Sosok Carlo Acutis, OMK Masa Kini yang Bisa Kita Teladani

Selama ini kita tahu bahwa santo dan santai, gelar orang suci hanya diterima mereka yang adalah seorang biarawan atau biarawati, ya itu sepengetahuan orang awam. 

Tapi tahukah, sebenarnya kita semua bisa menjadi seperti itu, asalkan tentunya meneladai sungguh hidup sebagaimana orang benar dan hidup selalu untuk Tuhan Allah mu, bukan untuk lagi diri sendiri.

Mendapatkan gelar santo santai selama ini diperoleh oleh martir, mereka biarawan dan biarawati yang hidup sesuai perintah Tuhan Allah dan yang terakhir adalah awam. Yups, kita orang biasa jika layak, kita pun bisa. Tapi, kita hidup bukan untuk mendapatkan gelar, jika itu terjadi, itu tandanya Anda tak layak, karena hidup masih untuk diri sendiri.

Karena gelar itu semua tidak akan kamu ketahui. Gelar itu hanya untuk mereka yang hidup benar-benar untuk Allah.


Bagi orang muda Katolik masa kini, ada teladan yang bisa kita contoh. Ada tokoh muda Katolik asal Inggris, dia bernama Carlo Acutis.

Belakangan namanya sering disebut dalam postingan beberapa akun sosial media Katolik. Dia adalah calon penerima gelar orang suci. Dia bukanlah martir atau biarawan, dia hanya anak muda biasa, namun hidupnya tertuju pada Allah. 

Mari kita kenal lebih lagi tentang dia, agar dari pengalaman imannya, kita bisa belajar dari teladannya yang baik, bagaimana menjadi orang muda Katolik sejati. 


Carlo Acutis lahir pada tanggal 3 Mei 1991 di London, Inggris, Britania Raya. Dia adalah seorang pengikut Kristen Katolik Roma. Ayah dan ibunya bernama Andrea Acutis dan Antonia Salzano.

Orang tuanya bekerja di London. Meski begitu, Carlo tinggal di Milan, Italia. 

Dia terkenal sebagai orang muda Katolik, yang senang mengumpulkan mukjijat-mukjijat Ekaristi dari seluruh dunia. Semuanya dia kumpulkan dalam suatu katalog dihalaman web yang dia buat. 

Carlo memang pandai di dunia coding programming, gamers dan juga senang akan sepakbola. Dia gunakan talentanya itu untuk menyebarkan kabar sukacita mukjijat Tuhan melalui Ekaristi. 

Carlo berbeda (menderita penyakit) dengan remaja Katolik seusianya. Carlo mengidap leukimia. Hidupnya tidak akan lama, leukimia merupakan penyakit yang punya resiko hidup kecil.

Meski begitu tidak membuat keceriaannya hilang, dengan kemampuan yang dia miliki dia fokus melakukan apa yang menjadi passionnya itu, mengabdi pada Ekaristi dan itu menjadi tema hidupnya sampai akhir. 

Sejak kecil dia memang sudah tertarik pada imannya. Berdoa rosario, pengakuan dosa dilakukannya secara rutin. Carlo punya kebiasaan sebelum dan sesudah misa merenung di depan tabernakel. 

Komuni pertamanya terjadi saat berusia tujuh tahun, dilakukan di Biara S. Ambrogio ad Nemus.

Masa pendidikannya dihabiskan di Kota Milan dan masa SMA nya berada dalam bimbingan Yesuit di Instituto de Leone XIII.

Carlo Acutis punya panutan yang menjadi role model penuntun hidupnya. Mereka adalah orang-orang kudus yang telah mendapatkan pengakuan gereja, seperti:
+ Santo Fransiskus dari Asisi
+ Santo Dominic Savio
+ Santo Tarcisius
+ Santai Bernadette Soubirous

Ada hal menarik dari Carlo Acutis dalam kehidupan sosialnya. Dia kerap memotivasi teman-temannya yang punya masalah keluarga, seperti anak-anak yang orang tuanya mengalami perceraian, Carlo mengundang teman-temannya ke rumahnya untuk mendukung mereka. 

Carlo juga menjadi pelindung teman-temannya yang kurang beruntung (cacat) dari tindak pembulian anak-anak lain. 

Orang tua Carlo berusaha mencari kesembuhan bagi penyakit leukimia yang diidapnya dengan  mencari mukjijat Ekaristi, namun kondisi penyakit Carlo tidak memungkinkan untuk melakukan itu. 

