Emosi Tingkat Dewa

Untuk kesekian kalinya dikesalkan sama partner kerja. Memang hubungannya koordonasi. Maklum beda lokasi kerjanya. Entah mungkin kurang komunikasi atau memang sifat ybs yang sulit bersosialisasi. Saya sendiri memang kurang komunikasi untuk kenal lebih jau karakter ybs, karena sudah cukup kenal dengan sifatnya yang seperti itu. Tidak ada keinginan kenal lebih lanjut. Menyebalkan, ketika harus rempong cekcok dengan wanita macam dia. Bukan apa-apa, beberapa tahun lalu sempat ada pengganti ybs, karena cuti. Penggantinya justru lebih humanis, lebih asyik, dan lebih bisa jadi partner. Koordinasi juga jadi enak-enak saja, tidak seperti ini. Nah dari sini kan sudah kelihatan, yang bermasalah dimana? Toh bukan saya saja yang punya komentar begini.

Rasanya ingin "anjing-anjingin" nih orang. Dulu pernah sih ada yang ngatain karena pernah adu debat, sudah salah nyolot. Mampus tuh kena semprot habis, nangis, pas lagi berbadan dua kena "anjing-anjingin". Sempet kasihan, tapi pikir-pikir, ngapain juga kasihan, sudah layak dapat seperti itu. Bahkan nih hari, kembali nih hati dibuat kesal. Rasanya ingin lempar granat nanas ke itu orang, biar mampus sekalian jadi rujak bebek. Tapi itu cuma didalam imajinasi kartunku. Mana bisa didunia nyata merealisasikan imajinasi kartunku.

Yang bikin tambah ingin "babi-babiin" itu orang, ketika dia yang salah cuma bisa diem alias ngeles. Kalau saya, saya tahu tuh dia salah, saya sih tidak banyak komen, atau rempong ini itu, ya kalau dia salah ya sudah, tinggal diperbaiki selesai. Toh namanya manusia tempatnya salah, tidak perlu permalukan orang lain. Kan enak begitu. Tapi kalau dia ini kagak. Gimana kita gak pengen "anjing-anjingin atau babi-babiin" ini orang. Kaya berasa paling bener aja nih orang, bisa permalukan orang.

Kalau bisa replace ini orang, ya pengennya eksekusi saja sekarang. Lebih baik cari orang yang lebih baik, lebih masuk ke semua golongan. Ini orang juga songong, kadang atasannya sendiri diomong, padahal diri sendiri aja gak becus. Padahal atasannya ya masih back up. Kalau saya nilai justru masih lebih baik atasannya, lebih cerdas bergaul, cocok dengan siapa saja meski ada sengketa pendapat, dan tidak mempermalukan orang yang salah hanya hal sederhana yang bisa diperbaiki. Sangat berbeda, hal simpel dibuat ribet sama ini orang.

Kata orang tua, kalau kita benci dengan orang lain, lakukan yang sebaliknya jika ingin mengenyahkan orang jenis ini. Maksudnya begini, kalau kita benci pada seseorang jangan kita memaki, mengumpat dan berharap ini orang enyah dari lingkungan kita. Tapi berdoa yang terbaik untuk orang itu, kemungkinan untuk orang ini enyah pasti lebih besar daripada kita harapkan orang ini enyah. Doain aja selamet, di jalan tidak kenapa-kenapa. Justru kalau doain yang buruk, malah makin selamet nih orang.

Hemm, kelihatannya mudah memang, tapi susah lakuinnya, ini hati berontak rasanya. Tapi untungnya saya punya sifat dendam yang lebih baik. Saya tidak mau mengotori tangan saya untuk membalas sesuatu perlakuan dengan perlakuan yang sama, karena saya masih percaya akan ada yang balas, dan ketika hal itu terjadi, saya cuma ingin bilang, "enak ya, sukur deh, rasain lu!"

Hari ini untuk kesekian kalinya saya kesal pada orang ini. Sampai-sampai saya niat tulis diblog ini. Karena saya yakin pasti ada hal lain yang buat saya kesal dikemudian hari, jadi catatan ini jadi pengingat abadi. Dan kebetulan saya pengingat yang baik untuk soal begini.

Bahkan sampai saya terbawa ke alam bawah sadar saya, kalau saya sangat membenci orang jenis ini, baik dari sisi penampilan, cara berbicara, dan tingkah laku. Bahkan ketika saya menemukan kemiripan orang ini di lingkungan lain, langsung saya antipati. Gestur dll saya sangat ingat dan ternyata banyak model-model yang seperti ini diluaran. Pernah sekali, ada orang nyebrang jalan, mirip sekali dengan orang yang muakin ini, bawaannya pengen nabrak aja nih orang, kebetulan tu orang nyebrang juga salah. Tapi dalam hati, kasian juga tuh orang, jadi pelampiasan, langsung saya urungkan diri. Ini karena saking benci dan kesalnya dengan partner kerja saya ini.

Catatan ini memang, catatan kebencian, tidak baik memang tapi daripada kesal saya nanti akan terulang lagi kedepannya, dan saya kembali punya niat meluapkan kekesalan, mending saya tulis di sini sekarang, dan ketika kesal lagi tinggal baca. Memang tidak menyelesaikan masalah, tapi mengurangi bisa kesal bisa jadi. Untung saja saya orang biasa (bukan dewa atau superhero atau deadpool), kalau saya bukan orang biasa, sudah enyah itu orang. Kalau dihitung, ada hampir 2,5 tahun rasa ini ada, dan entah sampai kapan, yang jelas seumur hidup catatan saya ini akan abadi, tidak akan ilang, sampai ini orang kena batunya. Tunggu saja waktunya, pembalasan selalu lebih berat, ke lu atau anak lu nanti. Perbuatan orang tua terkadang anak harus menanggungnya. Bukan dengan tangan saya, tapi tangan orang lain. Ingat itu, lekas enyahlah kau!!!

Posting Komentar

1 Komentar

Tinggalkan jejak, jika anda mampir ;p Terima kasih atas kunjungannya - cocoper6