Senin siang, sekitar pukul 11:05, bebe ku berbunyi, menandakan ada pesan masuk. Aku lihat inbox bebe ku, ternyata ada SMS darinya. Aku baca pesannya, yang sangat singat itu tanpa awalan dan akhiran. |Adi crta apa??| Pesan yang amat singkat langsung pada pertanyaan.
Ketika aku membacanya aku sedang sibuk dengan pekerjaanku. Tapi saat itu aku langsung balas SMS itu |Adi? Adi cerita opung sakit, baru aja sms. Udh 3hri q gk tlp2n sama adi. Q jg blm sempet tlp opung sakit.| Tidak lama, dia membalas lagi, |Kl ak mrah k km dl,pdhl spele,trs ak diemin km/maki" km,ap yg km rsain?dendam g?| Setelah SMS ini aku rasa ada keenganan menjawab, tapi ada juga keinginan membalas. Perang batin saat itu. Tapi pekerjaan yang menumpuk akhirnya membuatku bisa memutuskan.
Jadi aku acuhkan SMS itu, ya berharap nanti saja lah aku balas. Biasanya memang aku selalu berusaha membalas cepat jika ada pesan dari dia, tapi kini aku berlatih untuk tidak seperti itu, alasannya ya atas semua yang sudah dia terimakan padaku. Meski ada keinginan membalas pesannya itu, tapi untunglah pekerjaan membantuku mengacuhkan pesannya itu. Sampai dia mengirimkan SMS lagi, mengkonfirmasi pesan yang pertama sekitar pukul 13:11, dia mengirimkan SMS lagi |Knp gk d bales, gk mw jwb ya| Saat SMS yang ini aku langsung membalasnya, |Bentar ya, q lg sibuk bgt. Q aj blm makan siang :( nanti q bls. Km tw q kn, q psti bls yg msh bs q bls. Klo ud lwt 1hri brtti "sulit" dijawab. Pasti q jwb.|
Ketika ditanya soal dendam. Saat aku diperlakukan seperti itu dulu, yang aku rasakan wajar adalah kesal, tapi karena terlalu besar rasa sayangku padanya, membuat aku bisa memaklumi apa yang dia lakukan, sembari berpikir positif, mungkin dia begitu karena begini atau karena begitu, atau ada hal yang sedang dipikirkannya. Kalau ditanya dendam, satu hal yang seharusnya dia tahu. Q orang yang pendendam, tapi dendam yang aku pahami adalah dendam dalam hati. Karena konsep dendam yang aku yakini, aku tidak akan pernah membalas apa yang telah diperbuat orang lain padaku dengan tanganku sendiri. Aku tidak mau mengotori tanganku untuk pembalasan sebuah dendam. Aku juga tidak akan menyuruh atau mengusahakan sesuatu agar dendam ku terbalaskan. Aku hanya berdoa, suatu saat ada pembalasan Tuhan. Ketika saat itu terjadi, aku hanya ingin tersenyum di depan orang itu dan berkata "Bagaimana rasanya? Enak atau tidak? Sakit?" Itulah konsep dendam menurut aku. Bahkan suatu saat aku tidak melihat orang itu mengalami apa yang pernah aku rasakan, aku hanya berpesan pada mereka yang tahu, saatnya hal itu terjadi sampaikan apa yang pernah aku ceritakan pada mereka tentang konsep dendamku ini. Kecuali sebelum waktunya tiba orang itu menyadari kesalahannya. Mencubit itu sakit, jadi jangalah mencubit orang lain.
Dikesempatan selanjutnya, dia memang mengirimkan SMS lagi yang isinya dia menyadari apa yang telah dia lakukan selama ini padaku. Tapi aku rasanya sulit percayanya setelah apa yang sudah terjadi, ya mungkin lebih mudah hanya sekedar mengatakan "iya". Tapi untuk mempercayai itu semua butuh waktu, semua akan dibuktikan dengan bagaimana dia setelah ini.
Satu hal, yang sampai saat ini tidak bisa aku ubah, aku selalu sulit mengabaikannya, kadang aku berusaha tapi tetap saja sulit, karena rasa sayang yang terlalu besar padanya. Meski aku kesal, kecewa dan dendam, tapi selalu ada "maaf" yang tersembunyi dihati. Dan aku berusaha sembunyikan itu. Ya inilah yang jadi perang batin yang aku rasakan setiap saat, dan itu kenapa aku sulit melupakannya. Kalau pun sampai nanti aku tidak bisa lupa, ya lebih baik aku simpan semuanya dan aku bawa 'pulang'.
