Bertikai Terus, Israel dan Palestina Ini

Tidak habis pikir dengan Israel, terus saja senang berkonflik. Caplok mencaplok wilayah, bagi mereka sangat sulit untuk hidup berdampingan. Padahal semua ya bisa didiskusikan, jika tidak memaksakan kehendak.

Menjelang hari raya Idul Fitri 2021 ini bukannya menciptakan suasana damai malah terjadi kisruh. Banyak postingan disosial media, "save palestine", donasi to Palestina dll. Saya pikir ada bencana atau apa, ternyata ya bencana kemanusiaan. Di sana kembali pecah perang, saling kirim rudal antara tentara Israel dan perwakilan Palestina, HAMAS.

Korban jiwa sudah pasti berjatuhan diantara keduanya, yang jadi korban ya warga sipil. Di sana bukan medan perang, tapi pemukiman yang isinya ya warga sipil yang tidak tahu apa² sebenarnya. Yang bertikai ya hanya mereka yang punya kuasa.

Lalu sebenarnya apa yang jadi awal mula konflik yang baru² terjadi kemarin. Klo konflik berkepanjangan itu sudah pasti, soal wilayah memang jadi isu. Namun saya agak kepi, sebenarnya awal mula pecahnya konfrontasi Israel dan Palestina yang baru terjadi kemarin itu soal apa sih?

Berdasarkan informasi media² yang saya baca, topik utamanya memang wilayah, perebutan wilayah dan pencaplokan wilayah, atas dasar saling klaim.

Jadi pada awalnya ada empat keluarga Palestina yang diusir oleh Israel (sebutan untuk semua, entah petugasnya itu tentara atau petugas lainnya, yang penting dari pihak Israel).

Sejak tahun 1948, warga Palestina telah tinggal di lingkungan Sheikh Jarrah, Yerusalem, tepatnya Yerusalem Timur.  Secara hukum internasional, Yerusalem Timur sendiri masuk ke wilayah Palestina.

Kita coba mundur lagi ke belakang, tahun 1956, Israel memenangkan perang Arab-Israel.  Sebanyak 28 keluarga Palestina kehilangan rumah mereka dan mengungsi ke Sheikh Jarrah, Yerusalem Timur dan menetap di sana. Jadi, memang sejak awal daerah Sheikh Jarrah sudah jadi tempat warga Palestina bermukim.

Di sisi yang lain, Israel merasa punya aturannya sendiri, hanya dengan berdasarkan pada pengadilan lokal negaranya, awal tahun 2021, pengadilan pusat Israel menyetujui untuk pengusiran atas empat keluarga Palestina dari daerah Sheikh Jarrah. Jadwal eksekusi tanggal 6 Mei lalu. Di sisi yang lain keputusan ini mendapatkan reaksi dari warga Palestina sendiri, yang sudah lama bermukim di sana dan secara hukum internasional pun itu merupakan hak mereka tinggal di sana. Reaksi ini memunculkan demonstrasi², yang pada akhirnya memundurkan waktu eksekusi menjadi tanggal 10 Mei 2021 kemarin.

Pada hari sebelumnya, tepatnya hari Jumat dan Sabtu, 7 & 8 Mei, terjadi bentrok antara pasukan pengamanan Israel kepada warga Palestina yang berada di Masjid Al-Aqsa. Bentrok ini mengakibatkan ratusan orang terluka.

Akhirnya kini perang berlanjut dengan saling serang altileri roket, Palestina membalas serangan, begitupun dengan Israel. Warga kedua belah negara ini mengalami tekanan psikologis karena kondisi ini, kerugian material sudah pasti mereka hadapi.

Egoisme yang merusak kesyahduan hari raya. Entahlah, siapa yang salah. Yang salah adalah jelas keegoismean dan keserakahan, ketidakmauan untuk hidup berbagi dan berdampingan jadi malapetaka. Israel jelas jadi pihak yang salah, karena dia lebih mampu daripada Palestina. Kurang cukup apa untuk tak berbagi. Bukankah kita diajak berbagi atas apa yang kita punya, bukan atas yang 'akan' kita punya.

Saat ini Israel menguasai semua wilayah yang disengketakan yakni bagian Yerusalem Timur yang dikuasai Yordania dan jalur gaza yang dikuasai Mesir. Hanya Tepi Barat yang tak dikuasai Israel karena itu wilayah yang disisakan untuk Palestina. Sungguh luar biasa keserakahan Israel ini.

Akankah ke depannya ada solusi untuk kedamaian di sini? Meski peluangnya kecil, hendaknya tetap diupayakan. Kita melihat hal yang sama ada di Indonesia, dimana masih saja selalu kelompok yang berusaha memaksakan kehendak. Jadi potensi konflik akan tetap ada, hanya tinggal bagaimana meredamnya, ya dimulai dari masing² pribadi kita untuk lebih adem dan arif bijaksana menanggapi perbedaan. -cpr-


Posting Komentar

0 Komentar