menteri Kongo ini tewas dibunuh oleh kelompok pro kemerdekaan Katanga. Oleh karena itu Hammarskjöld kemudian mengirim pasukan perdamaian ke Kongo. Lumumba turut meminta bantuan Uni Soviet untuk memberi bantuan logistik dan mengirim pasukan ke Katanga.

Patrice Lumumba, Perdana Menteri pertama Kongo, gambar diambil dari Google


Perdana Menteri Lumumba ini tewas dibunuh setelah dilantik sebagai kepala pemerintahan Kongo, Namanya pernah dijadikan nama suatu jalan di daerah GunungSahari, Jakarta, oleh Presiden Soekarno sebagai tanda solidaritas negara-negara Asia-Afrika. Namun, pada masa Orde Baru nama jalan ini diganti menjadi Jalan Angkasa, karena Patrice Lumumba dianggap beraliran kiri. Sekarang Namanya masih dijadikan Nama Jalan Di Kota Surabaya, Kota Padangsidempuan & Kota Medan.


Atas alasan krisis itulah, PBB mencoba turun tangan untuk menetralkan situasi di sana, menetralkan pengaruh beberapa pihak yang terlibat di sana.

PBB mengutus pasukan perdamaian untuk dikirim ke daerah Katanga, dimana pasukan perdamaian yang dikirim ini berasal dari negara Irlandia. Operasi ini dikenal sejarah sebagai Operasi Perserikatan Bangsa-Bangsa di Kongo (Opération des Nations Unies au Congo, ONUC).

Pasukan Irlandia yang dikirim ini merupakan kompi pasukan Angkatan Darat Irlandia, yang terdiri dari 156 prajurit, dipimpin oleh seorang komandan yang bernama Pat QuinlanKompi A dari Batalion 35, diperintahkan untuk menempati kota Jadotville dan melindungi populasi kulit putihnya dari kekerasan potensial.

Kompi A di bawah pimpinan Komandan Pat Quinlan membawa perlengkapan berupa senapan tempur FN FAL, senapan mitraliur Carl Gustaf, senapan mesin Bren, dan mortar 60mm.

Sejak kedatangannya, pasukan perdamaian PBB ini melihat bahwa markas ini sangat terbuka dan rawan mendapatkan serangan dari luar. Maka sejak kedatangannya, Komandan Pat memerintahkan anak buahnya membuat parit² perlindungan, dan ternyata cara inilah yang berhasil membuat pertahanan pasukannya efektif.

Namun jika mendapatkan serangan seperti alteri berat, RPG dan mortir pastinya akan kewalahan juga, karena markas PBB di Jadotville ini sangat terbuka. Kebetulan pasukan Katanga saat itu tidak mempunyai persenjataan yang cukup mumpuni untuk memborbardir markas PBB ini.


Ada tokoh penting dari pihak Kongo, dimana dia berusaha memimpin proses pemisahan diri atau berusaha menjaga kekuasaannya di wilayah ini dan Kongo secara umum, dia adalah Moise Tsombe.

Sosok Moise Tsombe, tokoh penting dalam pertempuran di Jadotville. Gambar diambil dari Google.

Dia adalah seorang politikus dan negarawan Kongo yang lahir pada tanggal 10 November 1919 di Musamba, Kongo dan meninggal pada tanggal 29 Juni 1969 di Agiers, Algeria. Dia pernah menjabat sebagai Presiden the Secessionist African State of Katanga.

Katanga sebenarnya adalah salah¹ provinsi di wilayah Kongo yang dikenal sebagai daerah dengan cadangan tambang potensial. Dia berusaha memerdekan provinsi ini, dengan bantuan Belgia (walaupun secara tersirat), dan beberapa tentara bayaran, juga ada politikus Prancis yang juga terlibat. Namun tidak tercatat di sejarah, hanya dikisahkan difilm yang jadi bahasan catatan ini tadi.

