Toilet Kering atau Basah, Pilih Mana?

Istilah wc kering dan basah itu baru saya dengar ya baru-baru ini, ya setahun ini lah. Padahal sih, kalau dipahami maknanya, wc jenis ini sering saya jumpai sebelumnya di toilet umum di pusat perbelanjaan, mall, hotel dan tempat lain yang kelasnya menengah ke atas.

Sebelumnya, saya hanya tahu wc basah saja, yang umum ditemui di toilet umum di terminal, stasiun, rest area dan tempat lain yang kelasnya menengah ke bawah.

Tapi apa sih pengertian keduanya, atau pengertian seputar wc atau toilet ini, atau juga bahkan kamar mandi. Saya sendiri sering bingung, dan menganggap semuanya ya sama saja atau berbeda?

Berdasarkan Wikipedia, kakus, toilet, wc diartikan sama. WC sendiri adalah singkatan dari bahasa asing (Inggris), water closet. Diartikan sebagai perlengkapan yang kegunaan utamanya sebagai tempat pembuangan kotoran seperti air seni dan feses.

Dari pemahaman ini, sebenarnya tempat untuk membuang kotoran dan untuk mandi itu dibedakan. Seperti kebiasaan orang barat, memisahkan keduanya, dimana toilet atau wc ini diberikan tempat tersendiri yang dibatasi sekat dan kamar mandi khusus untuk mandi. Berbeda dengan umum di Indonesia dimana wc atau toilet jadi satu dengan kamar mandi tanpa sekat.

Toilet atau wc yang kita kenal itu ada dua jenis, toilet jongkok dan toilet duduk. Menurut Wikipedia, toilet duduk umum di negara barat. Sedangkan toilet jongkok umum di negara-negara Asia Tenggara, Asia Timur (RRT dan Jepang, juga India). Terkadang masih dijumpai di beberapa toilet umum di Eropa, seperti Prancis, Yunani, Italia dan beberapa negara Balkan dan negara eks Uni Soviet.

Dari sini kita jadi tahu, kenapa orang barat itu tidak bisa jongkok, karena memang sejak kelahiran mereka, mereka tidak mengenal aktivitas jongkok ketika buang hajat. Hal lain, selama ini kita menganggap bahwa orang barat dengan wc duduknya itu dianggap paling higienis. Tapi ternyata, sejak dulu Jepang lah yang dianggap paling higienis dalam penanganan sampah manusia.

Pada toilet duduk, untuk pembersihan atau pembilasan bisa menggunakan kertas toilet atau tisu toilet atau menggunakan bidet. Bidet merupakan pipa khusus untuk menyemprotkan air ke arah anus, untuk membersihkan kotoran, sebagai piranti bilas. Sedangkan pada toilet jongkok, akan disediakan bak atau tember penampung air, yang digunakan untuk membilas kotoran.

Cara pembilasan inilah yang jadi asal muasal penyebutan istilah wc kering atau basah. Kalau kering itu umumnya proses pembilasan dilakukan terpusat, air bilasnya tertampung efektif di kloset itu sendiri, airnya disemprotkan melalui bidet atau tissue mungkin atau selang semprot khusus. Sedangkan wc basah, pembilasan menggunakan cara konvensional dengan menyiramkan air dengan gayung yang menyebabkan air tidak terfokus pada bagian yang akan dibilas saja, otomatis jadi riskan basah kemana-mana.

Intermeso, mari kembali lagi kita lihat tentang sejarah dari toilet itu sendiri.

Pada awal perkembangan peradaban penggunaan toilet, ditemukan di reruntuhan Mohenjodaro dan peradaban Romawi Kuno, di sana ditemukan toilet-toilet jaman dulu. Berkembangnya jaman, manusia menggunakan pispot untuk membuang kotoran, lalu kemudian dibuang melalui saluran air, ada pula yang membuangnya langsung begitu saja keluar bagi mereka yang tinggal di bangunan bersusun. Situasi ini menimbulkan wabah penyakit pada perkembangannya. Situasi ini berkembang ditahun 1371 di London.

Tahun 1596 ditemukan kloset bilas, untuk menampung kotoran. Cara ini efektif pada mulanya, lama-lama tidak efektif soal sanitasi, tampungan kotoran ini jadi sumber bau tidak sedap. Penyempurnaan terus dilakukan, hingga kita mengenal toilet atau wc sekarang ini dengan model kepala angsa. Cara ini ditemukan pada tahun 1775, diawali dengan temuan kloset valve. Pembuangan model kepala angsa ini membuat bau dari kotoran tidak tercium keluar karena tertahan genangan air di atasnya. Pada tahun 1889 dilakukan update lagi pada toilet-toilet yang ada dikenal kloset bilas, yang kita kenal sekarang ini.

