Kloning, Sebuah Kemajuan atau Melangkahi Kodrat?

Baru-baru ini dikabarkan bahwa ilmuwan China berhasil melakukan percobaan kloning monyet yang sama, bahkan identik. Ini merupakan pertama kali di dunia, kloning dilakukan pada hewan primata. Kabar ini menggembirakan atau menakutkan?


Sebelum percobaan kloning monyet ini, beberapa tahun sebelumnya ada pula kloning pada landak laut di tahun 1880 ilmuwan. Kemudian ada juga ilmuwan Scotlandia berhasil mengkloning domba yang diberi nama "dolly" tahun 1996 meski pada akhirnya dolly dimatikan, namun kloning lainnya pun dihasilkan sebagai adik-adik "dolly". Di Korea Utara, kloning juga dilakukan terhadap anjing pelacak.

Kloning pun tidak hanya dilakukan pada hewan, pada tumbuhan pun sudah banyak dilakukan. Jadi, kloning sebenarnya bukan hal yang asing. Hanya saja, jika diterapkan pada manusia, belum ada yang memastikan itu, baru kabar-kabar burung saja.


Kalau saya sih melihatnya dari sisi ilmu pengetahuan, kabar ini adalah kemajuan yang baik untuk ilmu pengetahuan itu sendiri. Toh keberhasilan ini pun tidak dicapai dengan mudah, sehingga ketika apa yang diteliti berhasil, itu suatu kabar baik. Apalagi diinformasikan bahwa perlu 79 kali percobaan hingga akhirnya berhasil.

Bagi orang lain, ada yang menganggap kloning ini menyalahi kodrat atau takdir. Karena rekayasa kehidupan dilakukan untuk menciptakan kehidupan, sedangkan rata-rata kita meyakini bahwa hanya Tuhanlah Maha Pencipta, jika manusia melakukan itu dianggap seperti menyamai Tuhan. Ditakutkan manusia menjadi takabur dan berusaha menyamai Tuhan Sang Pencipta sesungguhnya. Belum lagi, tugas yang diberikan-Nya untuk memperbanyak keturunan dengan berkembang biak (secara alamiah). Belum efek negatif lain yang akan muncul dari kloningan terhadap manusia.

Pendapat ini bisa saja berbeda jika dilihat dari kacamata kelompok atheis, dimana eksistensi Tuhan sudah dipertanyakan. Apalagi ketika ilmu pengetahuan dianggap bisa menjawab proses penciptaan melalui penemuan kloning ini.

Kisah tentang kemajuan dunia perkloningan sebenarnya sudah diimajinasikan melalui karya seni perfilman Hollywood. Pabrik film terkenal itu sudah beberapa kali mengangkat cerita imajinasi tentang perkloningan, baik terhadap tumbuhan, hewan bahkan manusia. Semua sebab dan akibat dari kloning diceritakan melalui imajinasi film. Lalu apakah apabila di dunia nyata dimana ilmu pengetahuan tentang kloning sudah maju akan seperti yang diimajinasikan itu? Entahlah, namanya juga imajinasi dari cara pikir manusia.

Apa itu kloning?
Kloning menurut pengertian biologi yang saya peroleh dari Wikipedia adalah proses menghasilkan individu-individu dari jenis yang sama yang identik secara genetik. Seperti copy-paste. Satu catatan, dalam menghasilkan individu baru ini tanpa melalui proses seksual atau aseksual. Kloning sendiri menurut pemahaman bioteknologi merupakan usaha yang dilakukan manusia untuk menghasilkan salinan berkas DNA atau gen, sel atau organisme.


Pada dasarnya kloning pada manusia pun bisa namun kloning secara alamiah yaitu dengan melalui proses reproduksi alamiah. Anak kembar merupakan bentuk kloningan alamiah. Meski begitu, hasil kloningan ini tidak presisi memberikan ciri, karakteristik, sifat dan hal-hal lain secara identik. Kelebihan dari kloning alamiah adalah soal keragaman, karena tiap individu yang lahir punya sesuatu yang berbeda meski dari penampilan fisik luar punya kesamaan yang bisa dikatakan identik.