Republik Katanga yang saat itu dipimpin oleh Moise Tshombe, memilih lepas dari Republik Demokratik Kongo pada 11 Juli 1960. Tshombe dengan bebas menjual kekayaan alam Katanga ke Belgia dan Uni Soviet, yang sebelumnya mendukung negara itu melepaskan diri dari Republik Demokratik Kongo.

Tokoh penting lainnya yang dibahas difilm ini dan dia adalah orang penting di PBB kala itu, dia adalah Dag Hammarskjöld, dia adalah Sekjen PBB ke-2, beliau mulai bertugas April 1953. Masa tugasnya berakhir karena kematiannya dalam laka pesawat dalam misi gencatan senjata untuk bertemu dengan Moise Tsombe. Dag Hammarskjöld merupakan diplomat asal Swedia.

Sosok Dah Hammarskjold, Sekjen PBB ke-2 yang tewas dalam perjalanan pesawat yang jatuh, saat tengah menuju Kongo, dalam misi perdamaian gencatan senjata. Setelah mengetahui konflik di Kongo semakin meluas, dan juga ada pasukan perdamaian PBB yang dikirim ke Kongo mendapatkan serangan/ gempuran dari pasukan Katanga. Gambar diambil dari Google.

Berdasarkan film, pasukan perdamaian ini dikirim ke wilayah Kongo, yang bernama Jadotville. Di sana ada markas dari pasukan perdamaian PBB. Di sanalah 156 pasukan angkatan darat Irlandia bertugas sebagai pasukan penjaga perdamaian dibawah bendera PBB.

Pihak tuan rumah dalam hal ini tokoh yang dimunculkan difilm adalah Moise Tsombe merasa bahwa PBB nampaknya ikut campur, sehingga pihaknya berusaha untuk 'mengusir' pasukan perdamaian PBB dari sana.

Sekjen PBB juga menugaskan perwakilan PBB untuk Kongo, Conor Cruise O'Brien. Dia adalah diplomat asal Irlandia. Pasukan perdamaian PBB yang bertugas ini berhubungan langsung dengan Conor Cruise ini dalam menjalankan tugas.

Pasukan perdamaian PBB di Jodatville ini memulai tugasnya pada 13-17 September 1961. Jadi selama 5 hari itulah, pasukan yang dipimpin Komandan Pat Quinlan harus bertahan dari gempuran milisi² lokal, yang dibantu tentara² bayaran dukungan dari Prancis dan Belgia. Tapi tidak secara resmi. Diperkirakan gempuran terhadap pasukan perdamaian PBB melibatkan 3000 pasukan, dibalik bendera pasukan Katanga.

Dianggap sebagai ancaman, pasukan perdamaian PBB di Jadotville pun menjadi sasaran serangan pasukan Katanga Gendarmerie, tentara bayaran yang dimpin oleh mantan perwira Angkatan Darat Prancis, Kolonel Roger Falques.

Selama lima hari itu pasukan Pat Quinlan sebanyak 156 orang harus bertahan dari beberapa kali serangan dari pihak Katanga. Pasukan perdamaian PBB ini tidak mendapatkan dukungan yang cukup, karena gemburan yang bertubi-tubi. Sampai akhirnya harus kehabisan amunisi, cadangan makanan dan air minum.

Sebenarnya pasukan Pat Quinlan bisa dikatakan berhasil dan menang, karena 156 prajuritnya harus melawan 3000 pasukan Katanga dengan segala keterbatasan, tanpa korban jiwa.

Walaupun pada akhirnya pasukan Pat Quinlan harus 'menyerah' karena kehabisan amunisi, makanan dan minuman. Pasukan perdamaian PBB ini pada akhirnya harus ditahan sebagai tawanan perang selama sebulan, sampai akhirnya mereka bisa dibebaskan dengan pertukaran tawanan perang juga.

Pasukan perdamaian PBB dalam perintah PBB mendapatkan perintah perluasan mandat dimana ia ditugaskan untuk mengembalikan integritas dan keutuhan pemerintahan di Kongo. Perintah itu berdasarkan United Nations Ordnance No.70.

