Sering saya lihat Transjakarta relasi yang akan saya bahas kali ini. Kalau tidak salah itu saya lihat di Blok M, busnya kecil, berwarna biru muda dengan dominasi putih. Kalau diaplikasi Trafi, Transjakarta relasi ini diberi kode 9H. Bus ini merupakan layanan bus Transjakarta non BRT.
Kalau saya bilang si bus ini bus seri lama yang direkondisi ya, soalnya tidak begitu menarik daripada Transjakarta relasi 6M, Manggarai - Blok M PP. Seperti bus kopaja jaman dulu, tapi versi mungilnya.
Bus yang digunakan ini merupakan bus bermerk Toyota Dyna 110FT eks bus Kopaja AC, yang berintegrasi dengan PT Transjakarta.
Tampak luar bus 9H
Apalagi kalau lihat interior di dalamnya, menurut saya ya gak nyaman. Konfigurasi kursinya ada dua model, model pertama hadap-hadapan di bagian tengah dengan menyisakan space kosong untuk penumpang berdiri, dan paling belakang standar menghadap ke depan. Model kedua itu kursi yang berhadapan tadi, diseting menghadap ke depan semua di sisi kiri dan sisi kanan sebelah kiri pintu masuk pintu koridor tetap menghadap samping, di bagian tengah tetap tersedia space untuk penumpang berdiri.
Interior bus, dengan konfigurasi kursi hadap-hadapan
Interior bus, dengan konfigurasi kursi hadap-hadapan
Kursinya juga keras. Sudah gitu, bus ini bantingannya keras, jadi kalau duduk, dan supirnya tidak rasa-rasa bawa ini bus, penumpang yang duduk di belakang bisa blingsatan loncat sana-sini, wajar saja kursinya tidak ada sabuk pengamannya. Sensasinya itu mendebarkan kalau duduk di belakang, pas melintas underpas Pasar Minggu. Kondisi jalan di sana itu mulus, membuat pengendara inginnya melaju, sedangkan kontur jalan bergelombang. Efeknya adalah mumbul-mumbul karena efek shockbreaker.
Interior bus, dengan konfigurasi kursi hadap depan
Demi keamanan ya penumpang diajak survival di dalam bus, mencari pegangan sendiri yang sekiranya aman. Kursi pinggir penumpang bisa pegang handle besi yang tersedia, kalau yang tidak ada pegangan ya mentok-mentok pegangan bagian bibir kursi bagian depan.
Untuk penumpang berdiri memang disediakan pegangan, tapi atapnya terbilang pendek, kalau lagi kondisi penuh penumpang, otomatis penumpang berdiri bergeser ke sisi pinggir, nah kalau penumpangnya tinggi sekitar 175 cm ke atas, kepala otomatis nanggok ke plafon bis, dengan kondisi bus yang mental-mentul, pasti kejedot deh.
Toyota Dyna 110FT sebenarnya truk angkutan niaga, biasanya sih dikaroseri dengan box. Jadi wajar saja jika tidak begitu nyaman ketika digunakan jadi angkutan manusia, meskipun karoserinya disesuaikan. Bisa juga, kreator karoserinya tidak memahami kenyamanan angkutan penumpang.
Eits, ternyata saat saya mau posting catatan ini, kebetulan saya dapat bus 9H dengan konfigurasi kursi berbeda, dan jauh lebih nyaman dibandingkan dua konfigurasi kursi yang saya sebut di atas. Meski masih tak senyaman bus oranye.
Bus kali ini konfigurasi kursinya menghadap depan semua, kemudian kursinya sudah menggunakan jok busa yang dibalut kulit sintetis, head rest memang tidak ada, hanya handel besi. Untuk penerangan kabin, menggunakan lampu LED, pantas di dalam bus ini jauh lebih terang dibandingkan yang saya sebut di awal tadi. Soal ketinggian sih masih sama, soalnya masih dengan bus yang sama based -nya. Soal AC sendiri jauh lebih dingin, saya sampai merasa kendinginan.
Beruntung saya dapat suasana sepi pas saya naik, jadi buat dokumentasi saya bisa ambil dengan lebih jelas dibandingkan dua model bus sebelumnya.
Seharusnya sih, bus seperti ini yang dipertahankan, untuk dua model konfigurasi sebelumnya mudah-mudahan nanti ketika mendapatkan peremajaan mendapatkan tata ulang dengan konfigurasi kursi seperti ini, serta kenyamanan kursi diperhatikan.
Oke, lanjut ke soal rute. Transjakarta 9H ini punya rute mana saja sih? Untuk lebih jelasnya, bisa dilihat di sini, yang saya ambil dari informasi publik Transjakarta. Tinggal pilih rute 9H, maka nanti akan ditampilkan halte mana saja yang akan dilalui bus 9H ini. Pastinya bus ini melayani Cipedak - Blok M PP.
Semoga catatan ini bermanfaat, ya setidaknya sebagai sharing pengalaman mengenai apa yang dirasakan ketika naik bus di rute ini. Jika nanti ada keunikan lain tentang konfigurasi kursi dan kenyamanan lain tentang bus di rute ini akan saya tambahkan kemudian. Selamat berangkutan umum. -cpr-
3 Komentar
Ternyata ada model interior bus yang lain lagi, kursinya empuk model jok, dengan konfigurasi berbeda, kebalikan dari interior bus 6M, dengan model kursi jok. Sayang waktu naik gak nyobain duduk d kursinya karena penuh sesak.
BalasHapusSetelah kembali ke Jakarta lagi, saya sejak kemarin mulai menikmati tj rute ini lagi. Tapi ya waktu lead time antr bus lumayan lama, sy kira bs makin cpt, trmyt sm sj, dl sm saat ini, butuh 20-25 menit.
BalasHapusMalam ini, plg kantor seperti biasa, telat. Jam8 baru keluar kantor. Biasa, nae tj. 13B, sampai Pancoran Barat, niatnya mau tunggu tj. 9H, tapi ternyata bus nya #gakjelas, daripada tunggu lama, naiklah tj. arah Stasiun Cawang, coba naik KRL sj lah. Lihat jam segini, siapa tahu sepi.
BalasHapusDan syukurlah, sepi, bisa dapat tempat duduk. Lowong, senangnya, suasana seperti ini tidak akan terulang, ini hanya kebetulan, tahu sendiri, ini Jakarta bung!
Tinggalkan jejak, jika anda mampir ;p Terima kasih atas kunjungannya - cocoper6