Jajal LRT Saat Uji Publik, Pelipur Lara Gak bisa Ikut Uji Publik MRT <bagian II>

Tiba juga hari yang ditunggu, sesuai schedule saya menurut etiketing LRT Jakarta, saya dapat single trip untuk hari Minggu, 16 Juni 2019.


Oh iya, sebagai informasi, untuk uji publik LRT Jakarta ini hanya akan melewati lima stasiun saja. Stasiun apa saja itu? Coba lihat tautan IG dari @lrtjkt di bawah ini.
- Stasiun Boulevard Utara
- Stasiun Boulevard Selatan
- Stasiun Pulomas
- Stasiun Equestrian
- Stasiun Velodrome

Saat ini, saat uji coba stasiunnya terlihat ada lima, tapi sebenarnya di Stasiun Boulevard Utara itu masih bisa lanjut terus ke Stasiun Pegangsaan Dua. Hanya tidak sampai ke sana, entah di sana itu ada apa. Tapi ke depannya LRT ini akan coba dikembangkan lebih luas, khususnya LRT yang dibawah naungan Pemprov DKI Jakarta.

Baca juga: LRT Jakarta

Di Indonesia, LRT sudah ada lebih dulu di Palembang. Ya LRT Palembang sudah lebih dulu aktif dan digunakan publik, meski ya kondisinya katanya masih sepi, masih sekedar moda pendukung, belum menjadi transportasi tulang punggung seperti KRL Commuter di Jakarta. Tapi berita terbaru, relasinya ditambah, berarti perlahan sudah menunjukan hal positif.


Nah bagaimana impresi menjajal transportasi model rel selain KRL? Rasanya sih biasa aja ya, ya kaya naik kereta gitu. Sensasi yang gak biasa ya soal tracknya, biasa rute KRL jabodetabek kan sudah umum, ini berbeda karena jalurnya elevated. Sensasi lainnya adalah soal fasilitas bangunan stasiunnya yang modern, ya mirip di luar negeri gitu deh.

Ketika LRT Jakarta tiba di Stasiun Velodrome, gambar di ambil dari sisi buntu stasiun ini. Untuk saat ini stasiun berakhir di sini, pengembangannya mungkin saja akan dilanjutkan relnya nanti, pasti sih, masa iya mau berakhir di sini, hubungan kale yang berakhir #intermesso

Oh ya, sistem tiket single trip pada uji publik ini adalah tiket single trip yang bisa digunakan bolak-balik beberapa kali, turun di masing-masing stasiun juga bisa, asalkan tidak taping keluar gate peron. Jadi selama masih di dalam area peron, mau mondar-mandir naik LRT ini oke-oke saja.

Niatnya saya mau jajal pagi, supaya bisa dapat sepi, tapi apa boleh buat karena kesiangan, jadi sampai Stasiun Velodrome sudah ramai. Antusias masyarakat lumayan, ya tidak seperti MRT sih, tapi mungkin belum ya, kebiasaan orang Indonesia kalau ada barang baru itu kan kepo, dan keponya itu biasanya di luar akal. Seperti waktu awal mulai MRT mulai dijalankan, saat tiket masih digratiskan, lihat betapa kampungannya orang-orang, datang ke sana, sudah seperti di kebun raya, bawa nasi bungkus klekaran di selasar stasiun. Ya inilah Indonesia bung! Kita lihat apakah LRT ini seperti itu? Kita tunggu saja beritanya.

Start dari Depok, saya memilih menggunakan KRL dari Stasiun Depok Lama, kemudian turun Stasiun Manggarai lanjut naik Tj. 4B ke Halte Manggarai, dari sana saya akan lanjut dengan Tj. 4, nanti turun Halte Pemuda Rawanangun. Ya pastinya Stasiun Velodrome ini tidak jauh lah dari halte bus, namanya juga angkutan massal terintegrasi haruslah dekat. Meski tujuan kita adalah Halte Velodrome, turunnya jangan di Halte Velodrome, soalnya agak jauh, jadi Halte Rawamangun adalah pilihan terbaik untuk turun.

Sampai Stasiun Velodrome, tampak stasiunnya sudah berdiri kokoh, siap digunakan, tapi ada si beberapa yang nampak masih proses pekerjaan, seperti integrasi JPO dari Halte Pemuda Rawamangun ke stasiun ini.

