Busuknya Politik, Standar Ganda!

Sejak saya kenal istilah 'politik' saya sudah tidak menyukainya, seperti statement saya sebelum² nya, 'politik itu busuk, sampah dan kotoran", jujur saja saya emang menganggapnya begitu.


Apalagi kalau lihat kelakuan² orang² partai politik, gak kalah menjijikkannya!

Politik adalah sistem sebenarnya, tapi karena selama ini penyelenggaraan politik itu digerakan oleh 'mesin' yang namanya partai politik dan di dalamnya berisi orang, orang² ini akhirnya membentuk wajah perpolitikan itu jadi sesuatu yang menjijikan, maka saya anggap semuanya sama saja, busuk/sampah/kotoran.

Ilustrasi, gambar diambil dari Google

Baru² ini ada berita, anak dari Presiden Jokowi, Kaesang memilih 'jalan ninjanya', meski awalnya tidak kepikiran masuk partai politik, pada akhirnya keputusan itu berubah seiring waktu.

Kaesang ingin menentukan nasibnya sendiri, memilih parpol yang sesuai dengan jiwanya, #mungkin atau ada alasan tersendiri. Dia menentukan memilih PSI (Partai Solidaritas Indonesia).

Kita semua tahu, ayahnya dan kakaknya sudah otomatis masuk sebagai kader PDI-P. Karena PDI-P itu punya aturan kalau kata si emak² ketua partai, kalau dalam satu keluarga tidak boleh ada yang berbeda afiliasi parpol. Jika tidak berminat terjun ke politik lebih baik netral alias non parpol, intinya begitu. Jadi gak boleh ada itu anggota keluarga yang beda parpol.

Tapi ini terjadi dalam keluarga Presiden RI yang diusung oleh PDI-P. Lantas ini jadi menimbulkan 'masalah' di internal. Mau dibiarkan nanti akan membuat preseden buruk, "pilih kasih" dan lain-lain, urusannya akan panjang karena tahun depan adalah tahun politik.

Jauh² sebelum ini kasus serupa juga sudah pernah bahkan sering terjadi, dimana dalam satu keluarga beda partai politik dan itu selalu jadi catatan di internal PDI-P. Tapi ya balik lagi, siapa dulu yang melakukan.

Berkaca dari dirinya sendiri (baca: ketum PDI-P), itu saudara perempuannya, Rachmawati Soekarnoputri (Alrmahumah), sejak lama memilih jalan berbeda dengan Megawati, sempat mendirikan Partai Pelopor tahun 2002, sempat juga bergabung ke Nasdem tahun 2014, hingga akhirnya memutuskan ke Gerindra karena memilih bersebrangan dengan Megawati dalam pemilihan presiden kala itu, hingga akhir hayatnya dia menjadi seorang 'gerindrawati'.

Lalu apa sanksinya?

Itu jelas² saudara sendiri berbeda pandangan politik, lalu anda mau atur sebagaimana? Memecatnya! Ya jelas itu pasti, tapi impact ke anda sendiri gimana, apa anda juga harus keluar atau mengundurkan diri?

Ini seperti isu² yang beredar, bahwa karena Kaesang pindah afiliasi politik, Jokowi harus mundur, dipecat atau lainnya, begitu juga dengan Gibran yang saat ini memimpin Solo, lalu dengan siapa lagi sanak keluarga yang ada hubungan dengan Kaesang harus 'bermasalah'?

Sedangkan anda, bisa tetap memimpin parpol sampai sekarang? Anda berbicara keadilan tapi diri anda sendiri saja tidak bersikap adil, mulut mu itu tidak sesuai kalau berkoar soal keadilan.

Inilah yang membuat wajah politik tetap akan menjijikan!

Urusan politik, dukung mendukung biarlah jadi ajang yang sportif, gak perlu lah seperti itu. Jijik tau!

Mau milih apa, mau nentukan apa ya suka², karena hak berpolitik, memilih dan dipilih kan hak asasi yang dijamin, anda jangan atur² dengan dasar aturan partai, aturan itu hanya aturan yang diatasnya ada yang lebih tinggi lagi, hak asasi itu diatasnya, ngatur aja hidup lu. Ketika tidak bisa memberi contoh, gak usahlah berkoar!

Menyikapi hal demikian, sebaiknya sebagai parpol bertindaklah yang bijak. Jika dia pernah jadi anggota partai, lalu pindah afiliasi barulah dipecat, putuskan keanggotaan itu saja cukup. Tapi jika tidak pernah jadi anggota gak usah anda ikut campur urusan pilihan orang lain dengan ikut campur urusan garis keluarga.

Intinya sampai kapan pun politik akan tetap begini wajahnya, jadi lebih baik abaikan saja hal² yang berhubungan dengan politik, gunakan hak anda dengan hati nurani saja, dengan akal pikiran cerdas ya, bukan akal tolol.

Soalnya banyak juga yang pakai nurani si dipakai, tapi otak dan logikanya gak dipakai, yang dipakai adalah oh kalau milih ini enak nanti, ini gini, tapi bukan memilih orang yang bisa memperbaiki sistem jadi lebih baik.

Kalau ini memang kembali ke cara pikir orang² nya juga, kalau dasarnya 'gak cerdas' ya pilihannya juga akan jadi cerminannya. Memilih yang sempurna itu gak ada, tapi setidaknya pilihan yang paling terbaik yang ada, gak tertipu dengan bulan mulut oleh lidah tak bertulang, sekarang bilang apa, besok bilang apa. #preketek

Gitu saja sih opini saya, ya sekali lagi saya memang antipati dengan parpol, jadi ya beginilah pendapat saya. Kalian yang senang berpolitik, berpolitik lah yang bersih ya, apa ada sih yang begitu? Gak ada deh! -cpr

#onedayonepost
#politik
#politikbusuk
#opini

Posting Komentar

0 Komentar