Lagi (Lagi) Kelakuan Bar-bar Orang di Linfen, Shanxi Doyan Konsumsi Kucing

Seperti tak kapok dengan pandemi corona yang meluas melebar ke penjuru dunia dari kegiatan konsumsi kuliner extreme. Kini China dikabarkan masih saja melakukan hal yang sama.

Sebelumnya kita tahu, bahwa di Wuhan sana ada sebuah pasar yang menjual aneka bahan makanan extreme dari binatang yang gak umum dikonsumsi, salah satunya ada kelelawar yang diduga menjadi perantara penyebaran virus coronan dari hewan ke manusia.

Eh kini ada lagi kabar kalau mereka masih mengkonsumsi kuliner extreme, kali ini daging kucing dan anjing. Okelah, kalau anjing di Indonesia kebiasaan bar-bar ini masih dilakukan di beberapa daerah. Kalau kucing, agak bagaimana ya misalkan dijadikan hidangan.

Ya mau anjing atau kucing atau hewan lain yang tak lazim dikonsumsi kita pasti mengrenyitkan dahi. Koq bisa sih?

Ilustrasi source: riauin.com

Saya mendapatkan informasi dari kanal detik dot com, di sebuah daerah di China tepatnya di wilayah Linfen, Provinsi Shanxi, di sana daging kucing dan anjing dianggap sebagai kuliner eksotik yang enak.

Sampai ada video viral dimana terdapat kucing-kucing yang ditempatkan di kandang merupakan hasil curian dimana kucing itu akan disembelih dan dijadikan makanan. Untung saja kucing-kucing ini berhasil diselamatkan oleh organisasi pelindung hewan.


Di daerah lain di China, tepatnya di Kota Yulin dan Kota Yinfen, di sana ada festifal makan daging anjing. Fuih, bar-bar sekali mereka ini. Kita semua tahu, anjing hewan paling setia tega dijadikan bahan makanan, bahkan sampai difestivalkan. Bayangkan berapa banyak anjing yang jadi korban? Fu*k, benar-benar anj*ng sekali mereka!!!

Jujur bacanya bikin kesal sih. Nanti penyakit apa lagi yang akan menyebar dari kelakuan bar-bar bangsa mereka ini. Kondisi ini nantinya akan menimbulkan masalah sosial, rasisme ke depannya. Saat ini saja, stigma negatif pada penduduk asia dianggap sebagai sumber pandemi. Sampai ada istilah "corona man", "corona girl".

Kucing dan anjing bukan bahan makanan layak konsumsi. Dalam tubuh kucing banyak sekali cacing, coba saja, kucing itu makan sampah, jadi begitu banyak cacing di dalam tubuh mereka. Bahkan ketika mereka muntah saja, nampak cacing-cacing halus di bekas muntahan mereka. Masih bisa kah mereka konsumsi bahan makanan seperti ini? Heran sekali saya!

Di beberapa kota lain di China memang sudah ada yang sadar sejak wabah pandemi ini terjadi, larangan konsumsi daging anjing dan kucing, juga kuliner extreme lain diberlakukan. Mudah-mudahan daerah lain secepatnya sadar sebelum terlambat.

Kasus makan daging kucing pernah juga terjadi di Indonesia, kalau tidak salah seorang warga Kemayoran, Jakarta. Ada kabar kalau si pemakan kucing ini dilarikan ke RS karena drop. Entah karena ekses makan daging kucing atau sebab lainnya.

Selain sebagian penduduk China, sebagian penduduk Madagaskar juga mengkonsumsi daging kucing, karena alasan sebagai sumber suplementasi protein yang baik dan bisa menyembuhkan penyakit. Di Indonesia ada di daerah Tomohon, Sulawesi Utara.

