Aksi Overtake di Ajang MotoGP Kini Jadi Aksi Saling Menyalahkan

MotoGP jadi olahraga balap motor yang paling saya sukai sejak saya mulai mengenal balap motor. Sebelum mengenal balap motor, balap sekelas grandprix yang pernah jadi favorite adalah F1. F1 jadi favorite saya kala itu karena aksi overtake -nya lah yang ditunggu-tunggu. Aksi overtake ini kadang berujung accident, ini pula yang memberikan keseruan tambahan.

Namun lambat laun, aksi overtake di F1 makin jarang, menurut saya. Terlalu banyak regulasi yang lahir yang buat tidak seru lagi. Ya regulasi demi safety sih. Safety bagi pebalap, tapi bagi penonton jadi hambar. Akhirnya saya mulai malas nonton F1 yang monoton.

Sejak itu saya mulai beralih ke balap motor grandprix, MotoGP. Karena di sini saya dapat pertunjukan rider dalam aksi overtake yang luar biasa, dengan kecepatan dan resiko tinggi. Aksi Rossi saat itu yang jadi alasan saya menonton MotoGP.

Ilustrasi

Waktu terus berjalan, selama beberapa musim, saat itu hanya Rossi yang bisa memberikan tontonan balap sesungguhnya ditiap seri. Tapi, umur yang tidak muda membuat performanya tak optimal lagi, ditambah beberapa kali accident yang menyebabkanya cidera.

Dominasi Rossi mulai memudar, lahir rider-rider muda berbakat, namun bakat talenta overtake -nya tidak seperti Rossi. Rider muda berbakat seperti Lorenzo, Dovisioso, Pedrosa, Stoner cenderung rider yang main aman. Situasi ini mulai membuat hambar sih. Namun, untungnya ini balap motor, selalu ada celah untuk aksi show terbaik di atas sirkuit untuk menjadi yang terbaik.

Sampai akhirnya datang rider muda berbakat lain, Marquez. Rider muda ini sudah nampak punya talenta terbaik sejak dikelas 125 cc dan Moto2. Rider ini dikenal sebagai rider dengan mental terbaik menurut saya, dia berani ambil resiko 100% lebih untuk kemenangan. Meski kesempatan untuk menang kecil sekalipun, usahanya untuk menang masih selalu ada. Siapa sangka ketika start dari posisi belakang pun, dia bisa menyodok ke posisi terdepan dan menang. Marquez mampu melakukan itu, dan mental itu terus terjaga disetiap seri tiap musimnya, bahkan sampai sekarang saat dia sudah ada dikelas para raja, MotoGP.

Idola Marquez adalah Rossi, jadi wajar saja jika mental Rossi ketika muda nampak dalam dirinya. Namun, beberapa rider lain yang cenderung main aman, menganggap aksi Marquez terlalu berbahaya dan bisa membahayakan rider lain.

Sejauh ini, pendapat saya pribadi tentang Marquez adalah rider muda berbakat yang selalu belajar dari kesalahan yang pernah dia buat. Jadi rasanya, dia sudah cukup akan berhati-hati dalam setiap race. Kemungkinan terburuk adalah kesialan yang menimpanya.

Rider muda lain yang punya aksi gila lain adalah almarhum Marco Simoncelli. Simoncelli dulu dikenal sebagai rider berbahaya, karena manuver overtake -nya kerap membahayakan rider lain yang berujung crash. Sampai akhirnya dirinya sendiri jadi korban accident dan mengakibatkan nyawanya tak tertolong di seri Sepang 2013 lalu.

Tapi sejujurnya, karena merekalah MotoGP jadi berwarna, meski disayangkan harus ada korban. Jika tidak ada korban, saya percaya MotoGP kini akan semakin jadi ajang balap paling seru.

Pendapat saya kenapa MotoGP sekarang sepertinya jadi ajang saling menyalahkan adalah sejak kejadian overtake Marquez yang berujung pada senggolan dengan Rossi, yang menyebabkan Rossi terjatuh dan gagal dapat poin bagus. Kejadiaan saat itu bermula karena Marquez yang dihukum penalti masuk pit, karena gagal start. Keadaan ini membuat Marquez harus tertinggal di posisi paling belakang.

Usaha keras Marquez membuatnya step by step merangsek ke depan. Namun usahanya itu menyebabkan terjadinya senggolan dengan beberapa rider lain, sampai akhirnya Rossi jadi korban terakhir. Aksi Marquez yang merugikan Rossi ini berbuntut panjang, membuat stigma Marquez sebagai rider "liar" diyakini semua rider.

Akibat kesalahannya ini, Marquez diganjar hukuman beberapa detik, membuat posisi akhirnya mundur ke belakang, namun masih diatas posisi Rossi. Bagi Rossi yang jadi korban, hukuman ini tidak setimpal. Dan tetap masih menyayangkan hukuman tersebut kurang berat.

Masuk ke seri keempat di Spanyol, ada lagi aksi overtake yang berbuntut crash, dikenal Triangle Spain. Aksi overtake antara Dovisioso, Lorenzo dan Pedrosa berbuntut crash.

Pada awal kejadian, banyak yang menyalahkan si A dan si B. Namun setelah diselidiki dan diamati, accident yang melibatkan tiga pebalap itu dinyatakan sebagai kejadian wajar dalam balapan, dan memang karena seperti itu.


Ada yang saya sayangkan, masih ada rider yang menyalahkan satu sama lain, malah yang jadi sasaran adalah korban juga.

Makanya, saya berpendapat, jika kejadian ini terus berulang, maka akan jadi momok ketika ingin melakukan overtake. Lama-lama kejuaraan balap ini akan jadi hambar diisi rider yang main aman.

Mudah-mudahan sih, rider-rider muda yang nantinya naik ke ajang MotoGP punya mental fighter dan tidak takut bertarung di atas lintasan. Saya yakin mereka rider terhebat dunia, jadi pastinya tidak akan sembrono ketika bertarung di lintasan, tetap fair play.

Harapan saya MotoGP jadi olahraga balap yang selalu memberikan pertunjukan di atas lintasan, tidak sekedar menang dan memecahkan rekor. Karena saya masih percaya, rider terbaik ada di MotoGP. Aksi saling menyalahkan biar jadi milik anggota dewan yang terhormat di Senayan saja, kalau di MotoGP hanya ada aksi overtake.cpr.

Posting Komentar

1 Komentar

  1. Seri Le Mans 2018 hampir terjadi sentuhan, antara Marc dan Lorenzo, namun ternyata tidak, lihat dikamera lain kaya senggolan, tapi ternyata tidak. Soalnya kalau sampai senggolan akan jadi masalah baru lagi.

    Kemudian ketika Dovi overtake Lorenzo pun mulus, namun selang beberapa detik Dovi crash karena salahnya sendiri, untung saja bukan karena sentuhan, karena kalau terjadi, pasti akan jadi kambing hitam.

    Hasil race berakhri podium untuk Marc, Petruci dan Rossi.

    Meski minim aksi overtake, tapi banyak rider yang crash karena kesalahan sendiri membuat hiburan tersendiri.

    BalasHapus

Tinggalkan jejak, jika anda mampir ;p Terima kasih atas kunjungannya - cocoper6