[Iman] Bersyukur Kepada-Nya

"Berdirilah dan pergilah, iman mu telah menyelamatkan engkau."

Kembali saya ingin mencatatkan apa yang jadi inti khotbah di hari Minggu biasa XXVIII, tanggal 13 Oktober 2013. Sore ini pesan Tuhan dalam perayaan Ekaristi di Paroki St. Paulus, Depok adalah mengenai bersyukur. Sama seperti makna yang terkandung dalam 'ekaristi'. Ekaristi sendiri mempunyai makna ucapan syukur.

Bersyukur merupakan ucapan terima kasih atas sesuatu yang sudah kita terima. Saya ingat ketika saya masih kecil, orang tua saya selalu mengingatkan pada saya, jika kamu diberi sesuatu, kamu harus menjawab "terima kasih". Itu yang saya masih ingat sampai sekarang, jangan ragu mengucapkan terima kasih kepada siapa saja. Itu dilakukan dalam rangka ucapan terhadap hubungan horizontal sesama manusia. Ucapan syukur dan terima kasih juga wajib kita berikan pada Dia yang mempunyai kuasa atas hidup kita. Karena setiap saat hidup kita di dunia adalah pemberian dari Yang Maha Kuasa, kita bisa hidup, sehat, bernafas, dan lain-lain merupakan pemberian dan anugerah yang Tuhan berikan secara cuma-cuma. Jadi kita harus mengucapkan syukur atas itu semua.

Romo melalui khotbahnya memulai dari kata "terima kasih" - "menerima kasih". Pernahkah merasakan sakit hati jika kasih yang kita berikan kepada seseorang ditolak? Pastinya pernah. Jika dibandingkan dengan saat kita meminta sesuatu pada seseorang tapi tidak diberi, rasanya tidak seberapa sakit jika dibandingkan kasih yang kita berikan ditolak. Yesus pun mengalami hal yang sama, Yesus mengasihi umat-Nya, tetapi kasih yang Yesus berikan itu ditolak umat-Nya, bahkan umat-Nya durhaka hingga Yesus sengsara di kayu salib.

Melalui bacaan Injil Luk 17: 11-19, ditunjukan kisah tentang bersyukur. Ketika Yesus sedang melakukan perjalanan ke Yerusalem menyusur perbatasan Samaria dan Galilea. Ketika masuk suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Yesus. Mereka memohon pada Yesus, "Yesus, Guru, kasihanilah kami!" Yesus memandang mereka dan mengatakan, "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam." Sementara perjalanan mereka, mereka pun sembuh. Namun dari kesepuluh orang kusta yang telah sembuh itu hanya satu orang yang kembali menemui Yesus untuk mengucap syukur sambil memuliakan Allah. Orang yang kembali itu adalah orang Samaria.

Yesus berkata, "Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah sembuh? Di manakah yang sembilan orang itu? Tidak adakah diantara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain orang asing ini?" Yesus pun berkata pada orang kusta yang kembali tadi, "Berdirilah dan pergilah, iman mu telah menyelamatkan engkau."

Yesus selalu mengumpamakan orang Samaria dalam kisah perumpamaannya. Orang Samaria dianggap sebagai kelompok orang atau masyarakat yang dianggap asing pada jaman Yesus. Orang Samaria dianggap berbeda dari orang lainnya, mungkin orang Samaria merupakan orang yang terkucil karena anggapan sesuatu yang negatif oleh masyarakat lainnya. Namun selalu ada hal positif yang diangkat Yesus dari orang Samaria ini. Kenapa? Karena di sini, orang yang dianggap terkucil dari masyarakat yang lain lebih kesadaran diri bahwa dirinya berdosa. Sehingga ketika mendapatkan berkah atau anugerah, pasti akan diungkapkan dengan rasa syukur. Ini yang membedakan antara orang Samaria dengan kesembilan orang kusta lainnya.

Sama halnya kita, kalau kita hidup berkecukupan segalanya ada, kita tidak akan merasa bersyukur atas apa yang kita miliki. Bandingkan dengan orang miskin yang tidak punya segala sesuatu, ketika memperoleh sesuatu dalam rupa sederhana saja pasti akan bersyukur luar biasa atas apa yang diperolehnya. Hendaklah kita jadi orang yang selalu bisa bersyukur, kapanpun dan dimanapun, saat kita mampu atau pun tidak. Caranya ya dengan mau menyadari diri akan kekurangan yang kita miliki meski pada kenyataan duniawi kita punya segalanya. Apapun yang kita peroleh harus kita syukuri, karena semuanya berasal dari Dia. Jadi sudah layak dan sepantasnya kita bersyukur setiap saat.

Saya tidak mencatat percis apa yang dikatakan romo di misa sore ini. Namun apa yang diberikan romo melalui khotbahnya itu saya cerna dan saya tuliskan sesuai dengan apa yang saya cerna. Pada intinya, belajar bersyukur di setiap waktu atas semua hal, dari yang paling kecil hingga besar, dari yang sederhana sampai yang luar biasa, karena apa yang kita peroleh di dunia ini semuanya berasal dari Tuhan, dan sudah layak dan sepantasnya kita menanggapi kebaikan Tuhan dengan ucapan terima kasih dan syukur. Belajarlah dari orang Samaria yang kembali pada Yesus, untuk bersyukur dan berterima kasih serta memuliakan Allah. Amin.

Posting Komentar

0 Komentar