Di Jepang, kebersihan jadi sangat penting. Mereka sudah memisahkan toilet yang dianggap kotor dengan tempat untuk mandi.

Pada awalnya, menurut sejarah, orang Jepang membuang kotoran di tempat pembuangan sampah. Dugaan ini karena ditemukannya fosil feses manusia dan anjing di tempat pembuangan sampah.

Parit sanitasi sudah dikenal pada peradaban Jepang, sekitar 300SM s/d 250M. Pembuangan kotoran pun dilakukan pada lubang khusus yang dialirkan melalui saluran pembuangan kotoran. Untuk pembersihannya menggunakan potongan kayu yang disebut chu-gi. Kalau di Barat menggunakan kertas atau tissue toilet. Model toilet lain adalah dengan membuat lubang khusus di tanah.

Dulu di Jepang, kotoran manusia digunakan sebagai pupuk, oleh karena peradaban Budha melarang untuk mengkonsumsi ternak, sehingga ketersediaan pupuk organik jadi langka. Kotoran manusialah yang diperjualbelikan sebagai pupuk. Kotoran dari orang kaya dianggap lebih berharga, karena makanan bergizi yang dimakan. Ada pula toilet yang dibangun di atas kandang babi, sehingga babi mendapat suplai makanan dari kotoran manusia.

Sistem pembuangan air di Jepang terus berkembang, bencana alam gempa bumi yang dianggap merusak sistem saluran ini membuat orang Jepang lebih jeli menghadapi dampak kerusakan dari gempa terhadap saluran pembuangan ini. Hal ini mengkondisikan arsitek Jepang mendesign saluran pembuangan kotoran yang tahan terhadap gempa, sehingga higienis tetap terjaga meski ada bencana alam. Hingga akhirnya toilet duduk modern mulai dikenal di Jepang.

Pemisahan antara toilet dan kamar mandi inilah yang pada akhirnya memunculkan istilah toilet kering dan basah. Seperti yang sudah saya kupas sedikit di atas tadi saat intermeso. Toilet kering itu karena penggunaan toilet model duduk, dimana keran bilas, dan air untuk bilas dilokalikasi di toilet itu sendiri, penggunaan air pun jadi lebih efisien. Sedangkan toilet basah adalah karena toilet digunakan bersamaan dengan tempat untuk mandi, sehingga resiko genangan air di dalam bilik toilet. Toilet yang tersedia pun model jongkok yang mengharuskan menyediakan ember atau bak tampung air sebagai sarana bilas. Bak atau tampungan air ini pun bisa digunakan untuk mandi, seperti yang umum ada di toilet atau kamar mandi masyarakat di Indonesia.

Toilet kering itu cenderung lebih bersih, jika dipergunakan dengan benar, minim genangan air mengurangi hawa lembab, efisiensi air pun bisa dijaga dengan baik. Namun tidak semua orang terbiasa buang hajat dengan toilet duduk, yang umum digunakan pada toilet kering. Ada kesan risih dan tidak 'puas' jika harus duduk ketika buang air besar.


Toilet basah memang menimbulkan kelembaban berlebih, karena kemungkinan air tergenang atau membasahi ruang lantai. Tingkat efisiensi penggunaan air juga sulit ditakar. Bagi kita orang Indonesia pada umumnya, toilet jongkok lebih jadi pilihan.



Nah, lalu sekarang pilih mana, ketika ada dua toilet berbeda ini di depan anda? Pada saat kondisi kebelet BAB? Mau jongkok atau duduk? Mau kering atau basah?

Kalau saya sih, lebih milih toilet jongkok, karena lebih puas. Tapi jika adanya toilet duduk pun, saya akan tetap jongkok, meskipun itu berbahaya. Tapi mau tidak mau, karena saya memang tidak nyaman dengan cara duduk ketika BAB. Untung saja, bobot saya yang ringan, tidak terlalu membebani toilet duduk, meskipun jongkok bukan peruntukannya. Cara ini salah ya, jangan dicoba!

Bagaimana dengan anda? -cpr-

Posting Komentar

0 Komentar