Perwakilan PBB untuk Kongo, Conor Cruise O'Brien, meluncurkan Operasi Morthor untuk menjalankan tujuan tersebut dan juga untuk menangkap Tshombe beserta menteri-menterinya.

Pasukan PBB dibawah kendali Conor Cruise berusaha menguasai objek² viral di Katanga agar tidak jatuh ke tangan pasukan Katanga yang dianggap memberontak dari pemerintahan Kongo yang sah. Sampai ketika ada insiden yang melibatkan warga lokal yang ikut dalam penyerangan/ terhadap pasukan perdamaian PBB ini menjadi korban.

Imbasnya, markas pasukan perdamaian di Jadotville mendapatkan serangan balasan atas tindakan dari Operasi Morthor.

Serangan bertubi-tubi ke markas pasukan perdamaian PBB ini membuat 156 prajurit di sana kewalahan. Komandannya sempat meminta bantuan pasukan, namun pasukan lainnya masih berfokus pada operasi lain, (Operasi Morthor).

Operasi Morthor ini didukung pasukan perdamaian PBB dari beberapa negara, seperti Swedia, India, dan Irlandia.

Sempat dikirimkan pasukan bantuan, namun dalam perjalanan pasukan ini dicegat pasukan Katanga sehingga tidak berhasil sampai ketujuan. Bantuan militer melalui helikopter pun kandas karena mendapatkan serangan dari pasukan Katanga yang dipimpin milisi bayaran.

Bahkan sempat ada pesawat tempur mirip seperti yang dimiliki militer Belgia yang ikut menyerang markas pasukan perdamaian PBB ini.

Ilustrasi pesawat tempur yang menyerang markas PBB di Jodatville, Jet Fouga Magister Belgia. Gambar diambil dari Google.

Alhasil karena tidak ada bantuan, 156 prajurit ini harus bertahan dari gempuran 3000 pasukan Katanga yang dibantu milisi bayaran kulit putih.

Kisah di atas merupakan kisah yang diceritakan dalam film, dimana mayoritas kisahnya adalah benar terjadi. Namun ada beberapa poin kisah pertempuran liha hari di Jadotville ini, sbb.:

Pat Quinlan, pimpinan pasukan perdamaian PBB yang bertahan dari gempuran pasukan Katanga. Gambar diambil dari Google.

Hari pertama
Serangan pertama pasukan Katanga datang bersamaan ketika sebagian besar Kompi A sedang menghadiri gereja di pagi hari. Gereja ada di komplek markas PBB di Jadotville.

Tanpa disadari oleh para penyerang, sebagian pasukan perdamaian PBB ini tidak menghadiri ibadat di gereja untuk mengawasi kondisi dan kelompok ini segera melawan balik serangan. Sisa pasukan yang berada di dalam gereja segera ikut dalam baku tembak dan setelah beberapa menit, pasukan Katanga akhirnya mundur.

Beberapa jam kemudian, pasukan Katanga kembali menyerang dari berbagai arah dengan senjata api dan mortir yang segera diincar dan dihancurkan oleh pasukan Irlandia. Banyak korban berjatuhan dari pihak pasukan Katanga yang menyerang lebih dulu ini.

Pada titik ini, pasukan Katanga mengirimkan permintaan untuk menghentikan pertempuran demi memindahkan jenazah dan para prajurit mereka yang terluka.

Permintaan tersebut disetujui pasukan Irlandia, namun setelah ambulans Katanga datang, pasukan Katanga kembali menyerang tanpa peringatan.

Dalam cerita difilm, penghentian pertempuran ini adalah siasat dari pasukan Katanga, ambulans mereka memang memindahkan jenasah dan prajurit terluka, namun ternyata ambulans itu juga membawa pasukan² mereka yang siap tempur pada titik² dimana prajurit yang tewas dan terluka itu diambil, mereka sembunyi di sana untuk persiapan serangan selanjutnya.

Hari Kedua
Dihari selanjutnya, pengepungan masih berlangsung, pasukan Katanga mengerahkan pesawat tempur jet Fouga Magister yang dipiloti seorang tentara bayaran Belgia untuk menyerang pasukan Irlandia dari udara.