Kloning pada primata dianggap sebagai penemuan besar karena ada beberapa kesamaan antara manusia dan primata. Primata sering dijadikan sarana uji coba mengenai hal-hal medis atau hal lain sebelum diujicobakan kepada manusia, alasannya ada kesamaan tertentu antara primata dan manusia. Lalu, apakah dengan penemuan ini semakin dekat pada pembuktian kloning terhadap manusia?

Sebenarnya hal ini bisa saja terjadi, karena ilmu pengetahuan selalu berkembang dan tidak bisa dibatasi, justru semakin dibatasi keingintahuan para peneliti semakin kuat. Meskipun keyakinan agama membatasi itu, namun keingintahuan manusia melaju lebih cepat melompati batasan-batasan yang ada.

Buat saya, kloningan merupakan penemuan baik, namun ada baiknya hanya digunakan untuk hal-hal tertentu yang berguna. Perlakuan kloning pada hewan dan tumbuhan menurut saya masih dianggap wajar, apalagi demi menyelamatkan dari ambang kepunahan. Tapi jika diterapkan pada manusia, sepertinya tidak. Cukup banyak masalah yang akan dihadapi ke depan, jika ada yang menyalahgunakan ilmu pengetahuan ini.

Cukup kita belajar dari Einstein, dimana penyesalannya menemukan teori relativitas yang jadi awal penemuan bom atom atau bahan penghancur lain, yang kini dimanfaatkan untuk perang-perang dan perang.

Karena segala sesuatu yang baik, jika berada ditangan yang tidak baik tentunya tidak akan memberikan manfaat, bisa jadi hanya memberikan kerugian. Baik buruk itu tergantung siapa yang melakukan, sesuatu yang buruk jika ada di tangan orang baik pasti akan bermanfaat.

Jika ada kesempatan mengkloning diri, apa yang akan saya lakukan? Saya tidak akan ambil kesempatan itu, biar saya saja yang merasakan kerasnya hidup, saya tidak ingin kloningan saya merasakan kerasnya hidup. Biarlah hanya ada satu $cocoper6 di dunia, the only one. Justru yang langka, yang berharga mahal. Jika diperbanyak harganya akan jatuh. Yang langka saja harganya jatuh, apalagi diperbanyak. Hahaha, ya itulah imajinasi saya ketika membayangkan kloning pada manusia.

Nah lalu bagaimana menurut kalian mengenai hal ini? Bisa dijawab di kolom komentar di bawah, bisa gunakan imajinasi untuk menjawabnya, biar tidak terlalu serius.cpr

Posting Komentar

6 Komentar

  1. kloning beneran ada nyawa gitu?

    mau kemajuan atau melangkahi kodrat, saya mah ogah di kloning wkwkkw

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepertinya si begitu, stts nya hidup.
      Haha, sm ogah d kloning, biar aj jd manusia langka 😄

      Duit aj yg d kloning, biar jd banyak hahaha

      Hapus
  2. Aku juga pernah baca sekilas monyet kembar hasil kloning, well, kloning memang kemajuan manusia yang menyalahi kodrat sang pencipta. Btw dulu dolly dimatikan kenapa y

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dimatikan karena komplikasi penyakit. Radang sendi kaki belakang, sakit paru.

      Ya mungkin akibat kloning, jd ad kelainan genetik. Rekayasa genetik bisa sj memungkinkan kelainan2 diluar dugaan.

      Hapus
  3. Pernah nonton di sebuah film sih, bahwa kloningannya ini dibuat untuk mencegah dirinya dari malapetaka kematian karena penyakit. Misal, ginjalnya rusak, maka tinggal ambil dari ginjal kloningnya. jantungnya rusak, maka tinggal ganti pakai jantung kloning nya. Semacam aset untuk garansi hidup

    Tapi endingnya sih si kloning justru yang tetap hidup dan yg aslinya mati, karena keserakahan dan kemunafikan wkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itulah manusia, serakah. Kenyataannya, hasil kloningan malah justru tidak stabil, tetap ciptaan Tuhan YME paling sempurna dengan segala keluarbiasaan-Nya.

      Hapus

Tinggalkan jejak, jika anda mampir ;p Terima kasih atas kunjungannya - cocoper6