Birthday Trip One Day Trip Kelor, Onrust, Cipir (1)

Akhirnya hari yang ditunggu tiba, 17 Agustus 2017. Awalnya, harapannya bisa "lepas", happy berlibur menikmati suasana laut. Eh ternyata, H-1, ada saja musibah menerjang. Tadinya, mau enjoy menikmati trip seharian, akhirnya jadi tidak begitu menikmati karena kepikiran hitung-hitung kerugian. Segala prepare yang sudah disiapkan beberapa hari sebelumnya, akhirnya tidak bisa berjalan sesuai plan.

Malam tanggal 16 Agustus, yang harusnya saya bisa istirahat cukup, malah tidak bisa, karena harus wira-wiri ngurusin "laporan kehilangan".

Pagi, jam 3, saya dibangunkan alarm weker hape. Padahal, baru tidur beberapa jam lalu sudah harus bangun. Tapi memang harus begini, karena saya harus meet up dengan teman-teman baru di daerah Kalisari. Karena untuk menuju lokasi meeting point nya cukup jauh, saya memutuskan untuk naik angkutan umum saja. Supaya biaya lebih murah, akhirnya saya harus bergabung dengan teman-teman yang kebetulan searah.

Teman baru selama trip kali ini ada Mba Putri, Mba Olin dan satu lagi Mba siapa saya lupa namanya. Kebetulan mereka tinggal di daerah Kalisari, jadi saya harus ke sana, karena start ke Dermaga Kamal adalah dari sana. Taxi online jadi pilihan, biayanya bisa dibagi kami berempat, 40.000 /orang. Lumayan, daripada kalau saya harus berangkat sendiri ke sana.

Suasana pagi di pasar ikan Kamal

Berangkat jam 04:30 dari Kalisari, perjalanan relatif lancar, wajar karena masih pagi buta. Kami sampai di lokasi meeting point, dermaga kamal sekitar pukul 05:00. Sampai di sana, kondisinya ramai, ternyata di sana setiap pagi ada pasar ikan. Banyak pedagang yang menjual ikan hasil tangkapan, ikannya nampak segar-segar, ada yang besar, kecil bahkan ada yang nampak masih hidup (menggelepar). Kami berangkat lebih awal, karena menurut rundown time acara, kami harus sudah berangkat pukul 06:00. Tapi ternyata, molor deh. Yang buat molor adalah registrasi ulang dan panitia yang memang baru buka meja lewat dari jam yang sudah direncanakan.

Peserta diberikan pita merah dan putih sebagai penanda dari rombongan ini, karena di sana banyak rombongan lain dengan panitia berbeda

Peserta yang ikut ternyata cukup banyak, ada dari berbagai macam latar belakang, ada anak muda, orang tua, mahasiswa, pekerja, bahkan keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan kedua anaknya. Ada pula yang rombongan, jadi mereka sengaja ikut trip kali ini bersama-sama.

Selesai proses registrasi ulang dan pembagian kapal, akhirnya satu per satu kloter diberangkatkan. Kebetulan, kloter untuk kapal yang saya tumpangi berangkat lebih dulu. Ada beberapa kapal yang sempat saya hitung, masing-masing kapal diberi nama untuk menandakan kelompoknya, untuk memudahkan mendata peserta. Ada kapal Suneo, Hamtaro, Naruto, Apel, Jeruk, dan beberapa nama lain, kapal saya sendiri dinamai I love U. Ada lebih dari 10 kapal mungkin.

Loading penumpang untuk kapal ILU

Saya catat, sekitar pukul 07:30, kapal mulai lego jangkar dan berangkat meninggalkan pesisir Jakarta menuju pulau pertama. Perjalanan menuju pulau pertama memakan waktu kurang lebih satu jam lebih sedikit atau mungkin.


Pulau Kelor
Pulau Kelor adalah pulau pertama yang saya datangi. Pertama kali sampai di pulau ini, yang saya pikirkan adalah masa lalu dari pulau ini seperti apa ya? Karena yang saya lihat dari pulau ini, menarik lah untuk disinggahi. Meski saya tidak melihat ada pohon besar dan rindang di sini. Apalagi cuaca siang ini lagi cerah-cerahnya, panasnya bukan main.


Pulau ini menurut saya kecil sekali, ya sama seperti namanya 'kelor', karena memang untuk mengelilingi pulau ini bisa beberapa kali dalam waktu satu jam.