Jet tersebut menembakkan senapan mesin dan menjatuhkan dua bom yang merusak kendaraan tempur pendukung pasukan perdamaian PBB serta melukai dua prajurit.

Serangan balik pasukan perdamaian terhadap lawan dilakukan setiap kali pesawat tempur terbang diatas markas mereka, dan berhasil memaksa pesawat itu menyerang dari jarak jauh.

Kecurigaan pasukan perdamaian PBB ini menilai bahwa pengepungan ini merupakan serangan yang terencana untuk menangkap pasukan ONUC terkonfirmasi dengan adanya pengakuan dari dua tentara bayaran kulit putih Katanga yang tertangkap.

Selain di Jodatville, markas pasukan perdamaian PBB (ONUC) juga ada di Elisabethville.


Hari Ketiga
Bahwa pasukan PBB di Elisabethville mengabarkan akan ada konvoi pasukan Katanga yang bergerak untuk menangkap mereka, terjadi pertempuran di Jembatan Lufira di dekat posisi mereka.

Kombinasi senapan mesin dan mortir dari pasukan PBB ini berhasil melawan balik pasukan Katanga dan menyebabkan rute menjadi terhambat karena kerusakan yang ditimbulkan.


Hari Keempat
Hari selanjutnya, penyerangan terhadap pasukan PBB di Jodatville masih berlangsung, pasukan² Katanga datang lebih banyak mengepung.

Helikopter PBB datang untuk mengantarkan persediaan air. Namun, persediaan air tersebut tercemar diesel dan tidak cukup untuk keseluruhan pasukan.

Pesawat tempur Fouga kembali datang untuk menyerang helikopter, namun berhasil dilawan balik oleh pasukan Irlandia. Pesawat tempur ini pun berpindah target menyerang konvoi ONUC yang berupaya mencapai markas di Jadotville.

Alhasil, pasukan di Jadotville bertahan tanpa adanya bantuan sama sekali dengan tertahannya pasukan bantuan oleh serangan terhadap konvoi bantuan.

Pertempuran darat juga terjadi yang berujung dengan permintaan pengentian pertempuran dari pasukan Katanga untuk kedua kalinya demi evakuasi korban. Berbeda dengan peristiwa pertama, kali ini kesepakatan dijamin dengan adanya patroli dari kedua sisi untuk memastikan tidak ada baku tembak.


Hari Kelima
Hari selanjutnya masih berlanjut pertempuran ini, bahkan pasukan Katanga semakin banyak dan mengepung markas pasukan PBB ini.

Pasukan Katanga berupaya membujuk pasukan Irlandia untuk menyerahkan diri dengan situasi persediaan mereka yang semakin menipis serta kabar bahwa konvoi ONUC gagal mencapai posisi mereka di Jadotville. Menyadari bahwa pasukannya tidak akan mampu bertahan jika terjadi serangan lagi, Komandan Quinlan pada akhirnya memutuskan untuk menyerah.

Dari 156 prajurit Irlandia yang bertempur, 5 orang terluka namun tak ada satupun yang gugur. Di sisi lain, diestimasikan bahwa dari 3000 prajurit Katanga, terdapat 300 yang gugur dan ribuan lainnya luka-luka.

Seluruh pasukan Irlandia pada akhirnya menjadi tawanan perang selama satu bulan, berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Para prajurit Irlandia melaporkan bahwa penduduk lokal kerap mencoba untuk balas dendam atas kematian prajurit-prajurit lokal. Namun, mereka mendapatkan perlindungan dari para tentara bayaran kulit putih.


Ada yang menarik dari kisah pertempuran Jadotville ini, dimana setelah pasukan Komandan Pat dibebaskan dan kembali ke pangkalan militer, disampaikan bahwa agar seluruh anggota prajuritnya tidak boleh menceritakan apa yang terjadi di Jadotville.

