Ketika kita pergi ke rumah sakit kita akan bertemu banyak pasien dengan berbagai keluhan kesehatan, dari yang ringan hingga yang berat. Pemandangan orang dibawa menggunakan kursi roda, tempat tidur roda, lalu kemudian ada yang pakai infus, macam² pokoknya pemandangan di rumah sakit.
Ada yang sakit karena dari dalam, seperti kesehatan tubuh atau juga ada yang sakit karena kecelakaan. Macam² pokoknya kalau kita berkunjung ke RS, banyak yang bisa kita lihat.
Sedih melihat mereka yang sakit, padahal itu bukan sanak keluarga kita, jika liha orang lain saja kita berasa bagaimana kalau keluarga kita sendiri yang sakit, pasti akan makin terasa sedihnya.
Kesehatan bisa dijaga, supaya tidak sakit. Perlu usaha ekstra memang, apalagi jaman pandemi seperti ini, sebaik-baik menjaga, lengah sedikit akan fatal akibatnya. Ya memang ada yang parah, ada yang ringan. Parah dan ringan kan tidak ada yang tahu, apes² dapat yang parah, resiko nyawa melayang sangat mungkin, apalagi sadar gak sadar kita punya penyakit bawaan yang bisa saja dibangkitkan oleh covid19.
Pengalaman berhubungan dengan RS itu ada beberapa kali, dari yang ringan hingga berat. Saya sendiri berhubungan dengan RS itu sekali, kala itu sempat masuk UGD di salah satu RS di Kota Depok.
Berikut ini beberapa pengalaman saya berhubungan dengan rumah sakit.
Entah kapan waktunya, waktu itu pernah adik saya nomor dua harus opname karena usus buntu didiagnosanya. Tapi untung saja tidak sampai operasi walau pihak RS menyarankan operasi. Sampai pihak keluarga harus menandatangani surat pernyataan, apabila terjadi sesuatu dengan pasien karena menolak rekomendasi, bukan salah pihak RS.
Keputusan keluarga memang tepat, terbukti pengobatan alternatif herbal bisa menyembuhkan adik saya, tanpa operasi. Bayangkan jika sakit ringan ini dioperasi maka penyembuhan makin lama dan biaya tidak sedikit. Keputusan diambil dengan pertimbangan beberapa second opinion dari beberapa dokter di luar RS yang menangani.
Pengalaman yang lainnya ya sewaktu paman saya terkena serangan stroke dan harus dirawat hampir sebulan di rumah sakit. Di sana saya benar-benar belajar menjadi perawat. Wajar saja melihat aktivitas perawat setiap hari, itu membantu saya belajar bagaimana menangani pasien, memang sih tanpa prosedur pendidikan kesehatan yang sesuai.
Baca juga: Hotel ala Rumah Sakit
Sepulang dari rumah sakit, saya harus mengurusi semua kebutuhan pasien. Untuk urusan mandi, urusan buang air besar, karena segala sesuatunya tidak bisa dilakukan sendiri, tahu sendiri stroke membuat si pasien jadi tidak bisa berbuat banyak tanpa bantuan orang lain.
Pengalaman lain lagi itu saya alami sendiri. Entah hari itu saya memang sedang drop, kelelahan sangat. Jadi hari itu saya sepulang kerja, kehujanan, dan lelah hebat. Jadi sampai kos itu tubuh saya seperti menggigil, kepala pening, sampai badan itu tidak tahu harus digimanakan.
Sampai akhirnya saya dikunjungi pacar saya saat itu (kini mantan), dia datang melihat kondisi saya, lalu memaksa saya untuk dibawa ke RS. Akhirnya saya dibawalah ke RS swasta di Kota Depok. Di sana saya langsung ditangani di IGD dan diinfuslah saya, ditangani.
Baca juga: Sakitku yang Kedua (Edisi Kekurangan Kalium)
Stres juga saya waktu itu, karena soal biaya, harus bayar berapa ini masuk RS begini, lalu kemudian saya paling takut disuntik, apalagi ini tangan saya harus dicoblos dengan jarum infus. Tapi mau gak mau, karena saya sudah lemas, ingin cepat didoping supaya saya bisa normal dulu.
Pihak RS menyarankan saya untuk opname, tapi saya masih bisa berpikir jernih, masalahnya soal biaya. Jadi saya berusaha segera pulih. Jadi di sana saya hanya menghabiskan infus sebagai asupan cairan saya, agar tubuh cepat pulih.
Setelah cukup pulih, saya meminta untuk pulang. Sebelumnya saya minta dibelikan makan, karena saya harus makan dan lalu minum obat dan istirahat. Akhirnya saya bisa pulang, saya makan malam dan terus minum obat. Keesokan harinya ya aktivitasnya kembali seperti semula lagi.
Pengalaman lain yang membawa saya berurusan dengan RS adalah ketika ada ayah dari keluarga angkat saya di Jawa Timur sakit. Proses dari awal dari RS rujukan awal sampai akhirnya dikirim ke RS khusus, sampai akhirnya proses ini pada akhirnya memberikan cerita duka. Pengalaman ini memberikan trauma tersendiri buat saya dan anggota keluarga lain, apalagi yang punya hubungan darah langsung.
Bahkan sampai saat ini ketika mendengar suara sirine, mendengar suara tulalit² dari ruang perawatan, kemudian lewat RS yang dulu pernah dirawat pasti saya langsung teringat sesuatu. Sampai saat ini masih saya ingat betul pengalaman yang menyedihkan ini.
Iya itulah pengalaman saya berurusan atau dekat dengan RS. Dari kesemuanya tidak ada yang menyenangkan, bahkan pengalaman terakhir membuat trauma tersendiri bagi saya.
Saya berusaha untuk tidak mau dirawat di RS, karena disamping saya takut jarum, di RS itu benar² tidak menyenangkan. Jika sakitnya sekedar ringan tidak memberikan impact ke kehilangan nyawa atau menjadikan tubuh jadi 'cacat' itu masih oke. Tapi jika sakitnya berat dan berimpact kehilangan nyawa atau lumpuh atau seperti stroke, itulah yang jadi tekad saya tidak mau dirawat di RS.
Meskipun ada ketakutan dalam hati, bahwa suatu saat bisa saja apa yang saya tidak sukai itu terjadi. Karena saat ini, saya sering merasa nyeri dibagian dada sebelah kiri. Entah itu masalahnya apa, tapi jujur saya takut itu jantung, dan saya takut kehilangan atau meninggalkan orang yang saya cintai ketika terkena serangan jantung.
Saat ini, saat masih sehat ingatlah terus akan kesehatan, jaga kondisi tubuh tetap pada kondisi yang baik. Untuk sakit² ringan mungkin bisa diatasi, untuk sakit berat cobalah untuk check up, ketahuilah sejak dini sebelum parah.
Nyeri dada yang sering dialami harus coba saya cek, jangan sampai nanti jadi masalah. Ingat orang yang kamu sayang yang kelak akan kamu dampingi, dia membutuhkan mu, jadi jangan tinggalkan dia, tetap selalu sehat supaya terus bisa mendukungnya setiap saat. -cpr-
0 Komentar
Tinggalkan jejak, jika anda mampir ;p Terima kasih atas kunjungannya - cocoper6