Trip Bali 24/8 – 5/9 2013

Sudah sekian kalinya saya melakukan trip ke Pulau Dewata. Kali ini saya kembali trip ke sana, trip ini sebenarnya trip tertunda, yang rencana dilakukan di bulan Juli baru bisa terealisasi di Agustus ini, ya diakhir bulan tepatnya. Trip kali ini sebenarnya bukan untuk berlibur, karena misinya adalah untuk boyong-boyong barang, kemudian latihan menyetir mobil. Kebetulan di Denpasar untuk harga sewa mobil relatif murah, jauh berbeda dari harga sewa di Jawa, hampir separuh harga. daripada belajar di kursus setir yang harganya sangat mahal. Target saya sepulang dari Denpasar ini saya sudah bisa membawa mobil, karena saya punya plan tertentu untuk itu ke depannya.

 

Keberangkatan

Trip kali ini cukup luar biasa, biasa Cirebon – Denpasar yang ditempuh ± 24 jam harus ditempuh lebih dari waktu tersebut. Kami berangkat start by bus pukul 21:00 WIB baru sampai Denpasar sekitar pukul 03:45 WITA. Banyak hal yang menyebabkan keterlambatan keberangkatan kami ini, pertama, bus harusnya start dari Terminal Harjamukti, Kota Cirebon jam 19.00 WIB, ternyata karena macet terjadi keterlambatan dua jam. Bus yang kami naiki ini start dari Jakarta. Kedua, lanjut lagi di Jalan Pantura Rembang, bus yang kami tumpangi bermasalah di AC-nya, akhirnya kru bus harus memperbaikinya terlebih dahulu, memakan waktu tiga jam, dari pukul 06:00 WIB sampai 09:00 WIB. Ketiga, karena berhenti yang cukup lama tadi membuat penumpang dan kru bus lapar, akhirnya bus berhenti di pemberhentian bukan resmi bus kami ini untuk istirahat, makan, mandi, untuk baru kembali jalan lagi. Ya itulah yang membuat keterlambatan perjalanan kali ini.

Sampai di Denpasar Senin pagi, subuh tepatnya. Kebetulan lagi bus yang kami ini bisa masuk kota dan turun tidak jauh dari Terminal Ubung. Berbeda dengan dulu, kini bus antar kota antar propinsi sudah tak lagi menurunkan penumpang di terminal ini, alih-alih di lempar ke terminal yang relatif jauh dari kota. Beruntung bus yang saya tumpangi bisa berhenti di tempat yang terjangkau. Suasana pagi di Denpasar subuh cukup lengang sekali, hanya beberapa kendaraan yang lalu lalang, ya ada taksi, truk besar yang kebetulan masih boleh melintas bukan dijam sibuk, mobil-mobil box angkutan, dan beberapa sepeda motor, tapi yang jelas suasana lalu lintasnya relatif sepi.

Kembali ketujuan kedatangan ke Bali ini, ke soal boyong-boyong barang milik paman bisa diselesaikan kurang lebih 1,5 hari, beres semuanya tidak ada kesulitan berarti. Lanjut lagi misi berikutnya yaitu latihan menyetir mobil. Misi kedua ini bisa diselesaikan dua hari. Meski belum sempurna sekali, tetapi hasil belajar kali ini memang sudah terlihat hasilnya, tinggal dilancarkan saja. Sisa beberapa hari yang ada karena misi sudah terselesaikan diisi untuk rekreasi.

 

Suasana Bali

Suasana Bali secara keseluruhan di siang hari sangat amat panas sekali, matahari bersinar terik, memang ada hari tertentu yang agak mendung, tetapi secara umum untuk siang hari cuacanya panas. Menjelang sore hingga malam sampai pagi hari suasananya cenderung sejuk, malah dingin. Mirip suasana gurun, ketika siang panas luar biasa, malamnya malah sejuk. Meski cuaca yang panas terik, orang-orang yang ada di Bali menggunakan pakaian yang serba terbuka, terutama sih turis asing, suasana panas seperti siang hari mereka malah telanjang dada (laki-laki) atau hanya memakai tangtop (perempuan) atau kaos oblong, masyarakat asli Bali nya juga sama, cewe Bali kebanyakan senang memakai celana pendek. Padahal kalau di Jawa hampir semua orang “membrongsong” tubuhnya agar tidak terkena panas terik, alasannya biar tidak hitam kulitnya, tetapi di Bali berbeda sekali.