Kemudian publik akan mengetahui bahwa pasukan Komandan Pat menyerah dalam tugas, artinya segala bentuk perjuangannya, usahanya bertahan dari gempuran pasukan Katanga dianggap tidak ada artinya, publik hanya akan tahu bahwa pasukan perdamaian PBB dibawah Komandan Pat menyerah kalah pada pihak penyerang.

Hal ini ternyata memang benar terjadi adanya, bahwa setelah pasukan Komandan Pat kembali, publik menilai demikian, bahwa Komandan Pat adalah seorang pengecut.

Komandan Pat Quinlan meminta pemerintah Republik Irlandia memberikan tanda jasa Military Medal for Gallantry, penghargaan tertinggi militer Irlandia buat prajuritnya. Namun apa yang terjadi, Quinlan dan pasukannya justru dianggap pengecut oleh pemerintah Republik Irlandia saat pulang.

Padahal selama pertempuran itu pasukannya berhasil selamat bertahan dengan segala gempuran, dan harus menyerah karena tidak adanya bantuan sama sekali, seluruh pasukannya selamat walaupun digembur 3000 pasukan Katanga dengan diserang juga dengan pesawat tempur, pasukan Pat masih bisa bertahan. Dia harus menyerah karena tidak ada apa² lagi untuk berperang, sedangkan mereka hanya pasukan perdamaian yang dikirim untuk mendamaikan bukan untuk menang atau kalah.

Komandan Pat dan anak buahnya bahkan dijuluki "Pengecut dari Jadotville", gelar yang tak sangat tidak pantas. Pertempuran Quinlan dan pasukannya di Jadotville bahkan dirahasiakan. Hingga akhirnya Komandan Pat meninggal dengan menerima hujatan sebagai pengecut.

Namun pada akhirnya, mendiang Komandan Pat dan veteran perang Jadotville mendapatkan haknya, kebenaran dan keadilan.


Sejumlah fakta sejarah membuktikan Komandan Pat dan pasukannya menghadapi pertempuran dengan gagah berani, dan sama sekali tidak melakukan pelanggaran militer. Medali MMG pun dianugerahkan kepada Komandan Pat dan pasukannya pada 2005. Untuk mengenang perjuangannya dibangunlah  monumen peringatan Kompi "A" di Custume Barracks, Athlone. Monumen itu jadi pengakuan pemerintah Republik Irlandia, atas jasa-jasa Quinlan dan pasukannya.


Kecelakaan Pesawat PBB Douglas DC-6
Seperti yang dibahas di atas tadi, Sekjen PBB ke-2 yang bernama Dag Hammarskjöld menjadi korban dalam jatuhnya pesawat saat tengah bertugas menuju Kongo dalam misi perdamaian PBB.

Namun pada sejarahnya, kecelakaan pesawat ini dianggap sebagai kecelakaan pesawat biasa. Sampai pada akhirnya mulai ada titik terang setelah berbagai pihak mulai mengusut kecelakaan pesawat ini.

Komisi independen pada 2013 mencatat kemungkinan adanya "aksi musuh" dalam peristiwa itu. Kemudian, komisi tersebut meminta penyelidikan lebih lanjut. Mantan Hakim Agung Tanzania, Mohamed Chande Othman, memberikan laporan terbarunya mengenai penyelidikan kecelakaan itu kepada Sekjen PBB Antonio Guterres pada Agustus 2017.

Sekjen PBB ke-2 ini tewas bersama 15 penumpang lainnya dalam kecelakaan pesawat pada tanggal 17 atau 18 September 1961. Diketahui pesawat yang ditumpanginya jatuh di wilayah dekat Ndola, sebelah utara Rhodesia, yang sekarang dikenal dengan Zambia. Sebenarnya pesawat ini membawa 16 penumpang.

Hasil penyelidikan atas kecelakaan pesawat itu menemukan beberapa fakta bahwa temuan itu pun menunjukkan para pemberontak di Katanga memiliki kekuatan udara yang lebih banyak dari perkiraan sebelumnya.

