Pakai Alas Kaki atau Telanjang Kaki?

Mengemudi mobil baru saya lakukan beberapa tahun terakhir, itu yang intens hampir tiap hari, itu pun sejak saya punya kendaraan sendiri. Sebelum-sebelumnya jarang sekali, sekali-kali pas minjem atau sewa punya teman.

Jadi ya belum begitu mahir dalam mengemudi, tips dan triknya belum banyak saya ketahui dan aplikasikan. Tetapi ketika diminta membawa, menyupirkan saya masih sanggup. 

Pertama kali belajar mengemudi mobil ini bisa dibilang instan, dalam waktu seminggu sudah bisa mengemudi, walau waktu itu ya hanya sekedar mengemudi, dalam arti belum semahir kalau mengendarai motor, statusnya saja yang sudah bisa. Beberapa mobil seperti APV, GrandMax, Xenia-Avanza jadi bahan latihan saya kalau itu. 

Namun satu hal, ketika pertama kali berlatih itu kaki saya dibiasakan telanjang, ketika menginjakan ke pedal kopling, rem dan gas. Saya merasakan lebih sensitif ketika tanpa alas kaki. Rasa-rasa ngopling, ngerem dan ngegas lebih berasa. Ketika saya paksakan pakai alas kaki, malah sulit dan saya pikir beresiko. Jadi sejak saya bisa mengemudi itu, sampai saat ini, ketika mengemudi mobil ya saya tanpa alas kaki. 

Secara ilmu mengemudi yang baik, mengemudi mobil tanpa alas kaki itu tidak dianjurkan. Banyak artikel yang membahas hal ini.

Menurut kebanyakan trainer mengemudi, menyetir mobil itu harus menggunakan alas kaki, karena berbahaya jika menggunakan alas kaki. Kaki memerlukan grup yang baik pada pedal yang ada di mobil. Dikhawatirkan jika tidak menggunakan alas kaki, muncul kemungkinan licin salah injak pedal, kemudian apabila menggunakan alas kaki mengurangi potensi cidera ketika terjadi laka (baca: kecelakaan) lalu lintaslintas,  karena jari-jemari dan telapak kaki tak terlindungi. 

Seiring waktu saya mulai belajar mengemudi dengan menggunakan alas kaki, sepatu misalnya dan perlahan karena sering mencoba feelingnya mulai terbentuk.

Ada hal positif si bagi saya ketika mengemudi tanpa alas kaki, pedal gas, kopling dan rem jadi tetap baik kondisinya. Soalnya saya lihat pedal mobil lain yang dikemudikan dengan alas kaki, pedalnya jadi tipis. Saya berharap membuat awet bagian ini. Toh saya mengemudi dengan sangat hati-hati dan halus, tidak kasar.

Tapi kembali lagi, dua cara ini bagi saya masih jadi opsi. Saya justru lebih nyantai mengemudi tanpa alas kaki, jadi lebih rileks dibandingkan pakai alas kaki, misalnya sepatu. Kalau gatel, garuknya susah. Ya memang minimal itu sandal sih, tapi ya balik lagi alas kaki kadang bikin kotor kabin mobil. Makanya kadang saya berikan tempat khusus untuk alas kaki ini, karena di kabin kaki biar legah dan bebas kotoran, jadi berasa karpet di kamar pribadi.


Jika menyarankan ke orang lain, lebih baik ikutilah saran dan anjuran para trainer mengemudi, supaya mengemudi itu wajib menggunakan alas kaki.

Bagi saya itu pilihan, yang jelas keduanya saya belajar untuk bisa menyesuaikan diri. Ketika memerlukan alas kaki ya bisa, kalau mau santai juga bisa. Biar saja orang mau berkata apa, yang penting minimalisir ugal-ugalan dan selalu aman berkendara, minimal tak menabrak kendaraan lain.

Segitu saja deh catatan saya, ketika saya yang sedang mulai membiasakan diri berkendara dengan mobil, menggunakan alas kaki. Kalau kalian bagaimana, pasti punya alasan masing-masing, share ya pengalaman kalian. Bye. -cpr-


Posting Komentar

0 Komentar