Pelabuhan Cirebon Sudah Tak Terbuka Lagi

Kalau ditanya, “Dimanakah tempat yang kamu suka di kota kelahiran mu?” Jawaban saya adalah, “Pelabuhan Cirebon!”. Ya tempat itulah yang saya sukai sejak saya kecil. Dulu ketika saya masih kecil, ketika jalan-jalan sore atau Minggu pagi pelabuhan dijadikan tujuan utama. Sebenarnya waktu dulu masih ada lokasi rekreasi di samping pelabuhan yaitu taman rekreasi Ade Irma Suryani, tapi kini sudah bangkrut. Jadi pelabuhanlah yang jadi tempat yang saya ingat dan saya punya kenyamanan tersendiri jika mengunjungi tempat ini.
Sejak saya kenal dahulu, pelabuhan Cirebon sering dijadikan tempat wisata masyarakat koa Cirebon jika sore hari atau Minggu pagi. Untuk sekedar jalan-jalan pagi atau menikmati suasana sore di tepi laut, sambil melihat aktivitas pelabuhan dan kapal-kapal yang bersandar di pelabuhan. Di samping itu juga di pelabuhan ini para penghobi mancing menggunakannya lokasi ini jadi spot mancing pinggir laut. Biasanya mereka memanfaatkan dermaga atau di batu-batu pemecah ombak.
Kini pelabuhan Cirebon sudah tak lagi jadi tempat yang terbuka. Kini pelabuhan Cirebon sudah dikembalikan kefungsi asli sebagaimana sebuah pelabuhan. Kembali  menjadi lokasi lingkungan terbatas, yang hanya boleh didatangi atau ‘dimasuki’ oleh mereka yang berkepentingan di lingkungan kesyahbandaran. Terutama untuk dermaga utama pelabuhan Cirebon sudah menjadi “Restricted Area”, dan sudah dipagari khusus, di pintu-pintu masuk dermaga utama sudah diberi palang pintu dan dijaga oleh petugas keamanan pelabuhan. Tempat yang masih relatif terbuka dan masih bisa dikunjungi oleh masyarakat umum adalah di “Evakuasi Area”, dan dermaga untuk kapal-kapal kayu serta dermaga kapal-kapal patroli polisi air.

Tanda tulisan Restricted Area terpajang di pagar keliling pelabuhan dermaga utama
Evakuasi Area jadi lokasi yang masih bisa didatangi pengunjung
Banyak masyarakat yang datang untuk menikmati suasana laut dan melihat kapal laut dari pelabuhan
Jalanan di dalam komplek pelabuhan, terlihat pemandangan gedung peninggalan kolonial Belanda beserta gudang-gudang tuanya

Inilah yang saya temui ketika saya berkunjung kembali ke pelabuhan Cirebon setelah sekian lama tak berkunjung ke sini. Sore ini 14/7 saya berkunjung ke pelabuhan Cirebon, niatnya untuk melihat-lihat saja. Terakhir kali saya datang mengunjungi pelabuhan 1,5 tahun lalu, untuk memancing. Biasa saya memancing di batu-batu pemecah ombak yang lokasi masuknya melalui DOK kapal di pelabuhan Cirebon. Pada kunjungan sore ini saya coba melihat-lihat lingkungan pelabuhan, apa saja yang berubah selain pelabuhan dikembalikan ke kondisi yang sebenarnya. Yang berbeda adalah sisi pantai dekat DOK kapal. Dahulu sebelum ketemu sisi pantai, banyak terdapat pepohonan, tapi sekarang pepohonan itu sudah ditebang. Sisi yang mengarah ke pantai itu kini sudah diberi tembok pembatas, karena di situ digunakan untuk perakitan kapal untuk ukuran kecil sampai sedang. Sore ini saya lihat ada beberapa lempeng besi yang sedang dilas untuk dijadikan lambung kapal. Di sisi kanannya diberikan akses untuk menuju sisi pantai, dan di sana dijadikan tempat yang relatif nyaman untuk menikmati suasana pantai Cirebon yang kotor. Mengenai suasana yang lain masih tetap sama, tidak banyak berubah. Bangunan tua peninggalan Belanda beserta gudang-gudangnya pun masih sama kondisinya, tanpa ada pemugaran atau pemolesan yang merubah sisi kolonialnya.

Dermaga kapal-kapal patroli polisi air
Jalan untuk menuju pantai di dalam komplek pelabuhan dekat DOK kapal pelabuhan Cirebon
Tanah yang di samping DOK kapal digunakan untuk perakitan kapal kecil hingga menangah
Sisi pantai yang telah difloor semen untuk tempat duduk memandangi pemandangan laut Cirebon
Patut dicatat, pelabuhan Cirebon ini masih jadi tujuan untuk rekreasi sederhana masyarakat Kota Cirebon. Meski hanya untuk sekedar melihat-lihat kapal laut, menikmati suasana laut dan untuk sekedar berfoto berlatarbelakang pemandangan pelabuhan. Karena memang Kota Cirebon itu kekurangan tempat rekreasi, jadi tempat atau lokasi yang seharusnya tertutup untuk umum terpaksa digunakan masyarakat untuk “berekreasi”. Sebagai informasi saja, untuk masuk ke area pelabuhan ini dikenakan tarif retribusi di gerbang masuk dari arah Jl. Yos Sudarso (Cangkol). Tarif retribusi ini saya kurang tahu berapa, tapi kisarannya Rp 500,00 – Rp 2.000,00. Ada karcis tanda retribusinya, namun terkadang karcis tanda bukti sudah membayar retribusi itu tidak diberikan kepada pengunjung. Kalau begitu modusnya, sudah bisa dipastikan uang retribusi itu masuk kantong pribadi si petugas jaga di gerbang itu. Hal ini terjadi hari ini ketika saya masuk ke pelabuhan. Sebelumnya saya lihat pengunjung lain memperoleh karccis retribusi yang saya maksud tadi.
Apa yang saya amati tadi sore di pelabuhan Cirebon bisa dilihat dibeberapa gambar yang saya ambil sore tadi. Sedikit penjelasan bisa dilihat di bawah gambar tersebut. Gambar memang tidak begitu jelas, karena saya ambil dari kamera BlackBerry dengan kualitas kamera 2 MP, jadi harap maklum. Tapi untuk sekedar dokumentasi cukuplah gambar-gambar tersebut. Sekian dan terima kasih, sampai jumpa di postingan lainnya. Entah untuk mengisahkan situasi dan kondisi di tempat yang sama atau berbeda. Cu next time ; )

Posting Komentar

0 Komentar