Memandang Iran dan USA

Tidak habis pikir kalau melihat konflik nuklir antara USA dan Iran. Sebenarnya konflik soal nuklir USA tidak saja dengan Iran, tetapi juga dengan Korea Utara. Dua negara ini dianggap USA sebagai negara yang sulit diatur soal pengaturan pengayaan uraniumnya. Pada prisipnya USA takut akan tujuan pengayaan uranium untuk tujuan militer padahal USA melakukannya. Hal tersebut sudah terbukti dengan pengayaan uranium oleh Korut. Beberapa kali Korut melakukan tindakan profokatif dengan melakukan uji coba rudal berdaya ledak nuklir. Menghadapi Korut USA tidak bisa gegabah, dan lebih menahan diri meskipun USA sangat tidak senang dengan kebijakan negara berpaham komunis itu.
Mengenai Iran, USA masih menganggap Iran masih bisa diajak berdiplomasi, meskipun secara kasat mata jelas Iran memposisikan diri sebagai negara yang tidak mau menurut apapun kebijakan politik internasional USA. Iran secara tegas menolak segala  bentuk imperialisme moden yang dilakukan USA, termasuk atas penyebaran paham liberalnya di dunia Arab dan dunia secara umum.
Kembali ke soal nuklir, USA lebih gencar menekan Iran untuk menekan pengayaan uraniumnya. Berbagai cara USA lakukan untuk menggencet Iran agar tidak melanjutkan pengayaan uranium. Melalui embargo ekonomi dan segala macamnya dilakukan untuk mematikan Iran. Namun Iran termasuk negara yang kuat dan teguh pendiriannya, dan sampai sekarang Iran masih tegap berdaulat ditengah embargo yang ada. Iran sudah sering kali menyatakan bahwa program nuklirnya jelas untuk tujuan damai, dan bukan untuk fasilitas militer. Pemanfaatan energi alternatif adalah tujuan utama Iran. Karena Iran tahu bahwa energi alam tidak bisa sepenuh-penuhnya digunakan untuk waktu yang lama, meskipun Iran merupakan negara dengan lumbung energi besar di dunia. Iran tidak mau energi alam habis sebelum waktunya, hingga pada akhirnya akan terjadi monopoli energi oleh negara adi kuasa, yaitu USA.
Berbagai cara USA mencoba menekan Iran agar mau berunding soal program nuklirnya dengan imbal pencabutan sebagian embargo. Pertanyaannya, kenapa harus sebagian tidak semuanya? Jawabannya adalah ketakutan apabila USA tidak bisa mengendalikan Iran, ketakutan Iran akan bangkit dan menjadi negara berpengaruh. Karena untuk Korut saja sepertinya USA sudah tidak bisa menekan apa-apa lagi. Hanya Iran yang masih bisa diperjuangkan USA untuk dikendalikan. Perundingan melalui lembaga PBB pun selalu berakhir kandas, karena Iran tahu semua yang dilakukan USA dan PBB adalah untuk menggembosi Iran.
Iran tidak mau kasus yang menimpa Irak terulang lagi pada Iran. Irak digembosi oleh isu senjata pemusnah massal, namun sampai akhir pemerintahan Irak terguling hal tersebut tidak terbukti. Hal yang sama juga berusaha dilakukan USA terhadap Iran, dengan menghalangi segala upaya Iran melakukan aktivitas nuklir untuk tujuan damai. USA tetap saja menganggap Iran sedang mengembangkan persenjataan nuklir. Kalau pun itu benar, itu hak Iran dalam rangka melindungi kedaulatan negaranya, tetapi yang dijadikan catatan bahwa Iran tidak menfokuskan negosiasi politik dunia dengan cara perang.
Hal yang terjadi sebaliknya, sikap standar ganda yang dilakukan USA. USA berusaha dengan segala cara untuk menundukan program nuklir Korut dan Iran. Tetapi USA melakukan 'pembiaran' terhadap aktivitas nuklir yang dilakukan negara-negara sekutunya. Yang sangat jelas adalah pembiaran terhadap Israel. Israel yang notabene merupakan negara yang belum 100% mendapat pengakuan dunia internasional, terutama bangsa-bangsa timur tengah. Kemudian kita bisa lihat negara-ngara lain yang aktif melakukan aktivitas nuklir untuk tujuan militer, ada India, Perancis, Inggris, Pakistan. Inilah ketidakadilan dunia yang dilakukan oleh negara adikuasa yang katanya ingin jadi pengadil dunia internasional.
Keberpihakan USA ini lebih disebabkan ketakutan pada paham-paham tertentu yang menurut USA harusnya diseragamkan menurut kehendak kekuasaan USA. Paham komunis yang dianut Korut, Rusia dan China. Kemudian paham kekhalifan Islam oleh Iran dan negara-negara Arab lainnya. Itulah yang menjadi ketakutan bagi USA. Mengenai China, USA sudah tidak lagi bersaing secara frontal, karena jelas China kini sudah menjadi negara yang cukup diperhitungkan terutama dari sisi ekonomi. Bila USA melakukan konfrontasi terbuka kemungkinan USA akan mendapat banyak masalah. Dari sisi ekonomi, pertarungan mata uang China Yuan dan Dollar USA saja membuat USA kelimpungan, serta market share ekonomi dunia USA sudah bisa tersaingi. Sehingga, hanya Iran yang bisa untuk sementara USA coba kendalikan.
Beruntung Iran punya pimpinan sekelas Ahmadinejad, pemimpin besar yang sederhana dan memang berjuang untuk bangsa dan negaranya. Dia sosok pemimpin yang tegas yang tidak mau dibeli dengan kekuasaan. Apa yang dilakukannya di percaturan perpolitikan dunia membuatnya dikenal dan membuat negaranya punya harga diri tinggi untuk tidak bisa diatur oleh pihak-pihak tertentu. Ialah yang patut dicontoh pemimpin-pemimpin dunia yang lain, dari sisi ketegasan dan teguh pendirian, kesederhanaan dan kejujuran dalam memimpin negara. 
Saya melihat bahwa sampai kapan pun Iran tidak akan pernah bisa dikendalikan oleh negara mana pun selama masih dipimpin oleh pemimpin semacam Ahmadinejad. Dan hal ini perlu terus dibangkitkan untuk mencetak pemimpin-pemimpin dunia semacam beliau, agar kehidupan dunia ini bisa berjalan tanpa ada konflik kepentingan yang pada ujungnya akan menyengsarakan warga dunia itu sendiri dan hanya menguntungkan sebagian negara tertentu saja. Perlu ada pemantik yang positif untuk menunjukan pada dunia, bahwa kemerdekaan bernegara di dunia internasional perlu dihargai, dan itulah Iran. Cpr.

Posting Komentar

0 Komentar