Belajar Sabar dari Perawat

Perawat merupakan asisten dokter, yang sehari-hari lebih dekat dengan pasien daripada dokternya. Beberapa hari di rumah sakit, saya bisa mengambil banyakilmu dari profesi seorang perawat. Bukan karena saya melihat seorang perawat dengan kesabaran luar biasa, tetapi dari sebuah profesi atau pekerjaan merawat orang sakit, dimana kita sendirilah yang diuji kesabarannya. Bahkan mungkin dokter sekalipun belum tentu memiliki kesabaran yang luar biasa.

Perawat kerap mendapat keluhan dari pasien, entah lelah, sakit, pusing, panas dan segala macam keluhan lain yang bersumber dari penyakit yang diderita. Belum lagi ada pasien yang memang emosional, sulit dimengerti apa maunya, sehingga sering terjadi diskomunikasi. Bagia pasien beranggapan mereka butuh dilayani, jadi ketika ada hal yang tidak pas, atau tidak sesuai dengan keinginan umpatan , makian terkadang keluar. Ya di sinilah kesabaran seorang perawat diuji, bisa saja si perawat sakit hati atas perlakukan atau kata-kata pasiennya.

Ya tidak bisa dipaksakan juga, pasien yang demikian, karena sebenar-benarnya apa yang terlontar adalah pengaruh dari penyakit yang sedang diderita. Ya sekali lagi, di sinilah seorang perawat dituntut kesabarannya dalam melayani, melayani segala kebutuhan pasien yang berkaitan dengan kesembuhannya.


Pengalaman

Beberapa hari di rumah sakit menemani dan mengurus sanak keluarga (om) membuat saya belajar dan mengerti profesi seorang perawat, karena saya menoba melakukannya. Mungkin bukan saya saja yang melakukan hal demikian. Anggota keluarga saya yang lain yang ikut andil dalam usaha ini pun mendadak berprofesi sebagai perawat, bahkan ada yang berlagak menjadi dokter. Ya karena himbauannya bak dokter, padahal bukan.

Kalau bisa dibilang mengurusi orang sakit itu lelah sekali, waktu dan tenaga memang diurahkan habis untuk pasien, terutama ya untuk kesembuhannya. Mau bagaimana yang dilakukan apabila kesembuhan bisa tercapai ya akan dilakukan.

Resiko kena omelan, makian, ya kena pukul juga harus diterima. Kalau tidak kuat-kuat ya bisa juga sakit hati. Ya beginilah ternyata dunia perawat. Apa yang saya lakukan ini belum seberapa, mereka yang berkecimpung dalam rawat-merawat harus menghadapi berbagai macam pasien dengan karakter sifat dan penyakit yang berbeda-beda. Kuncinya yang harus mereka miliki adalah kesabaran, “ilmu sabar dan iklas”. Kalau menurut saya, bukan hanya itu ilmunya, “cinta kasih” juga penting. Karena tanpa disadari cinta kasih merupakan kekuatan dari luar yang bisa membuat pasien sembuh. Cinta kasih adalah sumber penyembuhan, karena merupakan uluran tangan Tuhan melalui sesama.

Benar-benar kesabaran diuji di sini. Rasa lelah dan kantuk terkadang bisa membangkitkan amarah atau emosi kita. Namun balik lagi, ketika sabar itu ditemani dengan tulus, kemudian cinta dan kasih mudah-mudahan emosi dan amarah kita bisa teredam. Kita pasti pernah menemukan seorang perawat yang judes, tidak sabaran, kemudian menanggapi keluhan pasiennya selalu dengan nada emosi. Perawat ini yang tidak punya ilmu dasar seorang perawat. Atau kaau ada juga perawat yang hanya punya ilmu sabar, namun tidak disertai ilmu tulus dan cinta kasih hasil kerjanya hanya sebuah kewajiban sebuah profesi saja. Namun buah atau hasil dari profesinya kurang berkesan kepada tiap pasiennya.

Setidaknya pelajaran beberapa hari ini menjadi pelajaran yang berharga buat saya, dan anggota keluarga yang ikut serta merawat sanak keluarga kami ini. Setidaknya ini jadi modal ketika ada anggota keluarga lain atau sesama yang membutuhkan tenaga kita. Bagi seorang perawat, ketika melihat pasiennya sembuh adalah buah yang ranum. Kepuasan tersendiri, bahkan mungkin lebih puas dari si pasien yang sembuh dari sakit.

Belajarlah untuk menjadi perawat yang baik, setidaknya untuk keluarga dan orang-orang terdekat dengan kita. Merawat dengan sabar, tulus, dan cinta kasih bisa jadi obat non medis yang sangat ampuh. Karena suatu saat kita membutuhkan mereka, karena kita adalah makluk sosial. Selalu tanamkan yang baik agar kita menuai yang baik pula. Tebarkan cinta kasih bagi sesama, sekali lagi cinta kasih adalah uluran tangan Tuhan melalui orang lain. Semoga mereka yang bekerja sebagai perawat selalu memupuk kesabarannyaa, ketulusannya serta cinta kasih terhadap sesamanya. Amin (^_^)?

Posting Komentar

1 Komentar

  1. Benar sekali saya diuji. Memang saya sendiri bukan orang yang sabar, terkadang emosi selalu menemani kata hati ketika menghadapi sesuatu yang tak sesuai dengan keinginan. Tapi di sini semua itu diuji terus. Apalagi ketika menghadapi orang yang sakit dengan segala kerewelannya. Sebenarnya alasan saya adalah saya kecewa dengan dia (yang sakit), dia dikenal sebagai orang yang senang membantu, apa saja bisa dll. Yang jelas sempurna sekali. Namun ketika diposisi sekarang, semua itu hilang, yang muncul adalah ego nya sendiri, karena tidak ada iklas dan pasrah dalam hatinya. Itu yang buat saya emosi, karena fisik sudah terkuras beberapa malam tidak tidur, bahkan di siang harinya.
    Kerewelannya ini menentang semua yang dianjurkan oleh dokter, perawat dan keluarga yang merawatnya. Ditentang dengan logika egonya, inilah yang menaikan emosi saya. Orang sekeliling saya terus mengingatkan saya untuk memaklumi keadaan inii. Saya mencoba untuk itu, kesabaran di sini saya dituntut untuk lebih kreatif menghadapi keegoan si sakit. Jangan ego dibalas ego. Benar sebuah refleksi untuk hidup, karena suatu waktu nanti ada masanya kita menghadapi hal yang serupa lagi, karena dalam hidup terus kita akan diuji hingga sampai ke asalnya.

    Saya harus banyak belajar untuk menjadi sabar

    BalasHapus

Tinggalkan jejak, jika anda mampir ;p Terima kasih atas kunjungannya - cocoper6