Hal yang menjadi perhatian dari pulau ini adalah bentengnya. Di sisi terluar pulau ini ada bangunan yang masih kokoh berdiri, yaitu benteng. Benteng ini merupakan satu dari beberapa benteng yang dulunya dianggap penting bagi Belanda sebagai garda terdepan sebelum memasuki wilayah Batavia. Kondisi benteng ini masih berdiri kokoh, hanya dibeberapa bagian ada yang sudah roboh, entah terhantam serangan musuh saat perang, atau terkikis oleh umur.


Benteng ini berbentuk melingkar, di dalamnya terdapat ruang kosong untuk pasukan Belanda berjaga. Di dinding benteng ini juga ada ruang kosong untuk menyematkan meriam-meriam siap tembak. Namun sekarang, meriam itu sudah tidak berada di lubang-lubang tersebut lagi.

Benteng ini bernama Martello Fortress, benteng ini berbentuk lingkaran dengan ketinggian 9 meter dari permukaan laut. Benteng ini dibangun Belanda tahun 1850. Bangunan benteng ini dibangun Belanda, dalam upaya membuat sistem pertahanan yang disebut Nieuwe Hollandse Waterlinie. Diameter luar benteng ini adalah 14 meter, dengan ketebalan 2,5 meter. Benteng ini punya 8 jendela, yang berukuran tinggi 2 meter dan lebar 2,5 meter. Di antara jendela tersebut ada celah kecil untuk menyimpan meriam. Namun, sekarang sih, meriamnya sudah tidak ada. Dan kondisi fisik benteng pun tidak begitu utuh, karena ada bagian yang hancur. Benteng di Pulau Kelor merupakan yang terkecil, dibandingkan diempat pulau lain, Pulau Sakit, Pulau Onrust dan Pulau Cipir (diperoleh dari papan informasi di salah satu sudut pulau).

Selama di sana, saya hanya membayangkan bagaimana suasana dulu, ketika benteng ini masih aktif digunakan. Bagaimana suasana ketika terjadi penyerangan yang datang dari armada laut lawan yang akan mendarat di Batavia? Di sisi pulau lainnya, saya tidak menjumpai tembok pelindung layaknya benteng. Jadi, sepertinya sangat terbuka sekali apabila musuh memang benar-benar menyerang dari sisi yang lain.

Pemerintah DKI Jakarta, memanfaatkan pulau ini sebagai destinasi wisata. Namun sayangnya, masih minim sarananya. Kalau saya lihat, fasilitas yang tersedia hanya ada dermaga kecil dan WC umum serta pos pantau jaga untuk penjaga pulau. Untuk WC umumnya saja menurut saya kecil dan serba terbatas, jadi ketika musim liburan pengunjung banyak, sudah pasti antrean pengguna WC umum akan mengular.


Pantainya sendiri berpasir putih, putihnya berasal dari remahan cangkang hewan laut yang bercampur pasir laut. Pasirnya juga cenderung kasar. Pantainya juga bersih, air lautnya pun nampak jernih. Sesuatu yang harus dijaga kebersihannya.




Apa saja si yang bisa dilakuin di pulau ini? Sepertinya, di sini itu hanya untuk berfoto dan bermain air jika mau. Untuk ombaknya sendiri tidak begitu deras, cenderung tenang, setidaknya begitu dari pengamatan saya saat itu. Hal lain yang bisa dilakukan, mungkin ya memancing. Saya lihat ada beberapa pemancing di sisi pulau terluar, yang tidak ada pasirnya. Namun saya amati, tidak ada tangkapan ikan yang potensial. Sepertinya, memang harus banyak bersabar. Hal lain, untuk bersantai, sepertinya masih memungkinkan, namun usahakan bawa perbekalan cukup, karena di sini tidak ada penjual makanan, karena memang pulau ini sangat kecil.

Narsis dulu, buat oleh-oleh

Saya di pulau ini sampai jam 11an. Rundown time lainnya adalah pindah ke pulau lainnya. Penumpang kapal yang saya tumpangi sudah dipanggil panitia untuk berkumpul di dermaga. Setelah semua penumpang lengkap, kapal kembali 'bermotor' menuju pulau berikutnya. bersambung

Posting Komentar

0 Komentar