Jalan-jalan ke Batu, Malang

Ditugaskan ke luar kota bukan hal yang tidak menyenangkan, meskipun harus berlama-lama di kota yang asing. Saya beruntung merasakannya dimomen saat ini, mengambil pilihan ini tanpa beban.

Tinggal di daerah yang baru pastinya juga punya tantangan baru dan pengalaman baru. Ya salah satunya soal pengalaman jalan-jalan. Jawa Timur itu punya banyak destinasi wisata menarik yang bisa dikunjungi. Batu, Malang merupakan salah satu destinasi wisata bagi orang ibukota. Ada lagi sih, wisata Bromo Tengger. Ingin sih ke sana, tapi waktu belum membuat saya tersempatkan ke sana.

Minggu pertama saya di Pandaan, saya beruntung bisa ikut bersama-sama kawan-kawan baru di sini, bisa ikut jalan-jalan, trip ke Batu, Malang, di tempat wisata yang dikenal Paralayang, Oemah Kayu.



Trip ini dilakukan ya tidak direncanakan sih, ya mengalir begitu saja setelah kita main air di sebuah kolam renang di daerah Sukorejo, Pandaan, yang bernama Tirta Sukun Indah, yang murah meriah tiket masuknya.


Selepas main air, sekitar pukul 10:00, kita memutuskan untuk melanjutkan jalan-jalan. Tujuannya kemana? Hasil obrol-obrol, akhirnya dipilih arah Batu, Malang. Wisata Paralayang yang jadi pilihan kami. Personel trip ini masih sama dengan catatan saya di atas.

Menuju Batu, Malang kali ini kita tidak melewati jalur arteri utama, kita pilih jalur alternatif, karena jalur ini lebih terbebas dari macet. Jalur alternatif ini pun ternyata lebih menyenangkan bagi saya, yang belum pernah lewat, apalagi lewat jalan pegunungan dan perbukitan yang berkelak-kelok, lihat pemandangan hijau pegunungan dan sejuknya udara pegunungan. Entah, rute mana yang dipilih untuk perjalanan ini, saya tidak tahu, saya ikut saja.

Dalam perjalanan, ketika melewati daerah Cangar, di sana kita melewati kawasan hutan lindung, di sana banyak sekali kawanan monyet ekor panjang yang berjejer di pinggir jalan. Mereka ini bertingkah layaknya pengemis yang mengharapkan sumbangan makanan dari pengendara yang lewat di jalan itu. Banyak sekali kawanan monyet ekor panjang ini, dari yang anak-anak hingga yang dewasa ada. Tingkah mereka mirip seperti manusia yang suka mengemis di pinggir jalan. Wajah-wajah mereka itu penuh harap melihat setiap kendaraan yang lewat. Bahkan ketika ada yang memberikan makanan, mereka bisa berebutan dan berkelahi untuk makanan tersebut. Hmm, mirip sekali dengan tingkah laku manusia ya. Entah manusia yang seperti kera atau kera yang seperti manusia. Saya di sini tidak sempat mengambil dokumentasi, karena ya terlalu terpesona memperhatikan tingkah laku primata satu ini.

Hati-hati ketika melintas tempat ini, kurangi kecepatan, takut menabrak primata yang tiba-tiba melintas, kemudian pastikan jendela mobil tertutup ketika melintas, karena ketika primata ini tahu ada makanan, tak segan mereka merampasnya. Hati-hati juga menggunakan handphone untuk mendokumentasikan, salah-salah handphone kita bisa dirampas, karena mereka pikir itu adalah makanan. Kalau pakai motor, ya hati-hati saja jangan terbuka ketika membawa makanan, kalau tidak mau diserbu gerombolan primata-primata itu.


Menjelang tengah hari, kami mampir di sebuah tempat makan di daerah Kabupaten Mojokerto. Yups, jangan heran perjalanan ini melintas beberapa kabupaten, tiba-tiba saja ini sudah masuk Mojokerto. Karena terbentur lapar juga dan jam makan siang, kami mampir isi perut.