Bukti itu membantah teori sebelumnya bahwa pasukan Katanga mungkin telah menembak jatuh pesawat dan diyakini hanya memiliki satu pesawat tempur jet-Fouga buatan Perancis. Informasi terbaru dari Amerika Serikat, dan sumber lainnya, menunjukkan sebenarnya ada tiga pesawat jet tempur Fouga yang dibeli dari Perancis. Pesawat itu dikirim ke Katanga pada tahun 1961.

Kemudian ada informasi tambahan pula, yang belum bisa divalidasi, bahwa ada klaim dari klaim seorang pilot Belgia, 'Beukels', yang menyatakan kepada diplomat Perancis, Claude de Kemoularia pada 1967, bahwa dia menembak jatuh pesawat itu.

Ada pula informasi lain yang muncul, yakni melalui sebuah film dokumenter, pada Januari 2019, sebuah film dokumenter berdurasi dua jam lebih tentang pembunuhan Hammarskjöld dirilis berjudul Cold Case Hammarskjöld. Film besutan jurnalis asal Denmark, Mard Brugger itu menampilkan Alexander Jones, mantan anggota tentara bayaran dari Afrika Selatan. Dari film ini pun diperoleh informasi bahwa adanya pesawat lain yang menyerang DC-6. Seorang pilot tentara bayaran Belgia, Jan van Risseghem disebut menerbangkan pesawat tempur jet Fouga milik pasukan Katanga dan menyerang DC-6. Bertahun-tahun setelah peristiwa tersebut, Risseghem menceritakan kisahnya itu kepada kawannya di Belgia, Pierre Coppens yang kemudian ditemui oleh tim peneliti film dokumenter. Sedangkan menurut sejarawan Jerman Torben Gülstorff, temuannya merujuk pada pesawat jenis Dornier Do 28A milik milisi Katanga yang dipakai untuk menjatuhkan pesawat DC-6.

John Gange, mantan inspektur senior detektif di kepolisian kolonial Inggris yang memeriksa lokasi kejadian beberapa jam setelah peristiwa bersikeras bahwa jatuhnya pesawat akibat serangan udara adalah tidak terbukti.

Namun informasi berbeda justru dikatakan oleh korban selamat pesawat yang celaka itu, pengakuan korban DC-6 yang sempat selamat, Sersan Harold Julien. Ia sempat mengatakan kepada para pejabat penyidik bahwa ada ledakan sebelum pesawat DC-6 jatuh. Julien meninggal beberapa hari setelah peristiwa tersebut.

Ilustrasi pesawat PBB, DC-6, gambar diambil dari Tirto.id

Ada pula isu lain yang menjadi penyebab dalang kelecakaan pesawat yang ditumpangi Sekjen PBB ke-2 ini. Ini berhubungan dengan sengketa antara Indonesia dan Belanda di tanah Papua.

Sekjen PBB ke-2 ini memang aktif dalam menangani sengketa antar negara dalam perebutan kekuasaan, beberapa sengketa tengah diselesaikan oleh sang Sekjen sebelum meninggal, salah satunya sengketa di Kongo dan di Papua, Indonesia ini. Informasi itu dia dapat dari sejumlah dokumen dan wawancara dengan diplomat Australia, George Ivan Smith, orang kepercayaan Hammarskjold pada tahun 1992. Diduga kuat Allen Dulles, Direktur CIA ada di balik pembunuhan Hammarskjold. Sebab, saat itu Dulles sudah melirik Papua untuk kepentingan bisnis pertambangan setelah temuan geolog Belanda, Jean Jaques Dozy tentang Ertsberg dan Grasberg di Papua tahun 1936.

Selain itu ada bukti yang menunjukkan Allen Dulles mengendalikan kelompok intelijen di Kongo untuk membunuh sang Sekjen. Mereka diberikan data rinci tentang pesawat PBB yang akan mendarat, jenis pesawatnya, dan ketinggian pesawat yang ditumpangi Hammarskjold.


Namun pada akhirnya masih belum ada yang mengaku bertanggung jawab atas kecelakaan pesawat ini dan pernyataan resmi bahwa bukan kecelakaan biasa yang menyebabkan Sekjen PBB ke-2 ini tewas.

