Trip Ziarah Gua Maria Phosarang, Kediri, Jawa Timur

Ditugaskan ke kota lain dalam waktu yang cukup lama jadi berkah tersendiri buat saya, karena bisa merasakan menginjakan kaki ke banyak tempat baru selama waktu pertugasan. Beberapa tempat wisata sudah saya kunjungi, rasanya kurang kalau tidak singgah ke tempat wisata religi.

Sudah masuk ke minggu kesekian saya di Pandaan. Kali ini memanfaatkan hari libur ditengah minggu di awal April, saya dapat kesempatan untuk wisata religi atau ziarah ke Gua Maria yang cukup terkenal di wilayah Jawa Timur, yaitu GM Phosarang yang terletak di Kediri Jawa Timur.

Gua Maria Phosarang atau Phusarang ini merupakan gua Maria yang cukup dikenal dikalangan umat Katolik dan Kristiani pada umumnya. Gua Maria dan sekaligus Gereja Katolik di sini termasuk ikonik, karena mempunyai arsitektur inkulturasi kebudayaan Jawa dengan misi missionaris dari Eropa kala itu, ketika masa penjajahan Hindia Belanda.

Gua Maria Phusarang ini juga dikenal dengan nama Gua Maria Lourdes Phusarang. Karena gua Maria ini dibuat agak menyerupai gua Maria yang ada di Lourdes, Prancis.

Gua Maria ini terletak di kompleks Gereja Katolik Puhsarang, yang berlokasi di Desa Puhsarang, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur. Letaknya berada di lereng Gunung Wilis, 400 meter diatas permukaan laut, 10 km arah barat daya Kota Kediri.


Lebih jelas mengenai sejarah atau informasi mengenai GM Puhsarang dan Gereja Katolik Phusarang bisa kunjungi link terkait di bawah ini ya.


Baca juga: Gereja Pohsarang



Trip ziarah ke GM Puhsarang ini dimulai sejak pagi, sekitar pukul 08:00, kami sudah start berangkat dari Pandaan. Berbekal GMaps, kami menuju lokasi. Suasana pagi ini cukup cerah. Berdasarkan GMaps, perjalanan akan menempuh waktu 2 jam lah, dengan jarak tempuh 143 km, lumayan jauh sih. Rute perjalanan melintasi Kabupaten Mojokerto, lalu arah Kabupaten Kediri via tol.

Di daerah Mojosari, Kabupaten Mojokerto, kami mampir ke pasar tradisional. Ya kami cari ransum perbekalan dan sarapan. Di pasar itu kami sempat mengisi perut terlebih dahulu. Ya jajan, jajanan pasar, nasi kuning paketan, nasi goreng paketan, kue bantal, bubur srintil, buah pisang, salak, telur puyuh dan beberapa makanan kecil lain untuk perbekalan. Setelah kenyang baru lanjutkan perjalanan.

Sekitar pukul /11 siang, kami baru tiba di Phusarang, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Sebelumnya, saya dibuat terpukau saat melewati depan pabrik rokok yang jadi salah satu terbesar di Indonesia, yaitu Gudang Garam, komentar saya amazing.


Sampai di Phusarang, ternyata situasinya lagi ramai, banyak peziarah dari kota-kota sekitar Kediri datang mengunjungi tempat ini, alhasil parkiran kendaraanya tidak bisa dekat langsung dengan komplek. Kami diarahkan parkir agak ke atas, di samping pintu masuk ke arah Gua Maria, di sana ada space halaman kosong yang tidak luas tapi mampu menampung beberapa mobil.



Dari pintu masuk arah Gua Maria itulah kami mulai masuk ke komplek Gua Maria Phusarang. Pintu masuk itu menghantarkan kami ke area area gua Maria besar (replika yang di Lourdes, Prancis).


Tapi karena kami penasaran dengan spot lainnya, jadi kami mencoba ke arah gereja batu yang punya arsitektur ikonik dan melintas ke beberapa bagian penting yang ada di komplek peziarahan Phusarang ini.

