Konsumsi BBM Paska Kenaikan Harga

BBM atau bahan bakar minyak merupakan salah satu bahan pendukung kehidupan di republik ini. BBM ini tak kalah penting dari sembilan bahan pokok, juga kebutuhan primer yang lainnya. BBM ini tidak saja berhubungan dengan transportasi, tapi juga menunjang atau mendukung dalam kebutuhan rumah tangga. Contohnya seperti dulu, ketika harga minyak dunia naik, yang berpangaruh itu dua sisi, yaitu minyak untuk bahan bakar transportasi dan minyak bahan bakar untuk kebutuhan rumah tangga, seperti minyak tanah. Permasalahan kala itu ketika harga minyak dunia naik, pemerintah kewalahan dengan beban subsidi. Permasalahan ini membuat semakin maraknya spekulan minyak, hal ini menyebabkan minyak tanah jadi langka, dan harganya bisa melambung tinggi sekali. Keadaan ini sangat mempersulit masyarakat kecil terutama ibu-ibu rumah tangga yang masih menggantungkan diri pada minyak tanah. Namun seiring berjalannya waktu, pemerintah saat itu punya solusi untuk konversi minyak tanah ke gas. Meski prosesnya tidak mulus dan banyak memakan korban, namun kini masyarakat sudah bisa menyesuaikan dan masalah kesulitan atau ketergantungan terhadap minyak tanah bisa dikurangi.

Sekarang permasalahan yang kerap muncul dan selalu tidak bisa diselesaikan adalah soal bahan bakar minyak untuk transportasi.BBM untuk transportasi di Indonesia ini terkenal mempunyai harga jual yang sangat murah dibandingkan negara-negara lain, terutama ya di sekitar asia tenggara. Kenapa bisa lebih murah, karena harga BBM tersebut mendapat subsidi dari pemerintah, agar masyarakat kecil tidak terbeban dengan harga asli BBM yang mengikuti pasar dunia. Akhirnya beban subsidi itu ditanggung negara, tapi karena kita punya negara yang tak ikhlas menanggung beban masyarakat, akhirnya negara “protes” dan ingin mencabut beban subsidi itu. Dengan alasan-alasan “heroik”, untuk menyelamatkan APBN, untuk mengadilkan masyarakat karena subsidi yang diberikan tidak tepat sasaran, yang lebih “heroik” lagi adalah untuk mesejahterakan masyarakat.

BBM di Indonesia itu dikenal ada premium dan solar, keduanya mendapat subsidi, ada lagi pertamax, pertamax plus, dan solar non subsidi. Soal premium dan solar masih jadi primadona masyarakat, karena harganya yang murah. Dulu saya ingat, waktu saya kecil, harga premium di eceran itu hanya Rp 700,00, itu  pun harga kita beli di eceran. Dulu saya ingat, setiap beli bensi selalu di eceran, sebelum mengenal SPBU, waktu itu jumlah SPBU masih sedikit sekali. Sampai akhirnya jaman sekarang 2013 , harga BBM untuk premium Rp 6.500,00. Harga ini masih lebih murah dari negara-negara lain kawasan terdekat dengan republik ini.

Masih di tahun yang sama, pengeluaran untuk BBM biasa sih Rp 10.000,00 sudah cukup untuk beberapa hari, ya 2-3 hari pemakaian kendaraan, untuk aktivitas di Kota Cirebon. Tapi untuk pemakaian di ibukota Kota Depok - DKI Jakarta PP, sehari untuk bahan bakar bisa habis Rp 15.000,00. Bayangkan dengan harga premium sekarang, dengan nominal yang sama hanya dapat berapa liter??? Pastinya jelaskan akan memberatkan. Biasa dengan harga yang dulu isi Rp 10.000,00 dapat 2,22 liter premium dan kalau isi Rp 15.000,00 dapat 3,33 liter. Untung saja motor saya termasuk motor yang irit Yamaha Vega R 2006, 1 liter bisa habiskan 48 kilometer. Dikalikan saja untuk Rp 10.000,00 daya tempuhnya 106,56 kilometer sedangkan Rp 15.000,00 daya tempuhnya 159,84 kilometer.