Setelah kenyang kami melanjutkan perjalanan, ya dibantu GPS juga sih, akhirnya kami tiba juga di lokasi sekitar 13:20. Perjalanan ke sana kami ditemani guyuran hujan, ya kadang hujannya tidak rata, ada yang hujan dan ada yang tidak. Pas kebetulan kami sampai di TKP itu pas belum hujan, baru gerimis, tapi nampak jalanan itu basah menandakan sebelumnya sudah diguyur hujan.

Hawanya di sini sudah cukup sejuk, nampak itu jalanan panas yang teguyur hujan menjadi beruap, ditambah lokasi di sana yang relatif sejuk, membuat jalanan berefek seperti sedang smoking.

Sebelum menuju tempat wisata ini, kami harus melewati pintu gerbang tiket Gunung Banyak Fun Forest, di sana kami membayar Rp 10.000,- per orang dan tiket mobil Rp 10.000,-, total yang kita bayarkan Rp 60.000,-.

Dari pintu gerbang ini menuju lokasi tidaklah dekat, jalanannya cenderung menanjak, kalau bawa mobil masih baru belajar nampaknya harus ekstra hati-hati, kalau pengunjungnya sedang tidak banyak pasti aman-aman, kalau lagi padat bisa repot, tanjakannya ya lumayan. Lokasi parkir mobil cukup strategis dan luas, parkiran motor pun memadai.


Sampai di lokasi, yang pertama dituju adalah Oemah Kayu. Untuk masuk ke Oemah Kayu ini kita harus bayar tiket masuk Rp 10.000,- per orang. Kebetulan siang itu, kami beruntung hanya bayar Rp 40.000,- untuk 5 orang.


Oemah Kayu ini apa? Oemah Kayu itu sebenarnya sih seperti wisata gunung begitu, ya kita ke sini untuk hiking dan berfoto saja sih, merasakan sensasi foto di atas ketinggian begitu. Kenapa di sebut Oemah Kayu, karena di beberapa spot, ada gubuk kecil ya bisa disebut rumah yang terbuat dari kayu. Nah, ternyata rumah-rumah kayu kecil ini, yang nampaknya tersemat di pohon dan tebing ini bisa ditinggali lho, ada pula yang disewakan untuk bermalam di rumah kayu ini.


Kami berlima ke sini sebenarnya ya hanya berfoto-foto saja. Kebetulan saat kita ke sana, masih belum hujan, beruntung kita masih sempat berfoto-foto, setelah puas berfoto barulah hujan turun sangat lebat. Ya sempat kena hujan-hujanan juga, karena kita terpaksa harus segera mengungsi ketika hujan turun lebat.









Ada catatan penting ketika main ke Oemah kayu saat hujan, apalagi heavy rain with lightning, posisinya Oemah Kayu ini berada di ketinggian yang memungkinkan petir dapat menyambar. Meskipun dilindungi pepohonan rindang, tapi risiko sambaran petir sangatlah mungkin, apalagi hampir kebanyakan pengunjung datang membawa ponsel. Ponsel inilah yang akan memancing petir menyambar melalui gelombang elektromagnet sinyal. Makanya ketika hujan dan berpetir, para pengunjung dipersilahkan meninggalkan area Oemah Kayu segera dan mematikan smartphonenya atau memindahkannya ke mode pesawat.







Setelah puas berfoto, tujuan kami selanjutnya adalah jajan mie rebus di salah satu kedai yang dibuka di kawasan itu. Tidak berfaedah sih, jauh-jauh datang kemari, eh ujung-ujungnya hanya buat makan indomie. Kebetulan, saat kami mengungsi dari Oemah Kayu, kondisinya hujan cukup lebat. Mau tidak mau kami harus mencari tempat yang nyaman, dan tempat itu adalah warung indomie.

