Menarik Membahas Keuskupan Agung Uganda?

Ramai dibicarakan dibeberapa artikel media online, berita lampau yang direpost, tentang katanya seorang Uskup Agung Uganda memeluk Islam? Hmm, tentunya berita yang akan menjadi trending, bisa juga jadi clickbait.

"Padahal urusan keyakinan sebenarnya ya biasa saja. Tapi jika punya sifat membanggakan diri, tentunya hal biasa jadi luar biasa."

Menarik soal foto yang ditampilkan, dengan menandai panah, bahwa ybs. inilah yang mualaf itu. Tapi ternyata foto itu menunjukan orang lain, bukan yang disebut-sebut "uskup agung Uganda" itu.

Ya inilah situasi kita saat ini, dimana narator penjual agama, menggunakan narasi yang tidak disertai pengetahuan fakta di lapangan. 

Sama seperti modus narator penjual agama lainnya dimana selalu menjual latar belakang si mualaf ini, seolah-olah wow sekali. Padahal, urusan keyakinan sebenarnya ya biasa saja. Tapi jika punya sifat membanggakan diri, tentunya hal sederhana jadi luar biasa. 

Lalu siapa "uskup agung Uganda" yang dimaksud? 

Saya coba menjelaskan fakta di lapangan, soal penggunaan narasi "uskup agung Uganda". Yang tidak didasarkan riset sederhana. 

Saya mengawali dengan hal sederhana yang ada di Indonesia. Perwakilan gereja Katolik Roma di Indonesia itu mempunyai organisasinya yang kita kenal KWI (Konferensi Waligereja Indonesia) dan ditiap-tiap negara punya organisasi ini.

KWI mengatur administrasi keuskupan-keuskupan di Indonesia, dibawah keuskupan-keuskupan itu ada paroki-paroki yang dibawahi yang berada di setiap kabupaten/ kota.

Sebuah proses organisasi yang terstruktur rapih dan jelas. Jadi ketika ada yang memberikan narasi-narasi yang seperti yang diedarkan para narator clickbait, tentunya dengan mudah dipatahkan.

Misalkan, ada yang membuat narasi, "uskup agung Indonesia mualim" misalnya nih. Itu sudah pasti jadi adalah dagelan. Karena yang ada adalah Uskup Agung Jakarta, yang saat ini dijabat oleh Prof. Dr. Ignatius Kardinal Suharyo Hardjoatmodjo.

Untuk kasus di Uganda pun hampir sama, tidak ada itu "uskup agung Uganda". Uganda sendiri adalah nama negara, atau si narator berpikir Uganda adalah nama kota. 

Saya bisa katakan narator adalah orang yang tolol. Republik Uganda, merupakan salah satu negara di Afrika Timur. Ibukotanya adalah Kampala. Kampala merupakan kota terbesar di negara tersebut. 

Jika pun sebutan yang benar, adalah "Uskup Agung Kampala". Mari membuktikan apakah ini benar, mari kita lihat struktur keuskupan-keuskupan di Republik Uganda. 

Sekedar informasi saja di Republik Uganda, penganut Katolik Roma memiliki jumlah terbesar penganutnya yakni 39,3% selanjutnya denominasi Kristen lainnya.

Saya menduga karena alasan ini, narasi jualan agama cukup menarik ditawarkan kepada pemaham yang minim dan malas menggali informasi, yang cenderung senang menelan mentah-mentah informasi 'menyenangkan' seperti yang saya jadikan topik bahasan ini. 

Bendera Republik Uganda • source: Wikipedia

Konferensi para uskup di Uganda tergabung dalam Konferensi Waligereja Uganda. (serupa dengan yang terjadi di Indonesia, ya karena memang strukturnya memang dibuat rapih dan seragam, sehingga ketika ada yang aneh pasti ketahuan). 

Saat catatan ini dicatat, di Republik Uganda tercatat ada 20 yurisdiksi, yaitu terdiri dari 4 Keuskupan Agung, 15 Keuskupan Sufragan dan 1 Ordinariat Militer.

Kita akan fokus pada Keuskupan Agung saja ya. Karena kan topiknya sedang membahas "uskup agung Uganda".

Keempat Keuskupan Agung yang ada di Republik Uganda antara lain:
+ Keuskupan Agung Gulu
+ Keuskupan Agung Kampala
+ Keuskupan Agung Mbarara
+ Keuskupan Agung Tororo

Nah dari situ jelas, tidak ada itu "uskup agung Uganda". Mungkin, Uganda yang dimaksud adalah negara lain di dunia cermin. Mungkin saja begitu, karena kan mereka menggunakan cermin hanya untuk melihat dunianya saja. 


Lalu, siapakah sebenarnya sosok "uskup agung Uganda" yang 'dijual' dalam iklan narasi ini? Bintang iklannya adalah Martin John Mwaipopo

Siapakah beliau? Jujur saja saya tidak banyak menemukan informasi yang netral tentang sosok beliau ini. Beliau dinarasikan dengan cara yang sama sebagai "uskup agung Uganda", lagi dan lagi dan lagi, itu saja yang dijual. 

Belajar dari pengalaman yang terjadi di Indonesia, banyak mualaf-mualaf yang dikenal memang dengan narasi-narasi hoax, entah lulusan vatikan, lulusan seminari, mantan pastor, mantan suster, mantan imam di keuskupan lah dll. Banyak sekali narasi-narasi itu yang ketika ditelusuri ternyata hanya bualan semata, dimana itu semua kisah drama di negeri cermin.

Tapi tanpa malu mereka berkoar di channel Youtube dan channel sosial media lain untuk mencari pengikut yang kurang kritis dan nihil pemahaman informasi.

