Anak Sekolah Masa Kini, Generasi Covid19

Sejak wabah covid19 merebak beberapa bulan lalu, banyak hal dari kegiatan normal kita berubah. Itulah kenapa saat ini kita mengenal istilah new normal. Sebuah istilah yang digunakan untuk memperhalus situasi kondisi yang tidak normal, nyatanya.

Pada awal masa penyebaran covid19 ini, kebijakan yang dilakukan adalah PSBB (pembatasan sosial skala besar). Kita semua dipaksa untuk stay di rumah, kerja dari rumah (work from home) bahkan hingga sekolah dari rumah.

Seiring waktu, covid19 ini tak kunjung mereda, sedangkan kehidupan harus tetap berjalan. Mau tidak mau, kita harus hidup dengan cara baru yang tidak normal ini. Akhirnya ya banyak hal-hal yang harus disesuaikan demi bisa hidup bersama dengan covid19 ini. Protokol-protokol kesehatan digalakan dimana-mana.

Ilustrasi

Ada hal yang unik menurut saya dan ini akan memberikan kenangan sejarah yang berbeda di generasi saat ini, sebut saja "generasi covid19". Siapakah generasi covid19 ini, ya mereka yang mengenyam bangku pendidikan dasar ketika pandemi covid19 ini terjadi. Mereka yang lulus ujian tanpa harus melewati pahit-getir, dag-dig-dug ujian akhir nasional, mereka yang harus mendaftar sekolah dengan cara yang tidak biasa, mereka yang harus menikmati tahun ajaran baru tidak dengan duduk di bangku sekolah, tapi duduk di rumah sambil memandang gadget smartphone atau laptop.

Iya beginilah wajah anak sekolah masa kini. Siswa tidak mampu mau tidak mau dipaksa untuk mampu. Dulu, jaman saya sekolah, pakai alat komunikasi canggih adalah sesuatu yang langka, apalagi anak sekolah dasar pegang alat seperti ini, bisa disita. Tapi lain sekarang, covid19 ini memaksa anak-anak sekolah dasar harus akrab dengan gadget. Yang tidak punya dipaksa beli. Lalu, bagaimana nasib mereka yang tidak mampu? Apalagi sejak ada covid19 ini jelas menggerus pendapatan keluarga, malah diharuskan menyediakan gadget sebagai sarana belajar.

Dulu ketika sekolah, saya bangun pagi, pakai seragam, sarapan dan pergi menuju sekolah. Kalau generasi sekarang, mereka pakai seragam lengkap, hanya tanpa sepatu, kemudian duduk di meja makan atau meja yang layak untuk duduk dan memandang smartphone atau laptop untuk memulai proses belajar mengajar.

Itulah media yang memungkinkan digunakan anak-anak sekolah masa kini. Hanya demi alasan untuk memutus mata rantai penyebaran wabah covid19. Sampai kapan? Entahlah, tidak ada yang tahu, yang pasti selama vaksin belum ditemukan, kita akan terus seperti ini.

Ada berapa generasikah yang akan mengalami pola belajar mengajar seperti ini kedepannya? Generasi covid19 inilah yang akan punya cerita berbeda dimasanya nanti. Termasuk, orang tua yang mau tidak mau yang gaptek harus belajar untuk tahu, untuk mendampingi anak belajar. Lalu, bagaimana dengan kualitas anak sekolah masa kini?

Semuanya baru akan terlihat nanti, setelah belasan atau puluhan tahun ke depan, bagaimana nasib dari generasi covid19 ini. Akankah lebih baik dari generasi terdahulu, atau malah lebih terbelakang dari sisi mental, semangat dan daya juangnya?

Harapannya, semoga covid19 segera dihantam dengan ditemukannya vaksin. Supaya kita bisa kembali kehidupan normal seperti sedia kala, tanpa embel-embel "new", hanya ada kenormalan. Yang pasti, pola pendidikan yang selama ini berjalan saja belum mampu memberikan hasil maksimal, lalu bagaimana dengan pola didik yang seperti ini? Entahlah, waktu yang bisa mengujinya. Kita yang beruntung jadi saksi sejarah saat pandemi seperti ini yang akan membuktikannya. -cpr-

Posting Komentar

0 Komentar