Ya cukup lama kami di warung indomie ini sambil menunggu hujan reda. Hujan siang menjelang sore itu cukup deras, semakin membuat suasana siang menjelang sore itu menjadi dingin, perkiraan suhunya sekitar 21 derajat celcius. Ditambah pakaian kita yang sedikit basah karena hujan-hujanan saat mengungsi tadi.

Oh iya, soal jajan indomie di warung yang kami singgah ini ternyata tidaklah mahal. Ya kadang kan di tempat wisata seperti ini indomie rebus saja bisa dihargai sangat mahal, tapi tidak dengan di sini, satu porsi indomie pakai telor itu Rp 12.000,-, ya masih masuk akal lah.



Karena hujan yang cukup lebat ini, kami tidak bisa mengeksplor tempat wisata lainnya, di sini juga dikenal Wisata Paralayang. Karena di sini ada penyewaan jump tandem paralayang begitu, ya merasakan sensasi olahraga ekstrim paralayang. Ya sedih sih tidak bisa eksplor lain tempat karena hujan. Setelah hujan nampak reda, kami bergegas ke mobil untuk pulang, takutnya nanti hujan lagi lebih deras, kami jadi terlambat pulang ke Pandaan.


Rute pulang tadinya akan melewati jalur arteri biasa, tapi ternyata info dari GMaps, jalur itu macet, akhirnya jalur saat kita berangkat tadi kami pilih untuk jalur pulang. Perjalanan pulang pun lancar jaya, akhirnya sekitar pukul 18:30 saya tiba di home stay untuk beristirahat. Kepulangan kami ditemani hujan yang cukup lebat.

Trip yang menyenangkan, meskipun melelahkan tapi saya menikmati perjalanan ini. Ya jadi menambah catatan perjalanan saya, itung-itung buat ngisi catatan saya di blog pribadi. Terima kasih banyak buat bro Risky yang sudah menyediakan kendaraannya, bro Marcel yang sudah jadi penunjuk jalan, mba Okta dan mba Yanti yang jadi 'motor' trip hari Minggu ini, terima kasih semua.

Semoga lain waktu bisa jalan-jalan ke tempat lain lagi, biar gak asing sama tempat-tempat wisata di Jawa Timur, terutama di sekitar Pandaan, Pasuruan. Sampai jumpa di catatan saya lainnya. -cpr-

Posting Komentar

4 Komentar

  1. Emang perjalanan dinas itu 'lumayan' enak mas, wahahaha, kadang menyisakan sinis di teman kantor lainnya karna penyakit hati yang diderita pegawai lain :))

    Suka banget itu Oemah Kayu, dhoooo.... Instagrammable banget.. Tapi itu jembatan itu ga ada pengaman kahh??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Untuk jembatan gk da pengaman sm sx. Sy jg gk tw, gmn perhitungan exp date kayu penopangnya, kuat berapa lama, sdgkan kan di sana suhu lembab sering hujan, buat kayu cepat lapuk.

      Mudah2an sih selalu beruntung, jd gk da korban

      Hapus
  2. Samaan donk kita, Kak, tugas luar kota... yang saya tulis #JalanJalanKerja hahaha. Setelah tugas/pekerjaan selesai, hyuuuukkk jalan-jalan ke tempat wisatanya. Btw Oemah Kayu itu bagus bener ya, wisata buatan yang mendukung wisata alam. Keren!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, ya itu sbnrnya ky buat vila-vilaan begitu. Cuma ya itu, kalau hujan malam, ngeri-ngeri sedap, soalnya risiko tersambar petir, apalagi ketika sinyal handphone mode aktif.

      Soalnya pas ke sana minggu lalu, itu hujan dan ada petir, langsung dikondisikan untuk mematikan handphone ke mode pesawat, dan segera meninggalkan lokasi, risiko tersambar petir. Berasa wisata extreme kalau hujan wwkwkwkwk

      Hapus

Tinggalkan jejak, jika anda mampir ;p Terima kasih atas kunjungannya - cocoper6