Dari kebiasaan inilah, saya cukup meyakini kebiasaan yang ada, jadi sosok yang bernama Martin John Mwaipopo ini tidak jauh berbeda dengan yang sudah-sudah.

Narasi yang paling tolol, bahwa dikisahkan dia mempunyai istri, dan katanya istrinya tidak dipaksakan untuk memeluk agama barunya. What? Istri? Seorang uskup, mempunyai istri? Katolik Roma tidak punya aturan macam ini, tidak ada uskup Katolik Roma yang berkeluarga. Ini jelas narasi clickbait, jualan agama, jelas! Benar seperti narasi jualan agama lainnya, saya bilang ya begitu-begitu saja.

Jadi, jika si narator clickbait ini mengaitkannya dengan Katolik Roma jelas itu adalah hoax, dan itu merupakan narasi yang dibuat untuk dunia cerminnya. 

Tapi ada hal menarik ketika saya hunting informasi. Mungkin saja, si narator ini menggabungkan narasinya dari informasi-informasi yang ditemukannya di internet tanpa dia memahami struktur hubungan organisastoris yang ada. 

Karena dianggap Kristen, semua dianggap sama. Sedangkan denominasi Kristen di dunia sangatlah banyak. Tapi patut kita maklumi standar otak pemahaman informasi mereka. 


Jadi memang ada Uskup Agung Uganda dan Uskup Kampala. Istilah itu saya peroleh di Wikipedia

Baca juga: Gereja Uganda

Dugaan saya, 'karakter' ini yang dipakai untuk membumbui narasi, supaya ketika ada yang mengatakan hoax mereka bisa berkelit, tidak hoax, bahwa ada koq "Uskup Agung Uganda", literaturnya ada. Itu benar. Tapi, ketika dia mencampur adukan informasi yang benar lalu didramakan seperti kisah negeri cermin, itu namanya DAGELAN! 

Gereja Provinsi Uganda merupakan provinsi anggota Persekutuan Anglikan. Di sana memang menggunakan istilah keuskupan, sama seperti pada organisatoris Katolik Roma. 

Ada 37 keuskupan di organisatoris mereka, sama dipimpin oleh uskup. Di sana pun dikenal istilah imam, paroki dll. Serupa dengan yang saya kenal di Katolik Roma. Itu tidak masalah, itu wajar dan normal. 

Menurut Wikipedia, perkembangan dari Gereja Uganda ini dimulai tahun 1877, dimana Church Missionary Society yang merupakan misionaris Anglikan Eropa pertama datang ke Uganda.

Sekedar informasi, Persekutuan Anglikan atau Komuni Anglikan merupakan salah satu persekutuan Kristen atau bisa dikatakan denominasi Kristen yang ada di dunia. Didirikan  tahun 1867 di London, Inggris.


Nah, jadi, setelah mencoba memahami narasi tersebut, bisa disimpulkan bahwa modus jualan agamanya masih sama dan tidak berbeda, baik yang terjadi di Indonesia dan di luar negeri. Entah, ini kisahnya di luar negeri memang begitu atau memang hanya draft skrip narasinya ala Indonesia punya, jadi secara umum hampir sama. 

Jadi, kemungkinan mereka menggunakan istilah-istilah yang memang ada di dunia nyata, hanya saja penggabungan satu sama lain jadi seolah-olah narasi yang benar, padahal kalau yang paham dan dipilah-pilah, ada ketidak sinkronan dramanya. 


Semoga jadi pembelajaran, bahwa hendaknya agama tak perlu dijual. Keputusan untuk memeluk agama adalah ranah pribadi. Jika pun pindah, tak perlu dibuat seolah-olah drama hidayah terjadi, boleh saja, asalkan itu sesuai dengan sinkronisasi fakta yang benar di dunia nyata, bukan di dunia cermin. 

Jujur saja, agak tergelitik saya mencoba buat catatan ini. Saya memang bermaksud menyinggung narator-narator seperti itu. Lebih cerdaslah sedikit. 

Biasakan diri memahami sejarah, jangan mengumpulkan sejarah yang sesuai dan enak-enak saja untuk membenarkan keyakinan mu. Ketika ada sejarah yang gak sesuai dengan keyakinan mu lalu dianggap salah. 

Balik lagi ke fakta dan sejarah yang tertulis dan diakui dunia. Jangan membuat dunia cermin. Tapi jika itu mau mu ya silakan. 

Semoga dunia cermin mu jadi dunia yang indah, penuh kedamaian, sehingga tak ada lagi pelangi 🌈 yang indah karena berwarna, karena semuanya hanya ada warna putih, merasa paling suci dan paling benar sejagat dunia cermin. 

Pelangi 🌈 indah karena dia berwarna-warni, dunia ini akan indah ketika yang berbeda ini bisa hidup bersama tanpa merasa diri paling benar. Kembalikan pada sejarah dan fakta yang ada, karena itu sumber kebenaran yang nyata, bukan sebuah fiksi ilmiah. 

Selamat dan terima kasih buat sang tokoh, Martin John Mwaiopo, yang membuat saya jadi banyak membaca, jadi menambah pengetahuan tentang Persekutuan Anglikan yang ada di Uganda, Gereja Uganda. 

Sampai jumpa dicatatan reaktif lain, menanggapi hal-hal menggelitik yang meresahkan hati dan pikiran. Semoga tercerahkan. Salam perdamaian. Pembaca cerdas tak perlu tersinggung, kecuali sebaliknya. -cpr-

Posting Komentar

0 Komentar