Ada hal yang unik di gua Maria yang satu ini, lain dengan yang lain. Gua Maria merupakan tempat peziarahan umat Kristiani Katolik. Namun herannya, di sini Gua Maria lebih universal, karena apa, umat beragama lain ikut berbaur berziarah di sini. Mereka yang berhijab hilir mudik di dalam komplek gua Maria ini, seakan-akan mereka penasaran akan lokasi ziarah ini. Bahkan saya lihat, ada dari mereka berdua-dua memanfaatkan tempat ini sebagai tempat wisata. Jujur ya, buat saya sih aneh. Anehnya begini, apa yang ada dipikiran mereka, dan apa kata sesamanya melihat saudara satu imannya pergi bermain di tempat ibadah mereka yang dianggap "kafir". Mereka yang sangat memahami tuhan, pasti akan berkata-kata dengan dalilnya.

Tapi saya percaya dengan mereka yang datang ke tempat ini, bahwa iman mereka lebih kuat dari apapun, kunjungan mereka ke tempat ini tidak akan mengubah apapun atas kepercayaan pada Allah sendiri. Yang jadi masalah adalah soal pergeseran kisah sejarah yang diyakini.

Saya mendengar, mereka pun menghormati tempat ziarah ini, sebagai tempat berdevosi pada Bunda Maria. Mereka pun menyebut nama Maryam, sebagai Bunda Maria, bukan sekedar kata "Maria". Hal ini yang buat hubungan antar manusia itu bisa harmonis tanpa dirusak dalil-dalil pemecah belah atas pemaknaan individu demi menggaet umat dengan kalimat kontroversial yang memperuncing perbedaan.



Lanjut ke apa yang saya temui di sini. Saya dibuat terpesona dengan arsitektur bangunan kuno ini, dimana gereja batu ini dibuat, dindingnya ya dari batu, nampak sederhana sekali. Yang membuatnya makin menarik adalah kubahnya, pokoknya unik deh. Selama ini saya hanya bisa lihat difoto, kini saya melihat sendiri dan mengambil foto sendiri.

Satu hal lagi yang saya pikirkan ketika melihat itu semua, saya ingin merasakan misa di gereja ini atau di tempat lain di area peziarahan. Karena saya amati, ada beberapa spot yang bisa digunakan sebagai tempat misa yaitu gereja batu, pendopo serba guna dan altar di area gua Maria replika Lourdes, Prancis.

Konsep gua Maria Phosarang ini kalau saya amati mirip seperti yang ada di Kerep, Ambarawa, Jawa Tengah. Hanya saja, di sini lebih kental unsur etniknya dan unik.

Pendopo Serba Guna Emaus 

Gua Maria kecil 

Gereja St. Maria Phusarang, tampak depan

Di komplek gua Maria, Phosarang, Kediri, Jawa Timur ini terdapat beberapa spot atau lokasi penting, antara lain:
- Gereja 'batu' Santa Maria Phusarang 1836
- Relief Jalan Salib lama
- Pendopo Serba Guna Emaus
- Gua Maria kecil
- Area pemakaman para uskup dan umat beriman lain
- Gua Maria replika Lourdes
- Deorama jalan salib hidup

Di komplek gua Maria ini juga terdapat fasilitas seperti toilet, kamar mandi dan juga tempat/ warung makan dan juga penjual pernak-pernik cinderamata rohani, buku, juga makanan ringan.

Menjelang sore, kami mampir ke sebuah warung yang nampaknya ramai, di sana ditawarkan makanan yang khas yang tidak kita temui di Pandaan, apa itu? Sate babi atau B2 dan ada pula sate RW (alias anjing). Tapi karena saya tidak mau makan hewan paling setia, jadi pilihan jatuh ke sate B2.

Satu porsi sate B2 di sini dijual masih terjangkau lah, Rp 15.000,- per porsi (10 tusuk), nasi dijual Rp 3.000,-. Harga makanan lain pun masih layak lah, tidak seperti yang dibayangkan biasa warung makan di tempat ziarah atau wisata itu selalu mencekik leher.

Olahan satenya juga enak, empuklah. Pada awalnya saya berpikir sebaliknya, ya namanya tempat begini entah masaknya ala kadarnya, ditakutkan itu daging sate alot, ternyata tidak. Enak koq, ya gak kalah dengan sate ayam atau kambing yang saya beli di pasar Pandaan.

