RIP Bude Sum, Guardian of Pendopo

Kembali lagi, November jadi bulan duka. Kali ini berita duka datang dari lingkungan dekat dimana saya tinggal (baca: kosan). Kabar duka ini saya dapat pas saya baru tiba sepulang kerja. Ada tetangga kamar bilang, sudah dapat info, kalau Bude meninggal hari ini, tadi magrib tepatnya. Sekarang lagi dibawa ke rumah sakit.

Langsung saya terpikir, benar bahwa bulan ini cocok jadi bulan duka. Mungkin hanya kebetulan saja. Peristiwa dekat, dan seakan-akan menyimpulkan seperti itu.

Bude atau Ibu saya biasa memanggilnya. Beliau ini merupakan orang yang dipercaya pemilik kos untuk tinggal di kosan ini. Tidak untuk menjaga juga sebenarnya, tapi secara tidak langsung iya 'menjaga', beliau memang ada hubungan baik dengan pemilik kos, sehingga bude ini boleh tinggal di salah satu bangunan yang posisinya di lingkungan kos. Dulu waktu masih muda dan masih sehat, bude ini sering membantu-bantu di rumah pemilik kos, yang saat ini juga tengah sakit tua.

Kos saya ini memang luas sekali, jadi di halaman bagian depan memang ada bangunan kecil hanya kamar dan ada kamar mandi di bagian luarnya, nah di sana beliau tinggal bersama keluarganya. Sebelahnya memang ada bangunan agak besar, berpintu rolling door, namun itu adalah gudang ternyata.


Beliau ini sudah cukup lama dikenal di lingkungan sini, Yahya Nuih. Anak-anak kos sekitar sini pasti tahu, "bude pendopo". Saya baru mulai mengenalnya sejak saya pindah kos di sini, sejak mau genap dua tahun lalu. Sebenarnya sebelumnya, saya sudah tahu tentang beliau sering bantu-bantu bersih-bersih kos saya sebelumnya "Yulimar".


Bu Sum begitu dia dipanggil ini setahun terakhir memang bermasalah dengan kesehatannya, yaitu penyakit gula dan ada ginjal juga. Bu Sum ini pernah terjatuh atau entah luka terkena sesuatu atau bagaimana, menyebabkan kakinya luka. Karena ada penyakit gula, lukanya ini jadi sulit sembuh. Sejak itulah kesehatannya mulai terganggu. Kalau tidak salah 2-3 minggu ini beliau sudah tidak bisa berjalan karena lukanya makin parah jadi kesulitan berjalan. Akhirnya hanya banyak menghabiskan waktu berbaring.

Saya terakhir bertemu beliau minggu lalu. Iya kondisinya sebenarnya baik, hanya memang tidak bisa bangun. Biasanya waktu masih bisa jalan, beliau suka jalan-jalan pagi, atau duduk di depan menyapa penghuni kos, baik siang atau sore hari. Ya sejak beliau tidak bisa jalan, memang banyak waktu di dalam kamar yang hanya sepetak.

Beliau memang bukan orang berada, hanya orang biasa, hidupnya sederhana bersama suami dan kedua anaknya, yang anak pertama perempuan dan anak kedua laki-laki.

Saya sering menghabiskan waktu sore mengobrol dengan beliau, ya soal kehidupan, beliau bukan orang yang pintar, cerdas seperti orang berpendidikan. Tapi beliau orang baik, polos layaknya ibu-ibu jaman dulu yang sederhana, yang dimiliki ya ilmu kehidupan sehari-hari yang dia jalani dan pengalamannya ketika masih muda.

Oh iya, jangan kalian pikir bahwa ibu atau bude, jadi beliau sudah tua. Tidak, kalau dilihat umurnya, masih bisa dibilang muda, bahkan mencapai kepala lima saja belum. Jika dibandingkan dengan ibu saya, masih tua jauh ibu saya, yang masih nampak muda.

Kini beliau sudah tiada, meninggalkan keluarga kecilnya. Kini di Pendopo tidak ada lagi yang menyapa dengan ramah penghuni kosan, tiada lagi teman ngobrol saya ketika habis mencuci mobil. Ya, saya pasti kehilangan. Karena biasa kalau malam saya pulang kerja, beliau suka masih duduk di depan, menyapa saya.

Yang dilingkari itu tempat tinggal beliau di Pendopo, Guardian of Pendopo

Selamat jalan Bu Sum, istirahatlah dengan tenang. Sakitmu telah diambil, Tuhan punya jalan yang terbaik buat bude. Bude sudah tenang di sana. Selama jalan bude. Kenangan yang masih teringat dalam ingatan saya, akan saya ingat selalu. Catatan ini sekaligus akan mengingatkan saya.

Hidup hanya sementara, siapa kita, berpendidikan atau tidak, kaya atau miskin, semuanya pasti akan kembali kepada Sang Pencipta, tidak ada yang bisa kita bawa saat waktunya tiba, selain amal baik dan budi baik kita semasa hidup. Kesederhanaan bukan berarti kita tidak bisa berbuat baik. Mangga yang bude kasi ke saya, akan saya ingat, bude sering tawarkan makanan ke saya meski sering saya menolak karena tahu akan keadaan. Sekali lagi, istirahatlah dengan tenang, semoga amal perbuatan bude diterima dan dapat tempat terbaik di sisiNya.

Meskipun saya berbeda keyakinan, saya tetap berdoa juga untuk arwahnya. Cara kita berbeda, tapi tujuannya sama kembali pada Yang Esa.

Sebuah catatan duka, yang menambah kenangan-kenangan duka dibulan November ini, tepat dihari akhir bulan. -cpr-

Posting Komentar

0 Komentar