Kebetulan sekali suasana Jakarta sedang mendung-mendung hangat, meski ada panas tapi tidak begitu terik, jadi cocok sekali buat wisata, sekedar jalan-jalan, ya sambil jajal LRT Jakarta ini. Stasiun Velodrome cukup strategis. Nampak di sisi kanan atas, JPO masih proses pengerjaan, supaya bisa terintegrasi dengan Halte Transjakarta Pemuda Rawamangun.

Over all sih keren, modern, ya pantas lah Jakarta sebagai ibukota negara saat ini punya sarana transportasi modern seperti ini.

Sampai stasiun, calon penumpang yang hari ini mau nyobain uji publik LRT cukup banyak dan mereka antusias, kebetulan pas hari Minggu, banyak keluarga yang membawa serta keluarga, istri, suami, anak, ayah, ibu, ada juga ya komunitas tertentu. Stasiun Velodrome dan Stasiun Boulevard Utara agak lebih ramai dari stasiun antara.

Antrian panjang itu ternyata antrian calon penumpang yang daftar on the spot menggunakan KTP sambil mengisi formulir untuk dapatkan tiket single trip. Di sisi sebelahnya ada loket khusus yang daftar online, etiket kita nanti discan untuk mendapatkan kartu single trip.

Sebelum masuk peron, kita akan diberi kartu tap single trip, untuk mendapatkannya kita harus scan barcode etiket hasil pendaftaran online. Kalau yang datang on the spot cukup mendaftar dengan KTP dan isi form. Banyak petugas yang membantu kelancaran scaning barcode koq.

Ini dia tiketnya, ke depannya pasti akan banyak beragam grafis tiketnya. Mudah-mudahan juga bisa pakai emoney yang umum digunakan selama ini, jadi tidak perlu antri beli tiket, sudah naik LRT nya bentar, masa lama ngantre, gak efisien itu namanya. Jadi semoga emoney bisa digunakan juga di sini.

Setelah dapat kartu single trip, langsung taping dan tunggulah di peron, LRT akan tiba beberapa menit sekali. Perlu diketahui, LRT untuk uji coba ini hanya jalan dua gerbong saja. Tidak ada pemisahan antara gerbong wanita dan campur untuk saat ini.


Stasiun Velodrome untuk saat ini merupakan stasiun ujung, di sini mentok belum ada kelanjutanya. Jadi, ketika kereta tiba, maka kereta akan langsung balik mengangkut penumpang ke stasiun yang saya sebut di atas.

Ini jalur buntu LRT Jakarta di Stasiun Velodrome, berhadapan dengan perempatan Arion

Sebelum naik saya sempat berkeliling ke bagian stasiun ini, ya fasilitas standar untuk penumpang sudah bisa berfungsi, seperti toilet dan eskalator. Ada juga ruang untuk menyusui, namun sepertinya untuk saat ini belum beroperasi. Dari saya berkeliling, yang belum ada itu kursi tunggu. Papan informasi standar sih sudah terpasang, okelah. Tinggal dilengkapi lagi supaya lebih informatif.

Ini ruang laktasi dan ruang kesehatan di Stasiun Velodrome

Mesin tiket otomatis saya liha baru ada dua, lalu kemudian mesin cek saldo emoney juga sudah tersedia di beberapa titik, hanya belum bisa beroperasi.

Ini mesin tiket otomatis di Stasiun Velodrome

Stasiun Velodrome ini cukup strategis sih, dekat dengan venue Velodrome, pusat perbelanjaan, perbankan BCA, akses transportasi lain terintegrasi yaitu Transjakarta.

Sensasi pertama ada di dalam peron stasiun LRT ini adalah modern. Berasa di luar negeri ya sekitaran asia tenggara lah, meski belum pernah sih keluar Indonesia. Hanya saja, ketika melihat tingkah laku calon penumpang yang mau masuk kereta, langsung tersadar "Ini Indonesia bung!!!" Maklum sifat gak tertib dan gak mau antrinya kelihatan, penumpang di dalam mau keluar ya sudah diserobot sama yang mau naik, ya itulah Indonesia.




Di dalam kereta sih modern. Saya belum ngerasain duduk di kursinya, nampaknya sih keras soalnya kaya tidak ada busanya, seperti kursi KRL. Kemudian ya agak kecil, wajarlah, ini kan tingkatan terkecil dari moda transportasi berbasis rel yang ada di Indonesia saat ini, jadi wajar terasa kecil/ sempit.


