Punya Kebiasaan Ngorok Tidak Disarankan Mengemudi

Adakah dari kalian punya kebiasaan ngorok? Kalau ada, ya kita senasib. Sadar atau tidak, katanya sih saya ini kalau tidur mengorok, atau bahasa kerennya sleep apnea. Apalagi kalau lagi kecapean, itu pasti ngorok. Hanya saja, ketika saya mintakan rekaman ketika saya ngorok itu tidak pernah ada. Ingin sih membuktikan itu, oh memang.

Tapi walau tidak ada bukti, sudah banyak sih teman-teman atau kerabat yang mengatakan hal tersebut. Jadi, saya mau tidak mau meyakini hal tersebut, dan berusaha mengurangi walau entah ada pengaruhnya atau tidak.

Tidur ngorok saya pikir ya biasa saja, tidak ada efek samping apa-apa. Tapi, saat masa mudik seperti ini ternyata ada artikel yang mengatakan bahwa pengidap sleep apnea tidak disarankan mengemudi kendaraan. Apa sebabnya? Itu karena pengidap sleep apnea akan terus merasa mengantuk meski tidurnya sudah dirasa cukup. Kondisi ini akan sangat mempengaruhi konsentrasi dalam berkendara.

Mulai setahun lalu saya sudah mulai sering berkendara dengan mobil. Sejak saat itu pula, saya merasa gampang sekali mengantuk. Iya, kalau lagi menyetir, ya baru 1-2 jam, sudah gampang mengantuk, apalagi dipengaruhi cuaca panas atau dingin. Saat itu, kantuk mudah sekali menyerang, rasanya bikin kesel sendiri.

Nanti, misalkan saya istirahat, sejenak untuk tidur. Itu kalau sudah tidur rasanya ingin bablas, tidur 1 jam itu tidak cukup, butuh 2-3 jam. Makanya ketika perjalanan mudik yang jarak dekat seperti Jakarta - Cirebon, saya butuh waktu lebih lama. Apalagi kalau kondisinya macet, crowded, itu makin membuat saya kelelahan. Tapi jika jalanan lancar, kantuk yang terasa biasanya bisa saya libas. Padahal ya, jika sudah sampai tujuan, ya gak ngantuk-ngantuk banget.

Jika, saya maksakan untuk tidur pun ya, baru bekendara lagi 30 menit saja, itu kantuk sudah datang lagi. Kadang sih heran, koq begitu, apa karena kelelahan atau bagaimana. Ternyata apa yang saya rasakan itu adalah akibat dari kebiasaan sleep apnea yang saya alami selama ini.

Kalau keadaan biasa, tanpa berkendara itu pun, buat saya tidur selalu kurang, kadang tidur berjam-jam saja tidak membuat saya tidak mengantuk lagi. Jika akhir pekan, saya bisa tidur seharian asal disediakan makanan di samping tempat tidur, itu saya bisa puas-puas tidur, bangun hanya sekedar makan, lalu tidur lagi sampai seharian. Setelah bangun, saya masih bisa melanjutkan untuk tidur malam dan bangun paginya masih tetap terasa mengantuk.

Sleep apnea atau apnea tidur adalah gangguan serius pada pernafasan yang terjadi saat tidur, dimana saluran udara terhambat, karena dinding tenggorokan mengendur dan menyempit. Penderita sleep apnea otot tenggorokannya menjadi terlalu lemas sehingga menyebabkan penyempitan pada saluran pernafasan.

Ada dua jenis gangguan pernafasan pada penderita sleep apnea, yaitu hipopnea dan apnea. Hipopnea terjadi jika penyempitan terjadi hingga lebih dari 50%, keadaan ini menyebabkan nafas menjadi pendek dan lambat. Kisaran waktu sekitar 10 detik. Sedangkan apnea, penyempitan terjadi hampir menyeluruh. Hal ini menyebabkan kadar oksigen dalam darah turun, ini yang menyebabkan penderita apnea tidur suka tiba-tiba terbangun. Kondisi ini, hipopnea dan apnea bisa terjadi berulang.

Ada takaran parah tidaknya penderita sleep apnea ini, pengukurannya berdasarkan tempo waktu tidur selama satu jam, apa saja ukurannya yaitu:
- Tingkat ringan: terjadi gangguan pernafasan 5-14x selama satu jam.
- Tingkat sedang: terjadi gangguan pernafasan 15-30x selama satu jam.
- Tingkat parah: terjadi gangguan pernafasan lebih dari 30x selama satu jam.

Sleep apnea ini terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:
- Apnea tidur obstruktif, ketika otot pernafasan mengendur (apnea tidur yang umum terjadi)
- Apnea tidur sentral, ketika otak tidak mengirim sinyal dengan baik pada otot yang mengatur pernafasan
- Apnea tidur kompleks, merupakan kombinasi dari dua jenis tersebut di atas.

Gejala yang dialami ketika kita mengalami sleep apnea, antara lain:
- mendengkur atau ngorok
- bernafas berat atau berisik
- sering mengalami henti nafas dan terengah-engah
- bangun dengan mulut kering atau tenggorokan serak
- mengantuk saat pagi hari
- pusing saat terbangun

Penanganan sleep apnea dianjurkan dengan mengubah gaya hidup, seperti:
+ menghindari obat-obat penenang dan obat tidur,
+ menurunkan berat badan jika mengalami obesitas,
+ menghindari tidur terlentang, usahakan tidur miring,
+ berhenti merokok jika senang merokok,
+ mengurangi atau berhenti konsumsi minuman keras atau alkohol.

Meski nampak sederhana, sleep apnea ini mampu jadi pemicu komplikasi ke penyakit lainnya lho, apa saja itu?
- Hipertensi atau tekanan darah tinggi, sleep apnea meningkatkan resiko hipertensi hingga stroke.
- Diabetes tipe 2, cenderung mengalami resistensi insulin.
- Gangguan hati, penderita apnea tidur kerap ditemukan permasalahan pada hatinya.
- Kecelakaan, ini efek fatal akibat ngantukan, tidur cukup tidak mempengaruhi kualitasnya, sehingga kerap merasa ngantuk. Hal ini berbahaya ketika penderita apnea tidur berkendara.


Ya jadi sedikit tahu apa itu sleep apnea. Kenapa sleep apnea itu terlalu berbahaya bagi pengemudi kendaraan, karena ya masalah kualitas tidur, meski terlihat tidur sebenarnya kualitasnya sangat rendah, jadi lamanya tidur tidak mempengaruhi kualitas. Jadi penderita sleep apnea ini akan selalu mengalami ngantuk.


Ini peringatan juga buat saya, agar lebih berhati-hati ketika mengemudi. Mau tidak mau saya mengemudi selalu sendiri. Tentunya memang enak disupiri oleh orang lain, kita tinggal duduk manis. Tapi meski saya tidak mengemudi, ketika menjadi asisten driver saya justru tidak begitu mengantuk dibandingkan jika saya mengemudi. Hanya saat mengemudi saja, kantuk itu lebih terasa. Jadi buat kalian yang juga memiliki masalah tidur yang sama dan masih mengemudi, waspadalah. -cpr-

Posting Komentar

0 Komentar