Lalu lintas di Bali sekarang ini sudah cukup ramai, bahkan cenderung padat. Kemacetan juga kerap terjadi di ruas tertentu ketika traffic tinggi, tetapi sesudah itu kembali normal. Untuk kategori macetnya belum menyamai Jakarta, tetapi pasti akan mungkin seperti di Jakarta. Mengingat pertumbuhan kendaraan di Bali itu relatif tinggi sedangkan luas jalan tidak bertambah. Karena di Bali kemungkinan untuk penambahan jalan tidak mungkin menggunakan alternatif flyover, karena aturan adat yang menghambat. Jadi mungkin aturan regulasi pembatasan kendaraan bisa jadi pilihan yang cukup baik. Soal ketertiban berlalu lintas masyarakat Bali ya masih lebih baik, meski memang masih belum dikatakan tertib. Namun prilaku berkendaranya masih lebih baik daripada yang terjadi di Jawa.

Beberapa titik lalu lintas di Bali juga sudah ada perubahan, terutama di Denpasar di pusat keramaiannya. Sekarang sudah ada underpas, kemudian tol yang baru yang menghubungkan bandara Ngurah Rai dengan Nusa Dua. Perempatan-perempatan yang menjadi biang kemacetan terlihat sudah diubah untuk mengalihkan kemacetan, jadi yang pernah ke Bali 5-10 tahun lalu bisa melihat perbedaannya sekarang.

Saya beruntung untuk Denpasar dan sekitarnya sudah tak begitu buta, jadi ketika mau kemana-mana saya sudah bisa membelah jalanan di sana. Tidak seperti awal-awal yang mau pergi kemana-mana selalu membutuhkan orang asli untuk menghantar saya.

Oh iya, yang selalu unik dari kehidupan masyarakat Bali adalah mereka tidak bisa lepas dari yang namanya upacara adat, dari yang sifatnya sederhana sampai acara yang besar. Biasanya aktivitas masyarakatnya itu dilakukan di Banjar masing-masing, jadi tidak jarang jalanan ditutup karena ada upacara, entah upacara apa yang dilakukan, yang jelas masyarakat Bali tidak lepas dari upacara adat. Pura-pura pun selalu menghiasi ruas jalan, halaman rumah, pertokoan dan perkantoran.

Ada hal yang menurut saya unik lagi, kalau di Jawa sering yang dilihat berkeliaran bebas di jalanan adalah kucing, bahkan sampai sering kucing mati tertabrak di jalanan. Kalau di Bali ini yang banyak berkeliaran adalah anjing, banyak sekali anjing liar di sudut-sudut gang, jalan. Anjing begitu mendominasi di setiap tempat di Bali, paling banyak memang anjing kampung. Kucing kampung sendiri jumlahnya sedikit, ya mungkin dominasi anjing kampung membuat mereka tak berkembang. Masyarakat Bali yang terdiri dari orang lokal dan asing, serta pendatang lokal senang memelihara binatang peliharaan, terlihat sering sekali ada yang mengajak jalan-jalan hewan peliharaannya. Penjualan hewan-hewan peliharaan di Bali juga cukup tinggi, sepertinya begitu yang saya amati. Kembali ke soal anjing kampung, wajar saja jika Bali punya tingkat kemungkinan penyebaran rabies yang tinggi, jika kesehatan anjing-anjing kampung yang berkeliaran tidak diperhatikan.

 

Kepulangan

Waktu kurang lebih 10 hari di Bali rasanya sudah cukup, misinya juga sudah selesai, akhirnya tiba untuk kepulangan kembali ke Cirebon. Kepulangan kali ini masih sama menggunakan bus, Kramat Djati tetap jadi pilihan. Tanggal 4/9 pagi, sudah siap di Terminal Ubung, start sekitar pukul 07.30 WITA. Perjalanan yang cukup lama memakan waktu 24 jam baru akhirnya kembali tiba di Cirebon sekitar pukul 07.30 WIB tanggal 5/9. Perjalanan pulang lebih lancar daripada waktu berangkat, untuk lelahnya sih ya sama saja lah, namanya juga menggunakan jalur darat.

Sekian catatan trip ke Bali saya kali ini, tidak banyak yang bisa saya catat. Ya karena keterbatasan ide juga. Tetapi saya rasa catatan kali ini bisa cukup untuk jadi catatan harian saya di Naturality, suatu waktu saya kangen saya bisa membaca catatan saya ini. Dokumentasi ya saya berikan alakadarnya, namun ulasannya tak saya bahas di catatan ini, hanya sekedar dokumentasi kegiatan yang dilakukan di Bali di trip kali ini. Sampai jumpa di catatan perjalanan saya lainnya. (^_^)?

Posting Komentar

0 Komentar