Hari Pangan Sedunia, di Gereja St. Theresia Pandaan

Hari Pangan Sedunia tahun ini jatuh pada tanggal 16 Oktober 2019, hari itu jatuh pada hari biasa. Meski begitu, setiap tahun gereja selalu merayakannya dalam misa syukur. Tahun ini gereja merayakannya pada hari ini, bertepatan dengan Hari Misi.

Pangan merupakan kebutuhan primer tiap makluk hidup. Ketika penciptaan dunia dengan segala isinya, Tuhan sudah mengaruniakan segala hal untuk kecukupan semua makluknya di dunia, termasuk manusia. Manusia ditugaskan untuk menjaga dan melestarikan ciptaan Nya untuk kecukupan manusia itu sendiri.

Pada hari pangan sedunia ini, gereja selalu mengambil peran untuk selalu meningatkan, bahwa kita perlu menjaga hasil-hasil bumi, pangan-pangan lokal, yang ditanam dari tanah dimana kita dipijak. Karena dari bahan-bahan makanan itulah, lahir makanan-makanan olahan yang beranekaragam.

Hampir tiap tahun saya ikut dalam ekaristi hari pangan sedunia, di Paroki St. Paulus, Depok, kemudian dulu di Paroki St. Yosef, Purwokerto bahkan di Paroki Bunda Maria, Cirebon paroki asal saya. Kini saya ikut di Paroki St. Theresia, Pandaan.

Gunungan hasil bumi umat Paroki St. Theresia, Pandaan

Tidak ada yang aneh memang, semua ya biasa saja. Hiasan altar yang biasanya menggunakan bunga-bunga, kini menggunakan hiasan dari bahan pangan, ada jagung, kacang panjang, kol, tomat, sawi dll.

Kemudian, ada pula gunungan yang isinya pun tidak jauh berbeda, serba bahan pangan hasil bumi. Ada pula hasil olahan hasil pangan tersebut, rebus-rebusan, ada pisang rebus, kentang rebus, tela rebus, sukun rebus, kacang rebus. Semuanya diserahkan ketika persembahan untuk diberkati, lalu setelah misa hidangan sederhana itu dibagikan kepada umat.

Pada saat persembahan, gunungan hasil bumi dipersembahkan bersama olahan hasil bumi lainnya serta, roti anggur untuk perayaan ekaristi

Perayaan di paroki ini tidak seperti di paroki lain, di Paroki St. Paulus Depok misalnya, di sana lebih ramai sekali, apalagi ada pembagian atau lebih tepatnya rebutan gunungan bahan makanan tadi. Di sini tidak. Mungkin yang membedakan ya umatnya di sini tidak begitu banyak dibandingkan di sana, jadi suasananya nampak biasa saja.

Meski begitu, saya cukup senang bisa merayakannya di sini, menambah pengalaman suasana berbeda. Tapi yang terpenting adalah bagaimana kita bisa menghargai pangan dan sumber-sumber pangan tersebut supaya bisa menjadi hasil, menjaga tanah dan air dimana hasil bumi itu ditanam, supaya kelangsungan hidupnya bisa terus menerus dinikmati generasi berikutnya.

Setelah misa, di halaman gereja, olahan hasil bumi yang telah diberkati saat misa, dibagikan untuk disantap umat, menu rebus-rebusan

Ya tentunya dihari misi, itulah salah satu misi umat beriman Kristiani dalam kehidupan sehari-hari, disamping masih banyak misi-misi lainnya dimana Yesus perintahkan kepada kita.

Ya itu saja catatan yang ingin saya catat di perayaan hari pangan sedunia tahun ini. Dokumentasi yang bisa saya bagikan hanya sedikit. Ya setidaknya cukup untuk mengingat-ingat kenangan tahun ini. -cpr-

Posting Komentar

0 Komentar