Ngemil Pempek Oleh-oleh dari Palembang

Sebelumnya saya mau ucapin terima kasih buat yang memberi oleh-oleh pempek dari Pelembang, yaitu mrs. yananice. Bulan lalu kalau tidak salah saya memang sedang 'ngidam' pempek, dan saat itu memang sudah terealisasi beli pempek di sebuah kedai pempek di sekitaran perumnas, Beji, Depok. Pempek dengan porsi besar mampu saya habiskan, meski begitu rasa puas yang saya rasakan belum 'dapat', perut ini rasanya masih ingin 'nagih' terus. Tetapi karena keterbatasan budget saya urungkan melanjutkan 'nafsu ngidam' saya.
Pempek merupakan makanan khas dari negeri seberang yaitu Palembang. Orang yang mengenal Kota Palembang pasti akan kenal dengan kuliner khas yaitu pempek, makanan olahan yang berbahan dasar dari adonan daging ikan yang digiling halus. Sebenarnya pempek ini banyak juga dijajakan melalui pedagang keliling dengan gerobak dorong, namun rasanya menurut saya tidak seperti pempek yang 'asli'. Kemudian juga kekawatiran saya ada bahan yang digunakan untuk membuat pempek itu.
Seharusnya pempek dibuat dengan bahan dasar ikan laut yang segar atau minimal layak konnsumsi. Namun karena mahalnya harga bahan dasarnya itu banyak pedagang nakal yang menggantinya dengan ikan lain yang harganya jauh  lebih murah dan mudah diperoleh. Di wilayah sekitar Jabodetabek banyak dilalui sungai, di sungai itu banyak dihuni ikan sapu-sapu, nah ikan sapu-sapu ini berkembang biak cukup banyak tanpa harus dipelihara. Mereka yang membutuhkan ikan ini tinggal mencarinya di sungai-sungai yang ada. Masalahnya, ikan sapu-sapu kita tahu adalah sebagai ikan pembersih kotoran, ikan ini makan dari sisa-sisa kotoran yang ada di dalam air. Kita tahu dan sadar bahwa sungai yang melintas di Jabodetabek merupakan sungai yang sangat kotor dan tak layak bagi kehidupan makluk hidup. Terlalu banyaknya sampah dan limbah yang dibuang di sungai membuat kandungan bahan-bahan tak layak konsumsi akan mengendap di sungai tersebut, dan bila dimakan ikan tersebut makan bahan-bahan berbahaya akan mengendap dalam tubuh ikan, apabila ikan itu dikonsumsi manusia maka bahan-bahan berbahaya yang mengendap dalam tubuh ikan akan berpindah ke tubuh kita dan jelas akan mempengaruhi kesehatan kita pada akhirnya.
Atas dasar itulah saya hanya akan mencari kedai yang khusus menjual pempek 'asli'. Karena di situ ada jaminan akan kualitas dari produk olahan yang dijual.
Hari ini saya bisa menikmati pempek oleh-oleh dari Palembang. Oleh-oleh itu disajikan dalam bentuk satu plastik bening yang berisi beberapa potong pempek. Kalau tidak salah ada tiga buah pempek lonjong, empat pempek pipih seperti serabi, dan empat butir pempek bola, oh ya lupa plus bonus kuah pempeknya.
Kebetulan di kamar kos saya tersedia kompor, minyak dan penggorengan untuk goreng pempek tadi. Saya siapkan dan "sreng-sreng-sreng", begitulah kira-kira bunyinya saat satu demi satu pempek masuk minyak panas. Namun apesnya ya, "pletak-pletok" cipratan minyak panasnya kemana-mana, sampe jempol tangan ku yang kanan harus terciprat minyak panas, lumayan "maknyos" rasanya. Karena cipratan minyak panas cukup ekstrim saya sampai harus menggunakan kacamata hitam untuk membalik pempek yang sedang saya goreng.
Oh ya, sedikit tips ketika ada bagian tubuh luar yang terkena cipratan minyak panas. Jangan sekali-kali berikan odol pada bagian yang terkena minyak panas, atau bahkan mencucinya dengan air dingin. Efeknya malah akan membuat kulit melepuh lebih parah. Odol dan air dingin hanya memberikan efek dingin saja. Efek panas dan dingin yang dipertemukan langsung maka akan punya dampak merusak pada bagian kulit tersebut. Ini diperoleh dari pengalaman selama ini, bahwa penggunaan odol dan mencuci bagian yang melepuh punya dampak merusak kulit menjadi lebih parah melepuhnya. Lebih baik adalah didiamkan saja, atau ditiup saja atau didinginkan dengan hembusan angin. Atau kalau ada salep bioplasenton bisa dipakai, yang saya tahu salep itu memang diperuntukan untuk obat luar kulit yang melepuh stadium ringan.
Lanjut ke pempek lagi deh. Akhirnya pempek itu satu per satu berhasil saya goreng, sambil menunggu saya makan pempek itu, hingga pada akhirnya pempek terakhir saya goreng, pempek itu akhirnya habis juga saya makan. Uih, mantab banget dah, pempeknya maknyus sekali, empuk dan gurih, plus ditambah kuah pempeknya yang relatif pedas membuat sensasinya ajib. Cukuplah untuk mengganjal perut ini sebelum makan utamanya, yakni makan malam.
Begitulah kira-kira jalan cerita sore hari di malam minggu bersama pempek dari Palembang. Namun sayangnya saya lupa membuat dokumentasi sejak sesi masak sampai makan, tapi sudahlah 'kronologis' yang saya buat ini cukup untuk jadi catatan dibulan Maret ini. Sekali lagi terima kasih untuk yang membawa dan memberi oleh-oleh ini. 9(^-^)? Cpr.


Posting Komentar

0 Komentar