Datang
ke acara resepsi pernikahan pada umumnya (pernikahan
adat Jawa, Sunda, Betawi, cara internasional) tidaklah membingungkan. Biasanya
memakan waktu 2-3 jam jika resepsinya dilakukan di gedung serbaguna. Ketika
datang, yang pertama dilakukan bisa
menyalami mempelai terlebih dahulu, foto-foto baru kemudian santap atau santap
terlebih dahulu, menyalami mempelai dan keluarga, foto-foto.
Nah,
yang berbeda kali ini, saya diajak ikut datang ke acara resepsi pernikahan adat
Batak. Di sini saya dibuat keheranan dengan resepsi yang saya lihat. Resepsi
yang saya lihat ini sepertinya lebih cocok disebut sebagai acara makan besar.
Karena di depan pelaminan, tehampar meja-meja panjang dan kursi yang tersusun
rapih, yang dibagi dalam dua bagian sisi kiri kanan. Dan di atas meja panjang
tersebut berisi makanan berbagai macam lauk pauk dan minuman. Tamu yang datang
sudah duduk di kursi yang ada disediakan di belakang meja. Tamu-tamu ini adalah
‘keluarga’ terundang diantara marga dari kedua mempelai. Bisa dikatakan,
resepsi perkawinan adat Batak ini seperti makan besar keluarga besar.
Suasana resepsi pernikahan Batak |
Meja
panjang dan kursi diisi oleh keluarga-keluarga tamu dari marga kedua mempelai.
Pihak laki-laki di sisi kiri dan pihak
perempuan di sisi kanan (dilihat dari
arah pintu masuk). Kedua kelompok ini dipisahkan jalan di tengah lurus ke
arah pelaminan.
Bagi
yang pertama datang ke resepsi pernikahan adat Batak, pasti akan dibuat
bingung. Ketika masuk ke ruangan besar, di dalamnya sudah terisi banyak orang
dengan raut muka homogen. Pertanyaannya, apa yang harus dilakukan? Menyalami
mempelai dan keluarga? Atau santap hidangan? Kalau menyalami mempelai, harus
mulai dari mana, karena semua diisi hanya oleh keluarga. Apabila menyantap,
harus mulai dari meja yang mana, sedangkan semua meja sudah terisi tamu
terundang. Bingung bukan?
Proses menyalami memperlai dari pihak keluarga |
Ternyata,
dalam resepsi pernikahan adat Batak, dibagi dua ruang. Gedung yang dikhususkan
untuk pernikahan Batak memang dibuat
untuk itu. Ruang utama adalah, ruang untuk prosesi utama berisi keluarga ber-marga.
Ruang lainnya biasanya berada di hall atas, diperuntukan untuk tamu nasional.
Pemisahan ini guna untuk memisahkan jenis makanan, karena untuk ruang tamu
nasional makanannya berlabel halal (artinya anti babi atau anjing).
Saya
kali ini berada di hall atas di ruang untuk tamu nasional. Dari atas, saya bisa
melihat semua yang terjadi di bawah (ruang utama) tempat semua keluarga
mempelai dan pelampinan. Apa yang saya amati, bisa dilihat di foto yang saya
ambil.
Nampak
hiruk pikuk sekali, ramai sekali di bawah. Situasi ini ternyata belum masuk ke
prosesi adatnya, ini baru acara awal. Dan saya dengar, acaranya bisa sampai
berjam-jam, apabila dimulai sekitar pukul 10, bisa selesai nanti pukul 18, luar
biasa lama bukan jika dibandingkan resepsi pernikahan pada umumnya.
Saya
tidak begitu paham prosesi adat yang dilakukan. Namun saya melihat perbedaan
yang ada dibandingkan dengan resepsi pernikahan pada umumnya. Prosesi menyalami
mempelai pun lebih banyak diprioritaskan ke keluarga yang ada di ruang utama.
Tamu yang ada di ruang nasional, pasti dibuat bingung, saat kapan harus
menyalami mempelai. Karena MC acara (MC
nya pun sepertinya ada dua, satu untuk mempelai laki-laki satu lagi mempelai
perempuan), lebih banyak memprioritaskan ke tamu terundang (keluarga).
Prosesi menyalami mempelai ini dimulai dari tamu terundang keluarga pihak
laki-laki. Wajar, karena Batak punya kekerabatan patrilineal, karena garis
keluarga diukur dari laki-laki.
Hal
unik lagi masih diprosesi menyalami mempelai, meja panjang yang tersusun rapih
tadi ternyata diisi dari satu atau dua keluarga besar. Nah ketika MC memanggil
nama keluarga tersebut untuk menyalami, ada prolog sebelum proses itu
menggunakan bahasa Batak. Dan keluarga yang akan menyalami sepertinya bisa
minta lagu pengiring (soalnya musik
pengiring satu keluarga dan keluarga lain berbeda, entah request atau sudah
disiapkan musiknya). Saat lagu sudah diputar, barulah rombongan berbaris
rapih untuk naik ke pelaminan sambil berdendang mengikuti musik yang diputar.
Suasana gembira nampak di raut muka tamu terundang dan keluarga sambil
berdendang mengikuti alunan musik daerah. Saat proses inilah, tamu bisa
memasukan ‘amplop’ ke tempat yang disediakan di pelaminan. Hal yang berbeda di
pernikahan pada umumnya, ‘amplop’ dimasukan di awal ketika datang di meja tamu
(repsisionis atau pager ayu).
Saya
tidak bisa mengikuti prosesi ini sampai selesai, jadi hanya sampai di sini saya
bisa ceritakan. Padahal prosesi intinya (adatnya) baru dimulai setelah tamu di
ruang nasional selesai (biasanya tamu
nasional disediakan waktu 2 jam). Setelah itu baru dimulai prosesi inti
dari pernikahan adat Batak. Sebenarnya sayang sekali, tidak bisa lihat secara
utuh, tapi mungkin lain kali saya bisa mengikuti prosesi dari awal hingga
akhir, sebagai pengalaman melihat sesuatu yang berbeda untuk sebuah acara
resepsi pernikahan.
Melihat
resepsi pernikahan adat Batak tadi bisa dimaklumi jika semua itu memerlukan
dana yang tidak sedikit, bahkan bisa sampai ratusan juta untuk sebuah acara
pengukuhan pernikahan. Catatan saya menilai, pernikahan ini sebenarnya bukan
menikahkan kedua mempelai, tetapi menikahkan dua keluarga yang berbeda (antara
marga a dan marga b). Berbeda dengan pernikahan lain pada umumnya (Jawa, Sunda,
Betawi dan internasional), ketika keluarga mempelai menyatukan kedua mempelai
untuk dinikahkan (sehingga sudut padang tertuju ke mempelai).
Ya
inilah Indonesia, keragaman budaya membuat budaya adat satu dan yang lain
berbeda, sehingga mempunyai keunikan tersendiri. Beruntung bagi saya, menambah
wawasan saya seputar perbedaan budaya dalam acara pernikahan. Sepertinya saya
cukupkan catatan saya kali ini, untuk acara lengkapnya, mungkin lain waktu saya
sharing jika saya mengikuti prosesi sedari awal hingga akhir. Cpr.
0 Komentar
Tinggalkan jejak, jika anda mampir ;p Terima kasih atas kunjungannya - cocoper6