Belajar Iklas dan Pasrah Kepada Tuhan Ketika Sakit

Sungguh seminggu ini saya banyak mendapatkan pelajaran yang berharga dari pengalaman. Pengalaman ketika menghadapi orang sakit, membantu, menunggu, melayani orang yang sedang sakit, melihat tingkah polah dan keluhan orang sakit, kemudian melihat suasana yang terjadi di rumah sakit memberikan pelajaran hidup tersendiri. Setidaknya pelajaran hidup ini bisa jadi modal ketika kita menghadapi hal serupa, yakni ketika kita sendiri yang menjadi ‘pesakitan’.
Peran iman dikala kondisi yang sedang lemah fisik, mental, atau ketika sakit sangat amat dibutuhkan. Kita tidak bisa hanya mengandalkan kekuatan fisik kita untuk sembuh. Justru imanlah jadi kekuatan terbesar untuk mecapai kesembuhan, tentunya buat kita yang mempercayai kekuatan maha kasih Tuhan. Saya percaya bahwa Tuhan lah sumber kesembuhan dan kekuatan kita dalam hidup ini.
Ya jujur, memang saya bukan orang beriman yang baik, tetapi hal ini masih saya yakini dan dengan modal itulah saya mencoba melatih diri menjadi lebih beriman dengan selalu belajar dari pengalaman diri sendiri dan orang lain di sekitar kita.
Satu hal yang jelas bisa saya pelajari. Ketika kita sakit, kita pasti berusaha ingin sembuh, bagaimana caranya, entah dengan obat atau beristirahat. Tetapi itu semua tidak cukup, kekuatan iman kita juga penting. Iman akan keiklasan dan kepasrahan berserah diri pada Tuhan bisa jadi solusi. Iklas dan pasrah akan tangan Tuhan yang bekerja atas kesembuhan kita.
Kebanyakan dari kita mengaku beriman, namun ketika menghadapi suatu musibah atau sakit, apa yang kita miliki sebagai iman itu tidak mampu memberi kekuatan. Seperti yang saya amati sekarang. Saya punya seorang terdekat (lebih tua sosoknya), dia sosok orang yang kuat, hebat, serba bisa. Suatu ketika dia sakit, sakit yang sebenarnya karena ulahnya sendiri. Ketika sakit itu menyerang, membuat dirinya tak mampu berbuat banyak, sosok kekuatan, kehebatan dan serba bisa yang dimilikinya hilang seketika, yang ada hanya sosok tubuh lemah yang sangat berharap kesembuhan. Usaha jelas terus dilakukan, dengan minum obat, beristirahat dan berdoa. Namun yang dirasakannya adalah kesembuhann tidak kunjung datang. Dia hanya berteriak, “Yesus, Yesus, Yesus, saya sengsara, tolong Yesus.” Kalimat itulah yang kerap terlontar ketika sakit mendera. Doa-doa dilantunkan tetapi sakitnya tak kunjung ada solusi.
Sebagai informasi, sakit yang dialami adalah hipertensi yang membuat pembuluh darah di otak pecah dan serangan kelumpuhan sebagian. Kondisi ini membuat sakit yang luar biasa di kepala, ditambah keterbatasan gerak membuat solusi mengurangi rasa sakit sulit ditemukan. Apalagi ketika mencoba berpikir keras, sakit justru terus menyerang, pusing hebat membuat fisik semakin tergerus. Sedari awal dokter menyarankan untuk rileks dan melepaskan segala pikiran-pikiran yang sementara jadi beban. Saran ini dianggap angin lalu saja, sehinngga yang ada hanya usaha memaksakan diri, “bahwa aku itu bisa sembuh”, ego diri yang akhirya muncul. Memang, ada doa mengiringi, namun ternyata itu semua ‘kering’ belaka.
Solusinya memang ada dikekuatan doa. Tetapi doa yang seperti apa? Doa yang didasari keiklasan dan kepasrahan. “Banyak sabar, pasrah, berdoa sama Tuhan dan berusaha untuk sembuh,” itulah yang sering dikatakan penjenguk yang datang. Kenyataannya semua itu diabaikan, justru yang muncul ketidakpercayaan pada Tuhan, bahwa Tuhan tidak mendengarkan doanya. Inilah sebuah pikiran yang salah. Justru Tuhan sudah turun bekerja atasnya ketika dia sakit. Satu yang kita patut percaya dan yakin, bahwa Tuhan bekerja melalui tangan orang lain. Tuhan yang kita cari ada di hati kita dan hati orang lain di sekitar kita.
Jadi ketika dia beranggapan bahwa Tuhan tidak mendengarkan doanya adalah salah besar. Tuhan sudah bekerja melalui tangan dokter, perawat, sanak keluarga yang menghantar dan setia menunggu dan merawat, sanak keluarga yang terus-menerus menanyakan kabar, sanak keluarga yang membantu baik moril dan materiil, teman dan handai taulan yang terus mensuport.
Jika Tuhan tidak sayang pada umatNya, kita akan dibiarkan tak berdaya sendirian. Percayalah Tuhan selalu punya cara sendiri yang mungkin umat-Nya tidak tahu. Tuhan sudah cukup baik memberikan kita hidup, nafas setiap saat tanpa kita memintanya. Namun semua itu adalah milik-Nya, kepasrahan dan keiklasan jadi solusi terbaik ketika kita sudah percayakan hidup kita ini di jalan-Nya sesuai dengan apa yang  kita percayai, seperti saya percaya bahwa Yesus adalah anak-Nya yang tunggal, sehingga melalui Yesus sang Immanuel kita dilindungi dan diberkati selalu untuk terus mendapat berkat dan rahmat Bapa di surga. Amin.

Posting Komentar

0 Komentar