Ikan Baung

Ikan Baung

Ikan baung, ikan ini sering saya dengar sewaktu memancing di Sungai Serayu, tepatnya di Bendung Gerak Serayu, Banyumas. Pemancing sekitar sungai Serayu sering mencari ikan ini, dulu sewaktu baru awal-awal mengenal hobi mancing, saya sempat penasaran dengan bentuk ikan ini. Sekarang sudah tidak lagi, ikan ini mirip-mirip lele, sembilang. Denger-denger ikan baung termasuk ikan yang enak untuk dikonsumsi.

Ikan baung merupakan ikan yang termasuk ke dalam marga Hemibagrus, suku Bagridae. Ikan ini tersebar di India, Cina Selatan dan Asia Tenggara. Ikan baung dikenal dengan banyak sebutan seperti ikan duri, baong, baon (di Malaysia), bawon, senggal/ singgah, tagih/tageh (di Jawa), niken, siken, tiken, tiken bato (di Kalimantan Tengah) dll.

Ikan baung ternyata benar masih sekerabat dengan ikan lele (bangsa Siluriformes), karena bentuknya memang mirip ikan lele. Marga Hemibagrus pada mulanya dianggap satu marga dengan Mystus (ikan keting atau lundu) atau sebelumnya dikenal sebagai Macrones. Marga ini kemudian dipisahkan, salah satunya ialah karena anggotanya yang dewasa umumnya memiliki tubuh yang berukuran besar. Ikan baung memiliki kepala yang memipih agak mendatar, dengan bagian tulang tengkorak yang kasar di atas kepala tidak tertutupi oleh kulit dan sirip lemak yang berukuran sedang berada di belakang sirip punggung (dorsal). Ikan baung bertubuh licin tanpa sisik dan serupa dengan lundu dan patin.Kita juga harus berhati-hati dengan ikan ini, karena memiliki tiga duri berbisa (patil), yakni pada sepasang sirip dadanya dan sebuah lagi berada di awal sirip punggungnya.

Habitat hidup ikan baung adalah air tawar, dapat juga hidup di muara sungai sampai ke bagian hulu. Bahkan di Sungai Musi (Sumatera Selatan) ikan ini ditemukan sampai ke muara sungai di daerah pasang surut yang berair sedikit payau. Selain itu, ikan ini juga ditemui di tempat-tempat yang letaknya di daerah banjir. Secara umum habitat ikan baung berada di perairan umum seperti sungai, rawa, situ, danau dan waduk.

Ikan baung termasuk hewan nokturnal, artinya aktivitas hidupnya (seperti mencari makan) banyak dilakukan pada malam hari. Ikan ini juga suka bersembunyi di dalam liang-liang di tepi sungai tempat habitat hidupnya. Di alam, ikan ini temasuk ikan pemakan segala (omnivora), namun ada pula yang menggolongkannya sebagai ikan karnivora, karena lebih dominan memakan hewan-hewan kecil seperti ikan-ikan kecil, udang-udang kecil, remis, insekta, moluska dan rumput.

Seperti yang sudah saya katakan di atas, ikan baung termasuk ikanyang enak dikonsumsi. Benar memang, di Asia Tenggara, ikan ini merupakan ikan konsumsi yang penting. Tekstur dagingnya lembut, berwarna putih, tebal dan tanpa duri halus sehingga sangat digemari masyarakat. Di beberapa daerah ikan ini menjadi menu masakan yang cukup lezat, seperti di Sumatera Selatan terkenal ‘pindang baung’, di Riau terkenal dengan menu ‘baung asam padeh’. Di Kalimantan ikan baung ini juga nikmat bila disajikan dengan dipanggang. Tak hanya itu saja, ikan baung juga lezat bila dimasak dengan cara di asap, atau ikan asap.

Untuk memancing ikan baung umpan yang digunakan bisa dengan menyesuaikan  dengan makanan alami ikan ini. Atau di Sumatera Selatan biasanya menggunakan ‘kucur’ merupakan campuran dari usus ayam, isi perut ikan dan telur itik dicampur dan dibusukkan sehingga menimbulkan bau amis yang menyengat dan dapat menarik penciuman ikan di air. Umpan ini terbukti sering berhasil, bahkan tak hanya ikan baung, namun juga ikan jenis lain. Meski ikan ini ikan nokturnal, memancing ikan baung pada siang hari juga sering berhasil. Ikan baung juga bisa dipancing dengan umpan alami seperti cacing dan jangkrik.

Sumber :

Wikipedia-Baung diakses tanggal 18 Februari 2011

pemancing.com-Ikan Baung, 10 Desember 2010 diakses tanggal 18 Februari 2011