Kalau dengan harga premium sekarang Rp 6.500,00. Untuk pengisian Rp 10.000,00 hanya dapat 1,53 liter dan Rp 15.000,00 hanya dapat 2,31 liter. Angkanya sungguh jauh berbeda sekali, hal ini sudah pasti akan mempengaruhi jarak tempuh. Dengan patokan literan di atas, jarak tempuh kendaraan saya hanya: untuk Rp 10.000,00 daya tempuhnya hanya 73,44 kilometer dan Rp 15.000,00 daya tempuhnya 110,88 kilometer.

Itung-itungan kasar di atas sudah sangat jelas akan mempengaruhi pengeluaran bulanan. apalagi ditambah penghasilan yang tidak naik, sudah pasti akan memberatkan. Ya ini untuk saya yang itungannya termasuk masyarakat menengah kebawah. Lalu bagaimana masyarakat yang memang benar-benar miskin? Apakah cukup, ganti rugi kenaikan BBM dengan BLSM hanya beberapa rupiah saja? Entahlah, mungkin pemerintah lebih pintar main itung-itungan, soal “ngadalin” rakyat mereka jagonya. Jadi sudahlah, mau bagaimana lagi. Sekarang sih kita masyarakat yang harus lebih kreatif daripada pemerintah, ya biar saja rakyat semakin pintar dan pemerintah semakin tolol. Buat saya pribadi ya menyikapinya, konsumsi pengeluaran untuk bahan bakar tetap ditekan diangka rupiah sebelum kenaikan, dengan konsekuensi mengrangi daya tempuh kendaraan. Karena bila menaikan pengeluaran lagi untuk bahan bakar maka pendapatan tidak akan mencukupi. Belum lagi tekanan kenaikan harga akibat efek berantai kenaikan BBM. Sekali lagi kita yang harus kreatif mensiasati hal ini. Biarlah kita jadi rakyat yang pintar dan pemerintah jadi yang paling tolol. Semoga pemerintahan yang sekaran ini berjalan cepat usai, purba tugas. Mudah-mudahan pimpinan negeri ini nanti jauh-jauh-jauh lebih kompeten dan lebih pro pada rakyat. Paling tidak minimal seperti Jokowi dan Ahok yang sedang jadi sorotan sebagai contoh pimpinan terbaik jaman ini. Semoga demikian!!!Itung-itungan kasar di atas sudah sangat jelas akan mempengaruhi pengeluaran bulanan. apalagi ditambah penghasilan yang tidak naik, sudah pasti akan memberatkan. Ya ini untuk saya yang itungannya termasuk masyarakat menengah kebawah. Lalu bagaimana masyarakat yang memang benar-benar miskin? Apakah cukup, ganti rugi kenaikan BBM dengan BLSM hanya beberapa rupiah saja? Entahlah, mungkin pemerintah lebih pintar main itung-itungan, soal “ngadalin” rakyat mereka jagonya. Jadi sudahlah, mau bagaimana lagi. Sekarang sih kita masyarakat yang harus lebih kreatif daripada pemerintah, ya biar saja rakyat semakin pintar dan pemerintah semakin tolol. Buat saya pribadi ya menyikapinya, konsumsi pengeluaran untuk bahan bakar tetap ditekan diangka rupiah sebelum kenaikan, dengan konsekuensi mengrangi daya tempuh kendaraan. Karena bila menaikan pengeluaran lagi untuk bahan bakar maka pendapatan tidak akan mencukupi. Belum lagi tekanan kenaikan harga akibat efek berantai kenaikan BBM. Sekali lagi kita yang harus kreatif mensiasati hal ini. Biarlah kita jadi rakyat yang pintar dan pemerintah jadi yang paling tolol. Semoga pemerintahan yang sekaran ini berjalan cepat usai, purba tugas. Mudah-mudahan pimpinan negeri ini nanti jauh-jauh-jauh lebih kompeten dan lebih pro pada rakyat. Paling tidak minimal seperti Jokowi dan Ahok yang sedang jadi sorotan sebagai contoh pimpinan terbaik jaman ini. Semoga demikian!!!

 

Postingan ini juga diterbitkan di Netbook cocoper6 dengan judul yang sama Konsumsi BBM Paska Kenaikan Harga

Posting Komentar

0 Komentar