Jalan-jalan Malam ke Tretes Lagi

Akhirnya, setelah beberapa waktu berlalu saya bisa sampai ke Tretes lagi. Emang sih kemarin-kemarin kalau lewatin Tretes ya sering juga. Tapi datang ke sini, dikhususkan, malam hari buat sekedar jajan ya sangat jarang. Dan, malam ini baru kesampaian lagi.

Baca juga: Coba Sate Kelinci

Bersama Mba Siska, Mba Yanti dan Rizky

Malam ini setelah acara buka puasa bersama dengan rekan-rekan kantor, saya dan teman-teman jalan-jalan malam ke Tretes, tepatnya sih ke tempat kulineran di depan Hotel Surya. Di sana merupakan tempat yang cukup ramai dengan kulineran, seperti sate kelinci, jagung bakar protol, wedang ronde, wedang angsle, STMJ, dan makanan-makanan lainnya.

Nyoba Angsle
Sambil menghabiskan malam, sambil ngobrol-ngobrol, mampirlah kita ke warung jagung bakar di depan Hotel Surya, sambil jajan jagung bakar protol, plus jajan angsle dan ronde.

Saya sih sekalian nyobain angsle, soalnya penasaran sama kuliner satu ini. Kalau ronde, sekoteng itu sudah pernah. Nah pas ke Jawa Timur ini, tahu ada angsle, tapi baru malam ini saya coba. Harga satu porsi angsle kalau tidak salah Rp 13.000,-

Lalu, bagaimana komen soal angsle ini? Hmm, not bad lah. Disajikan ketika masih panas lebih enak x ya. Soalnya semalam itu kaya kurang hot. Tapi, ternyata angsle ini bisa disajikan hangat atau juga dingin lho. Entah semalam itu karena udaranya yang dingin sehingga kuah panas tak berasa atau memang tidak terlalu panas.


Di dalam mangkok kecil yang bernama angsle ini ternyata isinya ada bubur pacar (warna orange), kacang ijo dan ketan di dasar mangkok, ditemani kacang dan roti tawar, lalu diberikan kuah santan gitu deh. Ya seperti yang nampak di dalam dokumentasi yang tak begitu fokus gambarnya di bawah ini.

Jika dilain kesempatan, ada dua mangkok ronde dan angsle, kemungkinan saya akan pilih ronde. Kenapa? Karena ronde lebih enak buat relaksasi, ada jahenya, apalagi ketika disantap panas, itu lebih berasa menghangatkan tubuh, apalagi pas lagi berada diudara dingin.

Bahagia itu sederhana, ketika berkumpul bersama teman-teman, suasana yang akan saya kangenin sekembali saya ke Jakarta beberapa minggu lagi 


Habis nyantai di warung jagung dan angsle, kita pindah ke warung sate, waktunya kita 'nyatai'. Berhubung kan sebelumnya sudah pada makan pas bukber, dan tadi sudah ngangsle dan ngejagung bakaran, maka nyate nya beli hanya seporsi dan pakai lontong saja.

Harga seporsi sate kelinci di warung ini Rp 20.000,- ditambah lontong jadi Rp 3.000,-. Sate tersebut kita makan rame-rame, berempat. Sampai akhirnya tinggal 2 tusuk sate dan 2 potong lontong lalu kemudian dibuang undi, dengan 'hompimpa alaium gambreng'. Hiburan sederhana yang menyenangkan.


Setelah selesai nyate, kami pun bergegas pulang, kembali ke Pandaan di bawah. Uih, pas perjalanan pulang tuh, turun dari keramaian di sekitaran Hotel Surya, sambil glosoran karena jalanan turunan, angin malam langsung menyerap ke pori-pori kulit, uihh berrr dinginnya cuy. Saya bayangkan, ini baru Tretes, bagaimana suasana malam di Batu, Malang, pasti di sana lebih dingin lagi.

                                     
Narsis ditemani pengamen yang nyanyi lagunya Anji

Oh iya, dalam perjalanan dari Pandaan ke Tretes ini satu hal lainnya yang akan selalu saya ingat adalah pastikan bbm kendaraan harus terisi penuh. Soalnya begini, saya berangkat dari Pandaan, fuel trip motor masih di skala 50:50, artinya masih separuh lah.

Eh tapi ternyata, setelah mencoba pas naik dengan kondisi fuel trip setengah, sampai di atas ternyata fuel trip diposisi empety, habis boo. Untung saja, dari atas itu ke bawah turunan, kalau jalanan nanjak dijamin baru beberapa kilometer sudah sekarat bahan bakar nya. Menuju Tretes ternyata sangat menguras bahan bakar.


Ya begitu saja deh cerita catatan saya kali ini. Semua yang catat saat ini akan terasa nanti jika waktu sudah berlalu lama, apa yang tercatat ini bisa jadi kenangan dan pengingat yang baik suatu saat nanti saya membutuhkannya. Sampai jumpa dicatatan saya lainnya. -cpr-

Posting Komentar

0 Komentar