Gerhana Bulan, Super Blue Blood Moon

Malam ini semua mata melihat ke arah mu, dari berbagai penjuru dunia, begitu istimewanya dirimu malam ini, Chang'e, Dewi Bulan.

Ya malam ini, 31 Januari 2018 terjadi fenomena alam langka yang berkaitan dengan benda-benda langit. Malam ini tepat pada saat bulan purnama penuh, dimana bulan nampak terlihat besar, dikenal dengan sebutan "super blue blood moon", ditambah dengan terjadinya gerhana bulan. Merupakan salah satu gerhana yang terjadi dari lima gerhana yang akan terjadi di tahun ini. Yang terjadi malam ini adalah gerhana bulan total dan satu lagi akan terjadi pada 28 Juli akan datang.


Menurut catatan sejarah dunia astronomi, kejadian serupa ini (gerhana bulan total yang bertepatan dengan super blue blood moon) terjadi satu setengah abad lampau, yakni pada 31 Maret 1866, kalau dihitung 152 tahun yang lalu.

Gerhana ini terjadi ketika jarak bumi dan bulan berada pada jarak terdekat, sehingga memang bulan nampak lebih besar saat ini jika dilihat dari bumi, 14% lebih besar dan 30% lebih terang, begitulah penjelasan dari LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional).

Saya tidak terlalu tertarik mengamatinya langsung, karena kebetulan mata saya minus, membuat mengamati langsung jadi usaha yang melelahkan, karena ngeblur semuanya, meskipun sudah dibantu dengan kacamata. Jadi, saat terjadi gerhana, saya hanya duduk di depan laptop sambil membuat catatan ini.

Beruntung cuaca di Depok cukup cerah, walau pada saat mendekati puncak gerhana, selubung awan merintangi pandangan, tapi setidaknya cahaya purnama masih bisa terlihat dari balik awan mendung yang melintas malam ini. Kota Cirebon, Kabupaten Pemalang dimana beberapa teman saya tinggal melaporkan tidak dapat melihat gerhana, katanya mendung. Sungguh sayang sekali ya. Padahal, jika dalam keadaan cerah gerhana bulan total ini bisa disaksikan dari seluruh belahan bumi, dari Amerika Utara, Samudera Pasific, Siberia Timur hingga Asia. Meski begitu, tetap saja ada bagian bumi yang tidak kebagian mengamati gerhana ini yaitu Amerika Selatan dan Afrika. Itulah bukti bahwa bumi itu bulat, ada yang bisa menyaksikan gerhana dan ada yang tidak.

Fenomena gerhana ini sesungguhnya bisa jadi tamparan, bahkan "permalukan" mereka yang memahami bahwa bumi itu datar. Meski begitu, saya terkadang heran, bagaimana mereka menjelaskan fenomena gerhana menurut analisis "prematur" mereka, padahal sederhana sekali jika kita memahami bahwa bumi bulat, bagaimana gerhana itu terjadi. Namun bagi kelompok kepercayaan bumi datar, menjelaskan gerhana itu seperti lalat yang sengaja minum vodka lalu terbang, ya ke sana ke mari entah tanpa tujuan yang jelas. Itulah mereka!

Indonesia jadi negara yang cukup beruntung bisa menyaksikan fenomena-fenomena alam yang terkadang terjadi berulang pada tempo waktu yang lama, posisi strategis berada di garis khatulistiwa.

Saya jadi berpikir, apa yang manusia kira dahulu, ketika jaman pra sejarah ketika cahaya bulan tiba-tiba tertutup bulatan besar di angkasa. Apakah yang manusia saat itu pikirkan? Ketika jaman sekarang apa yang terjadi sudah bisa dijelaskan dengan detail dan rinci. Itulah kenapa, hingga saat ini masih saja banyak beredar kisah-kisah jaman dulu tentang gerhana yang sulit dijelaskan, mungkin itulah hasil pemikiran manusia lampau ketika belum mengenal ilmu pengetahuan yang kisahnya masih tersisa hingga saat ini.

Berhubung tidak ada kamera baik yang pas untuk merekam fenomena langka ini, maka saya tidak akan bagi-bagi gambar. Maklum, jika difoto hanya seperti titik bulat kecil. Meski bulan nampak memerah, namun akibat awan mendung membuat cahayanya tidak begitu jelas, apalagi lampu-lampu kamar kos yang cukup terang di sini.


Akankah anak cucu kita nanti bisa menyaksikan fenomena ini lagi diwaktu yang akan datang? Sudah berapa generasikah hingga gerhana selanjutnya bisa disaksikan. Semoga catatan ini bisa bertahan, ketika yang mencatatnya sudah pensiun jadi manusia hahaha. Sampai jumpa 152 tahun yang akan datang, good bye GBT Super Blue Blood Moon!cpr.

Posting Komentar

12 Komentar

  1. Yaa!! Bicara soal gerhana bulan yang terjadi pada tanggal 31 hingga 1 january 2018 memang banyak membuat orang berpikir macam-macam...

    Bahkan ada yang meramal ini dan itu..hingga terjadi salah kaprah.

    Kalau saya pribadi Super Blue Blood Moon suatu Fenomena alam yang telah tuhan ciptakan dan wajib kita syukuri... Tanpa harus berpikir atau mendengar mitos yang belum tentu kebenarannya...😄😄😄😄

    BalasHapus
  2. waaah keren bisa ambil foto super blood moon pada tanggal 31 Januari..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yah, gambar ala kadarnya, maklum kamera dan mata ngeblur, jadi hanya seperti titik komedo di langit hiks hiks

      Hapus
  3. sayang, aku ngeliatnya via youtube.. hehehe padahal itu kan momen sekali seumur hidup..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya sy jg hny lihat seperti yg d foto itu, hny sebatas itu. Sisa ny ya via rekaman lain.
      Lain waktu, pesan ke anak cucu, selalu sediakan teropong khusus untuk melihat fenomena alam langka. Syukur2 bumi masih bertahan sampai beberapa generasi ke depan hahaha

      Hapus
  4. saya waktu itu masih di kantor jadi tidak ikutan liat gerhananya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Untungnya jaman sudah maju, meski ketinggalan nonton masih bisa lihat rekamannya dibanyak channel ;p

      Hapus
  5. waktu itu di tempat sha hujan. Jadi gak keliatan sama sekali

    BalasHapus
  6. Iyaaa aku juga ngeliatin supermoon kmrn itu
    Super blue blod moon kan

    BalasHapus

Tinggalkan jejak, jika anda mampir ;p Terima kasih atas kunjungannya - cocoper6