Benar Dewasa Tidak Terpatok Umur

Memang benar ketika ada yang bilang, bahwa umur tidak bisa jadi patokan kedewasaan seseorang. Seiring waktu pernyataan itu memang benar adanya. Jadi jika ada yang masih baru tahu, langsung lah percaya itu benar, karena sudah terbukti dari generasi ke generasi.

Ada banyak faktor, terutama psikologis yang membuatnya begitu, tumbuh kembang dan lingkungan sosial ybs. yang membuat kondisinya seperti itu.

Saya memulai dari diri sendiri saja dulu, saya ini punya usia yang sudah cukup matang, ya secara angka, sudah diangka 3, sudah mau menginjak separuh lebihnya, 34+. Diusia itu jika menurut normalnya ya sudah cukup matang, dalam berpikir, bertindak, begitu juga dengan kelakuan. Tapi saya agak berbeda, agak antimainstream saya ini.

Jika dibandingkan orang lain yang seangkatan, jauh sekali berbeda dan saya menemukannya langsung, dengan mata kepala sendiri perbedaannya jelas sekali.

Jika instropeksi diri, saya tahu kenapa itu terjadi. Masalahnya ya seperti yang saya sampaikan di awal, faktor psikologis dan lingkungan sosial primer. Meski begitu ada hal yang bisa saya banggakan dari kondisi yang agak berbeda ini, dan itu yang jadi kelebihan saya. (tidak dipublish, nanti ria 😀😎)

Diambil dari IG @motivasi.jiwa

Ada pun contoh lain, yang juga tidak jauh² dari lingkungan saya. Dia berumur ya lebih matang lagi, tetapi sayangnya sifatnya cukup toksik. Penilaian ini justru datang dari rekan², dari orang² yang mengenal ybs.

Pada awalnya saya tidak mengamini apa yang mereka sampaikan, coba menyesuaikan diri mungkin mereka² lah yang tidak bisa bergaul atau berteman. Tapi seiring waktu memang benar, memang itulah yang sebenarnya. Sifatnya yang gak dia sadari jadi toksik sebenarnya.

Andaikan disurvei terbuka tanpa harus takut berkata jujur, semua akan memberikan kesimpulan yang sama.  Secara personal, sebenarnya ybs. orang yang baik, tapi ada sifat lain yang jadi toksisi itu mempengaruhi lingkungan dimana dia berada.

Saya temui masalah ketidaksukaan dengan sikap seseorang, tapi itu bisa dimaklumi, ya namanya teman ya. Tapi dengan yang satu ini bener² sulit memakluminya, karena ya begitulah sifatnya. Saya sampai mengatakan ini jadi toksik ya karena auranya itu memang merusak suasana suatu lingkungan, dimana ketika tidak ada ybs. semua baik² saja.

Inilah yang jadi pembenar, ketika usia tidak mendewasakan seseorang. Jika dibandingkan dengan orang lain dengan usia seangkatannya, itu beda sekali, ya ada hal² buruk pada orang lain tapi bisa dimaklumi, tapi dengan ybs. ini sepertinya sulit kita semua memaklumi. Pada akhirnya demi kedamaian lingkungan bersama, ya sudahlah, lebih baik ambil angin lalu. Kalau bisa memilih, lebih baik tidak ada.

Banyak contoh² yang bisa dibeberkan, dan orang per orang di lingkungan saat ini punya catatan negatif dengan ybs. Dengan tidak menghilangkan hal baik daripadanya ya. Tapi toksiknya ini yang kadang menganggu. 

Apakah yang seperti ini akan terus begitu sampai akhir usianya? Mungkinkah dia menyadarinya kelak? Saya rasa sulit ya, karena tidak pernah ada 'batu' yang bisa menyandung untuk menjadikan dia menoleh kebelakang atas hal² yang kurang baik yang pernah dilakukan.

Baginya usia adalah momok, ketika disebutkan atau disampaikan. Karena apa, ya itu tadi usia tidak mencerminkan kedewasaan, jika dibenturkan dengan itu nampaknya ybs. tidak sanggup menerima kenyataan itu.

Lain dengan saya yang sadar diri dengan kondisinya, meski usia saya cukup dewasa tapi nyatanya inilah saya. Sehingga bisa terus instropeksi diri. Daripada menutupi usia, tapi tak pernah berusaha merubah diri.

Ya sebuah catatan kegelisahan sehari-hari, ketika menerima banyak cerita tentang topik bahwa usia tak menjamin kedewasaan seseorang.

Karakter yang diceritakan dicatatan ini fiktif selain saya sendiri. So, jika ada yang merasa mungkin itu kebenarannya, jika tidak merasa berarti memang benar yang ada dicatatan ini hanya fiktif belaka. -cpr-

Posting Komentar

0 Komentar