[Diary] Corat-coret 20 September 2013

20 September 2013

Hari ini aku mengawali dengan sesuatu yang baru dengan prinsip yang baru, yang terpaksa harus aku lakukan. Pagi ini aku memulai semua dari nol, yang berbeda, aku menjalani ini semua dengan rasa kekecewaan yang tetap tidak bisa hilang, dan sedikit ada rasa dendam yang mengalir dalam darahku, bahkan ketika aku menghela nafas ketika aku mengingat sesuatu yang telah berlalu. Meski begitu aku tidak melupakan semuanya itu, aku tidak membuang semua kenangan itu, aku akan tetap menyimpan semuanya dalam hatiku, sampai suatu saat ada keajaiban yang membuat semuanya bisa kembali. Namun aku tetap tidak bisa menyembunyikan rasa kekecewaanku, dendam, rasa ketidakadilan yang masih berdesir di dalam darahku ini.

Pagi ini saya mendapat harapan dari teman kerjanya, saya direferensikan untuk suatu pekerjaan di perusahaan dimana dia bekerja, mungkin karyawan kelas bawah. Tapi aku akan buktikan aku ini mau berusaha, bahkan ketika ada peluang pasti akan aku coba, bukan karena kondisinya seperti ini sekarang. Pukul tiga sore, akhirnya aku diatur jadwal untuk interview di HO dimana dia bekerja. Aku tidak berharap dapat bertemu dengan dirinya, aku hanya ingin mengetahui lebih jelas hal-hal apa saja yang ada di kantornya, sambil mengingat-ingat cerita yang biasa dia ceritakan ketika dia berada di kantor. Yah sayangnya ketika aku bisa datang ke kantor itu semuanya sudah berbeda. Tapi aku masih senang bisa tahu apa yang biasa dia lakukan di kantornya itu, ada ruang repsisionis, ada ruang loker, ada lift yang biasa dia pakai naik-turun, serta ruangan-ruangan yang biasa dia ceritakan padaku dulu.

Aku datang ke sana untuk interview sebuah pekerjaan untuk penempatan di cabang, bukan di HO, tapi tak apalah, yang penting aku bisa bekerja, dan kalau pun itu memang jalan Tuhan akan aku jalani, yang jelas aku mampu menyisihkan uang untuk tabungan kita. Aku masih memakai kita, karena apa yang aku dapatkan aku siapkan buat dia, entah dia mau terima atau tidak. Dan juga untuk membantu keluargaku, itu pun kalau aku diterima. Hari itu interview berjalan ya biasa saja, dan saya diatur jadwal untuk psikotes pada Selasa depan.

Sore itu saya akhirnya diberi kesempatan untuk bertemu dia, di depan lift, ketika aku keluar lift, dia baru mau masuk lift. Reflekku yang tidak bisa hilang ya tetap menyapanya, entahlah sesuatu yang tidak bisa aku lepaskan. Aku mencoba konsentrasi untuk apa yang aku hadapi sekarang, jadi ketika dia berlalu ya sudah aku biarkan saja. Tetapi terbersit dalam pikiran, “Mau kemana dia ya? Ah mungkin dia mau ke kamar mandi, dia biasa ke kamar mandi sendirian. Tapi apakah kamar mandinya harus via lift ya?” Inilah yang terlintas dalam pikiranku.

Setelah usai urusanku di kantornya, aku langsung kembali pulang ke Depok dan melakukan aktivitasku yang baru, ya yang sekarang ini aku jalani. Aku harus menikmati kesehari-harianku dengan kesendirian, tetap ditemani dengan kekecewaan.

Tapi satu hal yang aku renungkan atas semua yang aku alami ini. Beberapa hari lalu aku mulai mendekatkan diri pada Tuhan, aku mulai rajin berdoa. Tapi sayangnya aku tidak memahami apa yang dipesankan Tuhan melalui sabda-Nya. Apa yang aku alami ini juga sebenarnya tak perlu ditanyakan, dimana rasa keadilannya. Kenapa? Pernah ingat kisah sengsara Tuhan? Yesus disiksa hingga mati di salib karena apa? Apakah Yesus pernah berbuat salah, apakah Yesus berbuat dosa? Apakah yang telah Yesus perbuat sampai dia harus menerima kesengsaraan hingga Yesus harus mati disalib? Ini yang harus aku renungkan setiap saat.

Hal yang sama, aku menyadari bahwa aku tidak pernah menyakiti wanita, tapi kini aku disakiti wanita sampai aku terluka sangat dalam. Tidak seharusnya aku mengumpat atas keadaan yang aku alami ini. Yesus mengajarkan untuk pasrah pada Bapa-Nya. Yesus sempat mengajukan pilihan pada Bapa-Nya, tapi kehendak Bapa-Nya yang utama, dan ketika itu terjadi, lakukanlah yang bisa dilakukan sesuai kehendak Bapa. Aku mulai menyadari hari ini, ketika aku membaca doa tiap-tiap peristiwa dalam doa rosario. Di sana banyak hal yang bisa jadi pembelajaran bagiku, dan cara Tuhan menunjukan cara-Nya pada manusia. Aku menyadari kesalahanku ini. Proses untuk itu memang  berat, tapi aku akan mulai menyadari apa maksud Tuhan dalam hidupku. Tinggal proses waktu yang bisa mendewasakan diriku jadi lebih baik.

Tapi satu hal yang akan tetap saya lakukan sekarang adalah seperti ini dan berusaha pasrah. Tapi saya akan terus berharap dan berusaha serta berdoa, harapan Tuhan bisa mendengarkan doa dan harapanku ini. Kalau pun aku gagal, aku akan tetap seperti ini dan memilih apa yang bisa aku jalani sekarang. Tetapi, tromaku terhadap wanita rasanya akan tetap saya pegang, aku akan berhenti sampai di sini. Saya mau membuktikan kalau jodoh itu di tangan Tuhan. Ini yang masih belum saya yakini pada-Nya. Karena prinsip yang saya yakini, jodoh itu tetap diusahakan manusia, dan jika yang dilakukan baik kenapa tidak? Toh yang baik itu pasti tujuannya juga untuk kebaikan? Memang banyak jalan menuju Roma, tetapi kalau berusaha diusahakan kenapa tidak, saya masih percaya Tuhan akan dukung itu semua. Kalau pun gagal, saya mau tahu jodoh saya seperti apa, hidup atau mati? Itu yang ingin saya ketahui. Inilah ego saya yang masih belum saya bisa hilangkan. Semoga penderitaan dan sengsara Yesus bisa terus mengikis egoku yang masih membatu di dalam diriku. Amin.

Posting Komentar

0 Komentar