Di dalam LRT kursinya ya layaknya kursi KRL dan MRT, hadap-hadapan, di sudut-sudut ada kursi prioritas. Oleh karena kapasitasnya lebih kecil, kursi yang ada di dalam rasanya ya prioritas semua, meski ada kursi prioritas. Jadi jangan berharap bisa dapat duduk dengan nyaman kalau nanti sudah resmi digunakan, kemungkinan bisa menikmatinya hanya saat malam hari menjelang clossing rit, saat sudah tidak banyak orang lagi menggunakan.

Antusiasnya warga Jakarta mencoba LRT Jakarta ini. Saya datang terlalu siang, jadi tidak bisa bebas menikmati, pengalaman, lain kali datang ketika masih pagi, saat semua orang masih bersiap untuk jalan-jalan, kita sudah di jalan.

Di atas pintu masuk/ keluar ada papan display informasi posisi kereta dan stasiun, kalau di KRL kan hanya kertas saja, kalau di LRT ini digital. Kemudian diujung gerbong ada juga display video untuk sharing informasi dari manajemen LRT, mungkin bisa saja di sana bisa jadi media iklan, tapi mungkin kurang efektif, karena hanya sisi terdekat dengan display saja yang bisa lihat.


Impresi pertama kali naik kereta ringan ini adalah bergoyang. Yups, entah kenapa meski ini kereta yang sudah berjalan di atas relnya, ketika kereta berjalan kaya ada sensasi bergoyang kiri-kanan gitu, entah mungkin peer nya masih empuk. Dan memang sih lebih empuk dan soft jika dibandingkan dengan KRL yang cenderung berisik dan bergetar.

Sayangnya rutenya pendek, saya sih berharap ini rutenya bisa lebih panjang, ya syukur-syukur bisa melintang dari ujung barat-timur-utara-selatan. Kalau hanya jarak pendek, kayanya kurang berasa deh, yang ada kesel turun tangga saja, secara yang ada sediaan eskalator buat naik aja, turunnya pakai tangga biasa. Saya sih berharap lebih banyak dengan transportasi ini, sehingga tidak hanya melayani lima stasiun saja.

Ini view di Stasiun Velodrome 

Ini view di Stasiun Boulevard Utara

Hanya itu saja sih yang bisa saya bagikan dari jalan-jalan, nyobain transportasi modern yang baru lagi di Jakarta. Jakarta masih terus berkembang, ke depannya pasti akan ada lagi yang terbaru, meskipun nanti sudah tidak lagi menjadi ibukota negara, ya Jakarta pastinya akan terus berkembang, jadi pioner untuk kota-kota yang lain. Terima kasih Pak Jokowi dan Pak Ahok yang sudah memulainya dulu, jika bukan kalian, rasanya tidak akan ada kepala daerah yang berani bergerak cepat memutuskan kebijakan yang tepat guna, meskipun rencana di atas kertas indahnya bukan main, tapi tanpa realisasi adalah nol besar.


Baca juga: LRT Jabodebek

Perlu diketahui, ini adalah LRT yang dikelola oleh Pemprov DKI. Karena nanti ada LRT lagi yang dikelolah oleh PT Adhi Karya, yang melayani rute Jakarta dengan kota penyangga lain seperti Bekasi dan Bogor. Ya mudah-mudahan, kedepannya bisa terintegrasi dengan baik satu sama lain, biar Jakarta Bekasi Bogor Tangerang dan Depok bisa terkoneksi dengan baik, sehingga tanpa kendaraan pribadi, tetap bisa bermobilitas dengan ekonomis, kuncinya si itu, percuma saja jika tidak ekonomis, orang akan malas menggunakan transportasi umum. Harapannya rakyat mah ekonomis dan efisien, itu penting. -cpr-

Posting Komentar

1 Komentar

  1. LRT lebih halus suaranya dibandingkan KRL saat melaju, KRL cenderung berisik suara gesekan antara roda besi dan rel, jadi ya suaranya bising masuk ke dalam kabin. Kalau dibilang stabil, lebih stabil LRT yang cenderung bergoyang.

    BalasHapus

Tinggalkan jejak, jika anda mampir ;p Terima kasih atas kunjungannya - cocoper6