Carlo yang senang dengan dunia komputer, mencoba mengumpulkan dengan detail dari setiap mukjijat-mukjijat Ekaristi yang ada. Dia memulainya sejak umurnya sebelas tahun.

Dia percaya bahwa melalui media daring juga bisa jadi sarana penginjilan.

"Semakin banyak Ekaristi yang kita terima, semakin kita menjadi seperti Yesus, sehingga di bumi kita ini akan merasakan surga." - Carlo Acutis

Pada akhirnya Carlo Acutis meninggal pada 12 Oktober 2006 pada pukul 06:45 pagi waktu Italia. Dia meminta dimakamkan di Asisi Italia. Tempat yang kerap dikunjunginya semasa hidup, dia begitu tertarik dengan kota itu. 

Tahun 2013 muncul petisi kanonisai untuk alarmhum Carlo Acutis ini. Konferensi Episkopal Lombard menyetujui petisi ini. 

Pembukaan penyelidikan dilakukan pada 15 Februari 2013, dan ditutup pada 24 November 2016 oleh Kardinal Angelo Scola.

Pada 13 Mei 2013, Carlo Acutis mendapatkan gelar Hamba Tuhan.

Pada 5 Juli 2018, Paus Fransiskus mengukuhkan kehidupan kebajikan heroiknya dan menamainya Yang Mulia.

Mukjijat lahir atas perantaraan ya menjadi alasan lain untuk melanjutkan proses pemberian gelar orang kudus pada almarhum Carlo Acutis ini. Gereja membenarkan mukjijat itu melalui dekrit pada 21 Februari 2020.

Dan pada 10 Oktober 2020, Carlo Acutis akan dibeatifikasi. 

Relikui dari Carlo Acutis saat ini terdapat di sebuah gereja di Asisi. Jenasahnya masih nampak terawetkan dengan sempurna, meski pada waktu pertama digali tidak sepenuhnya utuh dengan mengenakan setelan jumper dan sepatu sneakers. Sosok beato yang unik dimasa sekarang, selain dia juga masih muda ketika meninggal.

Jantung Carlo Acutis kini menjadi relikui yang tersimpan di Basilika Santo Fransiskus dari Asisi.

Pada awalnya keluarganya mau menyumbangkan organnya namun karena penyakit leukimia yang dideritanya tidak memperbolehkan itu. 



Ada beberapa hal menarik dari Beato Carlo Acutis ini. 

Dia adalah cerminan atau teladan orang muda  Katolik masa modern. Dimana, kita ini pun sepertinya. 

Dia besar di lingkungan keluarga yang tak sepenuhnya taat sebagai orang Katolik sejati. Tapi dia punya dorongan iman yang besar untuk melakukan sesuatu yang berbeda, menjadi teladan bagi orang tuanya dan orang-orang terdekatnya. 

Berbeda dengan kita yang justru mengkambinghitamkan situasi keluarga yang kurang beruntung untuk jadi alasan tidak menjadi orang muda Katolik yang taat. 

Carlo Acutis membuka mata kita, ketika iman dibangun dari diri sendiri tiada yang perlu dikampung hitamkan. Hidup kita sepenuhnya untuk Allah yang telah berbaik hati pada kita setiap saat.


Baca juga:




So, jadilah orang muda Katolik yang berbeda, jadi garam dan terang dunia saat ini. Bukan untuk mengejar gelar atau kebanggaannya tetapi lebih kepada teladan hidup yang baik, memberikan hidup kita untuk Tuhan, melalui sesama kita manusia. Melalui talenta yang kita miliki, melalui jalan hidup kita yang kita pilih, jadi awam yang baik, jadi biarawan atau biarawati atau bahkan menjadi martirnya.

Tapi ingat, menjadi martir itu bukan seperti tindakan bodoh para pelaku peledakan bom yang menciderai banyak orang tak berdosa demi agama ya. Kita tak pernah punya cara seperti itu untuk menjadi martir.

Yesus selalu mengajarkan kita akan cinta kasih, karena itulah yang Bapa Nya perintahkan pada kita untuk lakukan, pada sesama manusia tanpa memandang perbedaan apapun itu. 

Teladan yang bisa kita petik dari sosok Beato Carlo Acutis. Semoga kita dimampukan jadi orang muda Katolik yang bermanfaat, 100% Katolik, 100% Indonesia. Tuhan memberkati kita semua. Amin. -cpr-

Posting Komentar

1 Komentar

Tinggalkan jejak, jika anda mampir ;p Terima kasih atas kunjungannya - cocoper6