Model Halte Transjakarta Koridor 13 Tidak Cocok di Musim Hujan

Hampir setiap hari saya melewati dan berhenti si halte koridor Transjakarta koridor 13, yang posisinya elevated alias layang karena memang jalur koridor ini melintas di atas Jalan Kebayoran hingga Ciledug, juga sebaliknya.

Jalur model ini punya kelebihan dan kekurangan. Tapi kalau menurut saya pribadi lebih banyak untungnya. Lebih cepat karena minim hambatan, bebas macet, sehingga waktu tempuh bisa diperhitungkan pasti. Kekurangannya, ya buat orang tua harus naik menuju halte relatif tinggi ini jadi kesulitan tersendiri, resiko terhadap bencana tinggi, misal gempa bumi.

Satu lagi yang jadi kelemahan jika design haltenya tidak diperhitungkan ketika musim penghujan. Model halte-halte di koridor 13 ini sebenarnya sama saja seperti halte Transjakarta lainnya yang koridornya 'melata'. Jika di darat, ketika hujan halte bisa jadi tempat berlindung yang baik ketika hujan. Lain cerita dengan halte-halte koridor 13 yang berada di atas. Ketika hujan, berteduh di dalam halte sama seperti tidak berteduh. Calon penumpang di dalam halte bisa kena basahan dari semburan air hujan yang terhempas angin.

Posisi halte yang berada di ketinggian memungkinkan angin berhembus lebih kencang daripada di bawah. Sehingga ketika hujan, hempasan air hujan dengan mudahnya tersiram ke badan/ dinding halte.

Design dinding halte sendiri modelnya sangat banyak lubang ventilasi udaranya, sehingga sangat memungkinkan hempasan air masuk melalui lubang angin/ ventilasi udara. Memang, ketika tanpa hujan, model seperti ini sangatlah baik dalam soal sirkulasi udara, tapi tidaklah saat hujan, apalagi heavy rain.


Saya kadang suka heran, ketika habis hujan besar, setiap saya ke halte, nampak lantai halte itu banjir air bin becek. Beruntung jika petugasnya rajin menyapu air keluar, tidak akan terlalu 'banjir'. Saya sempat bingung, dri mana air segitu banyak di dalam halte, apakah bocor, tapi rasanya tidak. Setelah saya mengalami sendiri, berteduh di dalam halte dan ternyata basah juga, akhirnya jadi tahu.

Pihak Transjakarta nampaknya harus kreatif lagi dalam mendesign haltenya untuk lokasi tertentu, meskipun misalkan kontraktor proyeknya sama, untuk halte elevated itu modelnya lain, sehingga ketika siang terik ventilasi udaranya bisa maksimum mengurangi panas tapi saat musim hujan dengan kondisi heavy rain, halte bisa jadi tempat yang aman untuk berteduh sambil menunggu bus datang.

Bukan masalah jika saya atau penumpang tidak membawa peralatan elektronik yang rawan korsleting. Namun jika sebaliknya, bukankah akan merugikan calon penumpang?

Kita lihat, apakah hal kecil seperti ini dipikirkan pihak Transjakarta untuk kedepannya. Sebenarnya masukan-masukan bisa diperoleh dari petugas jaga ditiap halte, karena mereka yang merasakan kondisi halte tersebut aman/ layakah ketika terjadi hujan sangat lebat.

Segitu dulu saja deh catatan saya tentang testimoni kebasahan kena hembusan hujan di Halte Swadarma. Semoga ketika masa renovasi tiba, ada design baru untuk halte yang ada di atas, supaya calon penumpang lebih nyaman lagi menggunakan transportasi umum. -cpr-

Posting Komentar

0 Komentar