Kunjungan Rutin Petugas / Satgas Bebas TB Nasional

Project nasional terkait eleminasi TB nasional di Kabupaten Pasuruan sepertinya berjalan dengan baik. Ini menurut penilaian saya, jadi saya sampaikan disclaimer di depan, jika dibandingkan dengan yang ada di Kota Cirebon, dimana sejak awal proses penentuan vonis saja sudah menyalahi prosedur. 

Ilustrasi, gambar diambil dari Google


Lalu indikatornya apa, koq saya bisa menyatakan itu berjalan dengan baik? 

Saya menilai dari proses vonis hingga setelah vonis. Meski terkesan lama pada awalnya, namun okelah saya coba maklumi itu dan ketika melihat catatan² perjalanan berobat mama saya ini, dan membaca manual book tenaga medis penanganan TB yang pernah saya share link nya dipostingan sebelumnya, di situ saya bisa menilai prosedurnya okelah sudah berjalan. 


Setelah vonis jatuh, lalu pengobatan, pemberian obat tidak asal beri tetapi dicek darah juga, guna melihat kemungkinan efek samping obat, dan terpenting adalah monitoring terhadap pasien. 

Hal tak kalah penting dari proses ini adalah bagaimana cara humanis dari tenaga medis dalam mensukseskan program nasional ini. Tenaga medis di Kabupaten Pasuruan, terutama di wilayah Pandaan bisa dinilai humanis dan menggunakan cara² persuasif, meskipun di lapangan bisa saja mereka menemukan pasien² resisten terhadap proyek ini karena mereka bermasalah dengan efek samping obat. 

Tapi cara² persuasif tenaga medis yang humanis jadi langkah awal yang baik untuk penanganan masalah TB di wilayah ini. Lebih baik jika ini menjadi sebuah style nasional, bahwa tenaga medis itu harus humanis demi mendukung kesembuhan pasien dari sisi psikologis. 

Saya sangat mencatat cara tenaga medis di Puskesmas Utara, Kota Cirebon yang tidak humanis dan tidak mendukung program ini, justru terkesa main nakal dengan proyek ini. Sory to say saya langsung berpikiran negatif, karena itu yang terjadi. 

Jadi melanjutkan update pengobatan TB yang dialami mama saya, sejak dimulai pengobatan, petugas kesehatan Puskesmas Pandaan melakukan visit 2x, sampai saat saya menulis catatan ini. 

Visit pertama itu dilakukan pada Minggu, 7 Desember 2025 oleh satu petugas dan pada Selasa, 9 Desember 2025 oleh 2 petugas. 

Disampaikan bahwa mereka menghadapi banyak resistensi dari pasien² yang menolak minum obat karena masalah efek samping yang berlebihan dari OAT yang dikonsumsi. 


Beruntungnya yang mama saya alami ini jauh lebih baik, efek samping tetap ada namun itu terkendali. Sehingga pengobatan sejauh ini berjalan dengan baik, kemudian dukungan keluarga juga baik dengan memonitoring catatan² rekam medis terkait efek samping yang timbul. 

Baca juga: 

Kemudian juga anggota keluarga ini melakukan pencegahan dengan tertib meminum obat yang diberikan oleh petugas untuk menghambat penularan TB dari pasien. 

Kedatangan atau kunjungan petugas puskesmas untuk memantau perkembangan pasien TB sangat diapresiasi, harapannya ini bisa membantu mendukung efektifitas kesembuhan dari pengobatan atau terapi TB ini. 

Petugas puskesmas ini menghadapi tantangan ketika ada pasien² yang menolak pengobatan karena efek samping OAT yang cukup bervariasi, ada yang parah membuat kondisi pasien makin drop. 

Karena kuncinya juga ada dari pasien, ketika pasien ini berusaha untuk sembuh dan minum obat tidak asal minum, namun dimonitoring efek sampingnya, pemastian minum obat sesuai jam tidak lambat tidak lebih cepat, makan rutin, minum rutin dan banyak, sehingga tubuh tetap bisa terjaga walau dihajar dengan obat 'keras'. 

Sejauh ini penilaian petugas puskesmas menilai bahwa mama saya termasuk yang baik dibandingkan pasien TB lain yang mereka kunjungi, walaupun efek samping yang dialami mama saya juga ada. 

Akan saya update pada kunjungan berikutnya atau ada update² soal pengobatan atau terapi TB ini. -cpr

#onedayonepost
#informasi
#kesehatan

Posting Komentar

0 Komentar