[Diary] Corat-coret 19 September 2013

19 September 2013

Malam ini aku bingung mau menuliskan apa, banyak kata yang sudah aku tulis, akhirnya buntu di tengah jalan. Malam ini buntu, pikiranku kacau, campur aduk tidak karuan, emosi, kesal, kecewa, dendam, marah, bahkan sampai umpatan aku utarakan. Semuanya untuk melepaskan aku dari kekecewaan yang aku rasakan. Tetapi tetap saja tidak bisa aku lepaskan itu semua. Aku coba tuliskan semua yang aku rasakan, tapi tetap tidak bisa, akhirnya “delete” dan “delete”.

Tetapi aku sudah mengutarakan apa yang aku rasakan pada temanku yang sudah aku anggap saudara angkatku my brother (Adi) and my sister (Diana). Mereka yang mau mendengar segala kekecewaanku sejak sebulan lalu. Aku sangat berterima kasih masih punya mereka berdua, karena kalau tidak ada mereka aku akan makin terpuruk.

Satu hal yang tidak ingin aku ucapkan, malam ini akhirnya aku mengucapkannya, karena kekecewaanku yang benar-benar mendalam yang aku rasakan. Beberapa hal itu antara lain soal: (1) Dimana keadilan Tuhan?; (2) Aku tunggu bukti “apa yang kau tanam, apa yang kau tuai”; (3) Pembuktian atas karma (4) dan beberapa hal lain yang aku tidak sempat mengingatnya, yang jelas luapan emosi, kekesalan, kekecewaan, amarah akhirnya jadi benih dendam jadi satu malam ini. Satu hal yang masih aku syukuri, ketika aku dendam, aku punya prinsip, “pembalasan bukan dari tanganku, tetapi dari tangan orang lain, dan ketika masanya tiba, satu hal yang ingin aku lakukan, yaitu tersenyum atas semuanya itu.” Entah suatu saat aku tidak bisa membuktikan itu semua, aku sudah sampaikan ini semua pada my brother (MIL), suatu saat aku bisa buktikan sendiri ya tidak masalah, atau kalau aku tidak bisa membuktikannya, biarlah my brother yang menggantikan aku membuktikannya. Satu hal yang aku masih percaya adalah KARMA. Setidaknya bukti itu cukup untuk membuktikan bahwa “Inilah sakit yang aku rasakan, bisa lebih bisa kurang, tapi saatnya tiba, ada sesuatu yang terucap olehnya, inilah karmaku.”

Secara tidak sadar aku membawa diriku sebagai Thomas, murid Yesus yang tak percaya. Tapi kenyataannya yang tadinya aku ingin berbuat jadi Yesus yang membuktikan, akhirnya arus membawaku menjadi figur seorang Thomas. Ya aku berpikir, nyatanya orang-orang macam Thomas masih mendapat perhatian Tuhan dan Tuhan mau membuktikannya. Oleh karena itu, aku juga mau tahu pembuktian Tuhan atas poin-poin yang aku tuliskan di atas.

Sebenarnya tidak ingin aku katakan, karena rasa sayangku yang begitu besar, tetapi ketika rasa sakit yang begitu dalam ini sudah tidak bisa lagi ku tahan, emosilah yang menjawab semuanya dan itulah yang terucap, sesuatu yang tidak ingin aku katakan.

Aku masih sadar, suatu saat aku mendapatkan kesempatan lagi, aku akan perbaiki semuanya, namun apa yang aku rasakan saat ini, tapi ya inilah yang aku tuliskan, dan masih banyak hal yang tidak bisa aku tuliskan saat ini, karena semuanya sudah aku ceritakan kepada teman yang sudah aku anggap saudara angkatku. Ketika aku menulis ini, aku masih berharap semuanya bisa berubah. Tapi yang aku tidak tahu, itu kapan? Oleh karena itu, kalau suatu saat aku tidak bisa mengalaminya, setidaknya ini bisa jadi catatanku, bahwa inilah yang aku rasakan sampai saat ini. Dan aku ingin dia tahu semua yang aku rasakan ini, saat nanti aku memang sudah tidak ada.

Aku cukupkan dulu malam ini, aku akan menikmati hari-hariku ke depannya. Aku akan kejar apa yang jadi misiku, “pekerjaan”. Sekarang aku mau tidur lebih awal, berharap bisa bangun lebih pagi untuk memulai hari yang baru, sebelum saatnya itu tiba. Karena dalam lubuk hati yang paling dalam, aku ingin membuat mereka menyesal apa yang telah diperbuat padaku ini. Kalau bukan aku yang buat itu, mungkin orang lain, mengikuti KARMA yang sudah terjadi, “apa yang kau tanam, itu yang kau tuai”, ya semoga prinsip keadilan bisa Tuhan buktikan. Atau kalaupun Tuhan berikan jalan yang lain, lihatlah jalan apa itu? Bahagia atau kesedihan berbalut penyesalan?

Posting Komentar

0 Komentar