Dari fakta² yang ada, bisa dilihat bahwa pada tahun itu, misi penguasaan tambang jadi isu perpolitikan dunia, bahkan bisa memicu perang.


Kembali ke cerita yang diangkat menjadi film yang rilis tahun 2016 ini, kita bisa melihat banyak sejarah yang tercatat. Di sana ternyata ada hubungannya dengan negara kita, terkait penguasaan Papua kala itu.

Inilah menariknya sejarah, namun akan sulit juga apabila tidak berpegang pada fakta yang benar. Seperti soal laka pesawat ini yang masih simpang siur.

Namun soal pasukan Pat Quinlan pada akhirnya mendapatkan penghargaannya setelah harus menerima hinaan dianggap sebagai seorang pengecut demi melindungi intrik perpolitikan kala itu.

Tapi ketika sejarah sudah diluruskan itulah tanda kemerdekaan yang sejati, apa adanya disampaikan walaupun itu pahit. Itu kenapa gak mudah untuk menerima sejarah yang sebenar-benarnya. Itu kenapa masih saja ada yang memelintirkan sejarah, jika fakta² yang ada ditumpuk dengan propaganda² dan cerita² lain, yang membuat cerita sebenarnya terabaikan.


Kalau kalian mau cerita ringkasan dari film The Siege of Jadotville (2016) kalian bisa tonton link yang saya bagikan di atas. Kalau filmnya, kalian coba cari sendiri ya, saya gak bisa bagikan karena saya nonton dari 'bajakan'. Ups, ya mau gak mau ketemunya itu, pengennya si yang asli, tapi adanya itu #maapkeun

Ada juga beberapa informasi berbeda yang saya temukan ketika mencari tahu tentang pertempuran di Jadotville ini, dimana sebenarnya pasukan yang bertempur itu 156 atau 158. Tapi intinya kisarannya segitulah ya, soalnya daripada simpang siur. Entah siapa yang typo.

Kemudian perang yang terjadi ini lima hari, ada yang enam hari, hanya yang pasti soal waktu pertempuran adalah pasti, ini hanya soal menentukan berapa hari saja.

Kemudian juga soal tanggal kecelakaan pesawat PBB yang membawa Sekjen PBB ke-2, itu juga ada dua tanggal, alasannya karena itu bertepatan dengan tengah malam, dan waktu pasti kecelakaan tidak bisa dipastikan kapannya.

Beberapa informasi yang berhubungan dengan catatan diatas saya share link nya dibawah ini, jika penasaran bisa baca langsung di sana, di sini hanya resume nya saja, supaya gak repot bolak-balik baca dari tautan berbeda.


Sampai jumpa dibahasan yang berbobot lainnya ya, maklum sudah lama juga gak buat postingan yang berat seperti ini, mengumpulkan informasi dari banyak sumber untuk jadi catatan panjang lebar. Salam, 'jas merah'. -cpr-

Sumber Informasi:
✓ Pertempuran di Jadotville. 2023. Wikipedia

✓ Krisis Kongo. 2023. Wikipedia

Moise Tsombe. 2023. Wikipedia

Dag Hammarskjöld. 2023. Wikipedia




Posting Komentar

1 Komentar

  1. Oh ya, yang baca catatan di atas, perlu dicatat ya, Republik Kongo dan Republik Demokratik Kongo adalah dua negara berbeda ya.

    Saya baru tahu, jadi catatan di atas itu tidak saya revisi, saya revisi di bawah ini di kolom komentar, nanti akan coba dibuatkan catatan soal perbedaan keduanya .

    Jadi jika ada yang baca catatan di atas agak ambigu dan membingungkan, maka bacalah komentar ini, karena keduanya berbeda, dicatatan itu dianggap sama saja, tapi ternyata keduanya adalah berbeda, hanya namanya sama. Masing² punya sejarahnya, dan yang dibahas di sini adalah yang bersinggungan dengan Republik Demokratik Kongo.

    BalasHapus

Tinggalkan jejak, jika anda mampir ;p Terima kasih atas kunjungannya - cocoper6