Itu yang aku catat yang terjadi di hari Senin. Di hari Selasa, bertepatan dengan libur hari raya. Hari ini aku kangen berenang, pengen deh berenang. Dari pagi, aku ingin mengajaknya berenang. Tapi aku tahan, mau SMS berat rasanya. Tapi akhirnya aku putuskan SMS dia untuk mengajak berenang. Aku memang sudah siap untuk mendapat penolakan, dan memang benar penolakan. Dia bilang mau pergi renang dengan temannya. Ya sudah, aku bilang "met berenang". Tak lama dia SMS, bilangnya membatalkan renang dengan temannya itu. Aku cukup senang saat itu, aku kira itu kesempatanku. SMS berlanjut sampai dia bilang mau mandi. Aku hanya nunggu dengan perasaan saat itu masih senang. Waktu berlalu, 30 menit, 1 jam, 1,5 jam, sampai akhirnya magrib tiba. Itu tandanya pasti batal. Dia tidak memberikan konfirmasi apapun.
Saat itu aku benar dibuat kesal, aku ingin SMS tapi hati ini bilang "jangan", buat apa SMS. Toh pada dasarnya dia memang tidak mau atau memang malas. Ternyata memang dia masih sama seperti yang dulu aku kenal, masih tetap mengabaikanku. Aku memang selalu jadi serep ketika apa yang dia inginkan tidak bisa terlaksana.
Aku berpikir banyak, apa yang menyebabkan semuanya batal. Pertama, memang sebenarnya dia ingin berenang tapi dia malas karena jauh, dan mungkin juga dia ngantuk. Akhirnya dia membatalkan dengan temannya itu. Karena masih ingin berenang dia mencoba mengkonfirmasi ajakan ku. Tapi mungkin karena dibarengi rasa malas, mungkin bisa juga dia ketiduran. Meski saat SMS bilangnya mau mandi. Hal ini sudah pernah aku alami itu kenapa aku bisa berpikir demikian.
Kedua, karena dia dilarang orang tuanya untuk pergi. Ketiga, dia tidak lagi bete karena pacarnya yang sekarang memberi respon positif padanya, entah membalas WA/ SMS/ teleponnya. Jadi terjadi komunikasi di sana, dan melupakan soal diriku yang hanya sekedar teman. Sekali lagi selama ini aku memang hanya sebatas serep semata. Dan itu bisa aku bayangkan melalui asumsiku ini. Asumsi keempat ini sebenarnya asumsi laki-laki yang penuh harapan, dan sebenarnya tidak masuk dalam hitungan. Karena ini benar-benar harapan kosongku. Keempat, dia menunggu respon dariku, apakah jadi atau tidak. Kalau aku tidak membalas berarti aku tidak benar-benar serius mengajak.
Itulah asumsi-asumsi yang muncul. Sekali lagi asumsi keempat harus dipisahkan, karena itu hanya pikiran kotorku. Karena sangat tidak mungkin dia berpikir begitu, seperti yang sudah saya utarakan di atas, posisiku itu selalu jadi serep dalam hubungan selama ini. Meski dia mengatakan tidak, tapi nyatanya itu yang selalu terlintas dalam benakku.
Apa yang aku rasakan ini tidak akan aku balas dengan melakukan hal yang sama. Apa yang bisa jadi penenangku hanya doa. Aku bergegas mandi, kemudian aku berdoa. Hanya itu yang bisa aku lakukan. Suatu saat apa yang dia tanam akan dia tuai. Atau suatu saat, ketika dia sudah benar-benar memberikan sayangnya pada seseorang yang akan dia pilih, dia akan kehilangan orang yang dia sayang. Jika dia memilih orang yang tidak baik, dia akan ditinggal sama seperti ketika dia meninggalkan orang lain dulu. Atau ketika dia memilih orang yang terbaik buat dia, dia akan kehilangan orang itu karena orang yang terbaik buatnya dipanggil lebih cepat. Aku tidak nyumpahin atau mendahuli Yang Kuasa. Tapi itu yang biasa dan sering terjadi dalam kehidupan. Semua pasti punya masa, dimana seseorang akan memperoleh semua yang telah dia perbuat sebelumnya. Konsep menamam dan menuai itu selalu ada dalam hidup ini. Jadi belajarlah dari pengalaman hidup agar kita tidak jatuh ke lubang yang sama.
0 Komentar
Tinggalkan jejak, jika anda mampir ;p Terima kasih atas kunjungannya - cocoper6