Kucing merupakan inang yang baik untuk beberapa parasit penyebab toksoplasma, ada pula infeksi bakteri Clostridium botulinum (merupakan bakteri yang memproduksi racun botulin yang menyebabkan keracuna yang menyerang infeksi saraf otak dan sumsum tulang belakang, bahkan bisa menyebabkan kelumpuhan.) Selain itu ada pula bakteri Borrelia crocidurae yang dapat menyebabkan demam tinggi. Bahkan flu burung dapat ditularkan melalui kucing.

Kalau daging anjing yang dianggap biasa untuk dikonsumsi itu pun ternyata punya dampak negatif. Di dalam tubuhnya punya potensi infeksi karena bakteri e.coli 107, salmonela, antraks, hepatitis dan leptospirosis. Terdapat pula parasit Trichinela penyebab radang pada pembuluh darah. 


Sebenarnya sih kembali lagi ya, kita manusia diberi akal budi yang baik. Kucing dan anjing merupakan hewan yang tak lazim dikonsumsi. Jadi memaksakan diri menggunakan mereka sebagai bahan makanan rasanya bar-bar sekali.


Pada awalnya saya menggunakan judul "orang China" mungkin sedikit rasis, tapi ini mungkin bentuk kecewaan akibat pandemi ini yang delalah dimulai dari sana karena kebiasaan bar-bar mereka. Meskipun di belahan dunia lain ada pula yang melakukan kebiasaan buruk itu seperti di Madagaskar, Indonesia dan tempat lainnya yang belum terjamah media. Akhirnya saya rubah menjadi "orang di Linfen", supaya tidak jadi masalah. Wajar saja kita dibuat kesal, akibat video viral tentang digagalkannya dengan temuan kucing-kucing dalam kandang siap potong untuk dijadikan bahan makanan.

Semoga manusia bisa belajar dari pandemi ini, supaya bisa lebih baik lagi dalam hidup bersama makluk hidup yang lain, bisa saling mendukung dan menciptakan kesimbangan ekosistem yang baik, supaya tidak ada lagi kelakuan bar-bar seperti itu.

Buat orang Indonesia yang masih bangga dengan makan makanan extreme lekas sadar diri. Anda manusia berakal budi, gunakanlah dengan baik. Adat istiadat boleh tetap lestari dengan modifikasi, apalagi setelah masuknya ilmu pengetahuan, agar tak lagi hidup dalam kebodohan budaya dan adat yang salah. Dampaknya besar jika sampai terjadi pandemi seperti ini hanya karena ulah bar-bar segelintir orang.

Sebuah catatan kekesalan melihat kelakuan bar-bar manusia di belahan bumi yang lain, yang tak kapok dengan pandemi ini. Sabar, sabar. Semoga pandemi ini lekas berlalu dan jangan ada pandemi lainnya karena ulah manusia bar-bar lainnya. -cpr-

Posting Komentar

10 Komentar

  1. njir...

    sedih liat kucing geletak gitu...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, gk tega. Liat kucing lucu2 dg segala sifatnya yg kdang nyebelin. Tp bkn berarti bs bantai buat makanan.

      Hapus
  2. Disgusting... tapi yah bagaimana lagi, itu bisa saja budaya atau kepercayaan disana.

    BalasHapus
  3. Bener ini, kalau saya sih mikirnya budaya itu sifatnya cair, bukan sesuatu yg kudu dipertahin gitu terus sampe akhir zaman. Kalau banyak mudharat ya tinggalin. Di Sunda ada peribahasa "ngindung ka waktu ngabapa ka zaman," yg berarti budaya atau sikap hidup kita harus selalu bisa beradaptasi dengan perkembangan zaman.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bnr, mnrt sy jg gt, soal nya ditakutkan akan nambah penyakit baru.

      Hapus
  4. kagak ada makanan lain apa ya... kok setega itu... budaya yang mengesampingkan akal sehat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itulah dia, penyakit menularnya ada atau tidak kan tidak tahu juga

      Hapus

Tinggalkan jejak, jika anda mampir ;p Terima kasih atas kunjungannya - cocoper6