Hanya saja, buat pengunjung tempat ini yang Muslim, perlu diperhatikan makan di sini, karena kan di sini sebenarnya banyak mengolah makanan non halal, pastinya alat masak dan makan pasti ada kontaminasi dengan bahan non halal tersebut, apakah masih layak konsumsi? Jika menurut pemahaman agamanya si tidak bisa konsumsi ya. Jadi wajib jadi perhatian ya. Tapi bagi yang memahaminya dari sisi lain, pasti menganggap hal ini 'ya sudahlah', yang penting tidak konsumsi objek yang diharamkannya.

Selama di komplek gua Maria ini, yang saya lakukan adalah ibadat jalan salib pribadi. Hanya ya kita waktu itu jalan salibnya di relief jalan salib yang lama, di lokasi ini tidak kondusif untuk melakukan ibadat, karena ya terlalu hiruk pikuk lalu lalang orang, belum lagi bersinggungan dengan lahan parkir dan jalur hilir mudik orang. Tapi, prosesi ibadat jalan salibnya bisa diselesaikan hingga perhentian terakhir koq. Rekomendasi buat yang baru pertama kali ke sini, kalau mau jalan salib, datangnya ke deorama jalan salib hidup, di sana suasananya lebih kondusif.

Kemudian selain melakukan jalan salib, saya juha sempatkan berdoa di gua Maria kecil, dekat dengan pendopo yang bisa difungsikan sebagai gereja juga. Lalu kemudian berdoa di gua maria besar (replika gua Maria Lourdes, Prancis). Lalu mengunjungi deorama jalan salib.


Menghabiskan waktu berlama-lama, duduk di taman doa, di depan gua Maria bagi saya sudah menyenangkan, duduk, tenang, menikmati sejuknya udara di sini, sambil melihat aktivitas lalu lalang pengunjung dan peziarah lain tidak membuat saya cepat bosan.


Sekitar pukul 14:30, kami bertolak meninggalkan komplek gua Maria. Tujuan kami rencana mampir ke Kota Kediri, niatnya hunting cafe kopi Starbucks. Tapi ternyata sudah sampai kota, cafe yang dimaksud tidak ada. Kebetulan saat masuk di kota ini hujan cukup lebat. Akhirnya kita putuskan kembali ke Pandaan saja.

Perjalanan pulang melintas kota ini, ada yang aneh pola tata kota di sini. Ketika hujan lebat, genangan air itu menggenang di jalanan, seakan-akan jalanan seperti sungai. Saya heran, tidak menemukan selokan atau parit di kiri-kanan jalan. Jadi pantas saja, jalanan bak sungai. Luar biasa pimpinan daerahnya, tak melihat ini sebagai masalah. Entah hal ini sudah berlangsung lama atau baru-baru ini, tapi kesan saya pertama kali ke kota ini ketika hujan ya amazing. Memang sih ini di jalanan perumahan penduduk, tapi apakah layak ya warganya diberi pelayanan seperti ini?


Ziarah yang pertama ke Gua Maria Phusarang berkesan bagi saya. Supaya tidak lupa, saya catatkan di sini. Ini juga membantu buat yang mau berkunjung ke sini. Ya meski catatan ini tidak begitu lengkap, setidaknya bisa jadi bahan referensi.

Tempat ini selalu ramai pada Jumat Legi setiap bulannya, karena ada misa dengan perarakan dari halaman gereja batu hingga taman doa di depan gua Maria besar. Pada hari itu, ramai sekali dikunjungi umat dari berbagai daerah wilayah Keuskupan Surabaya dan Malang.

Ada keinginan nanti dimasa tua, bisa berkeliling ziarah ke semua gua Maria yang ada di Indonesia, merasakan ekaristi di sana dan menikmati suasana teduh di sana.

Sepertinya segitu dulu catatan saya mengenai jalan-jalan bertemakan rohani, dalam rangka mengisi akhir pekan selama saya di Pandaan. Sampai jumpa di catatan jalan-jalan lainnya lagi. -cpr-



Posting Komentar

2 Komentar

  1. Kapan Kakak ziarah ke Kota Larantuka saat Semana Santa (menjelang dan saat) Hari Raya Paskah? Hehehehe. Yuk, Kak, dijadwalkan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, sy ada suadara di Larantuka, dia guru di salah satu sekolah di daerah sana. Bulan Mei, bulan Maria memang di sana dan cukup ramai peziarah.

      Ya krn jarak, waktu dan biaya belum bisa terealisasikan.

      Hapus

Tinggalkan jejak, jika anda mampir ;p Terima kasih atas kunjungannya - cocoper6