Langkanya Kejujuran Jaman Sekarang

Kejujuran jadi 'barang' langka jaman sekarang. Sangat langka sekali kejujuran saat ini, kejujuran dengan mudah dikalahkan dengan alasan faktor ekonomi. Kejujuran yang saya bahas di sini lebih ke soal uang.

Kejujuran makin langka karena hampir semua kalangan baik dari orang miskin hingga orang kaya sudah sedikit yang berlaku jujur, apalagi yang berkaitan dengan uang. Yang lebih parah sih emang orang kaya, macam pejabat-pejabat, yang padahal sih mereka sudah mampu, sudah cukup secara ekonomi masih saja rakus dan berlaku tidak jujur melakukan tindakan koruptif. Bahkan setelah dijatuhi hukuman dan menjalani hukuman, masih saja bertindak koruptif.

Lebih menyedihkan lagi, ditambah dengan perilaku tidak jujur orang miskin, ekonomi lemah yang hidup masih dibawah garis kemiskinan, berlaku tidak jujur. Padahal, bagi mereka, hanya kejujuran yang bisa dibanggakan, tapi hal itu tidak dipilih. Alasan ekonomilah yang membuat mereka tidak memilih hidup jujur. Kebanyakan begitu sih yang saya temui, kelakuannya menyebalkan.

Seperti yang saya temui beberapa kali, di kehidupan sehari-hari. Dari tukang parkir, pengamen, tukang bangunan, pekerja borongan, kurir, supir angkot rakyat dll, sangat sedikit sekali yang bekerja dengan kejujuran.

Yang paling baru ini ya, sejak beberapa hari diseminggu terakhir ini saya sering naik angkutan rakyat, macam mikrolet. Angkutan model ini biasanua tarifnya tidak jelas. Saya sih sudah menyadari hal ini. Itu kenapa hanya karena terpaksa saya menggunakan angkutan model ini. Awalnya saya memang tidak suka naik angkutan umum karena alasan ini. Sampai akhirnya angkutan umum yang dikelola pemerintah merajalela di ibukota, saya lebih memilih angkutan umum tersebut.

Kembali ke soal angkutan umum rakyat yang tarifnya tidak jelas. Saya sering mengetes kejujuran si supir. Tarif seharusnya rute yang saya naiki itu seharusnya 3K. Saya sering memberikan uang pecahan besar, misalnya 10K atau 20K, saya mau ngetes berapa rupiah yang akan dikembalikan, sesuai tarif atau tidak. Dari beberapa supir angkot yang saya naiki selama seminggu ini, 4 supir diantaranya tidak berlaku jujur. Padahal saya lihat, di dasbornya tersedia uang receh untuk kembalian.
Muak sih liat kelakuan mereka yang seperti itu. Melihat itu, semakin yakin atas pesimisitas bahwa negeri ini bisa maju, karena rakyat kelas bawah saja yang miskin berbuat seperti itu karena alasan ekonomi, ditambah lagi yang punya duit banyak pun masih berlaku tidak jujur. Itu artinya memang kebanyakan orang kita mentalnya ya seperti itu.

Itu baru contoh kecil dari salah satu profesi yang saya sebut di atas, belum lagi profesi lain yang mentalnya kuli. Kaya kurir, mereka sudah ditugaskan untuk menghantar barang sesuai tugasnya, melayani customer. Gaji mereka sudah include dalam pekerjaan mereka, tapi di lapangan, tanpa malu mereka MEMINTA lagi yang seharusnya tidak dikeluarkan customer. Hal yang seharusnya jadi hak customer memberi, seakan-akan dipaksakan dengan ulah meminta itu. Mental-mental kuli kaya begini yang makin meyakinkan pesimis negeri ini bisa maju.

Banyak lah contoh-contoh macam begitu sehari-hari. Yang nyata lagi itu tukang parkir. Tarif parkir berapa, diberi uang lebih kembaliannya tidak sesuai, alasannya tidak ada kembalian. Padahal, mereka parkir pun tidak resmi, tidak jelas, bahkan ada yang cuma berdiri saja tidak ngapa-ngapain, tapi memungut parkir.

Bagi saya mereka semua itu SAMPAH! Karena bagi mereka, kejujuran = kelaparan = kematian = kesengsaraan. Kejujuran bagi mereka tidak membuat mereka kaya harta. Oleh karena itu tidak jadi pilihan hidup mereka.

Ya semoga manusia-manusia seperti mereka lekas enyah dari dunia ini jika tidak segera sadar, kalau tidak, cuma jadi sampah masyarakat saja, ngotor-ngotorin dunia. Meski tidak semua, tapi kecil-kecil hal buruk memberi pengaruh dan contoh buruk ke yang lain. Ya semoga lekas dienyahkanlah. -cpr-

Posting Komentar

0 Komentar