Sakit Ku yang Kedua (Edisi Kekurangan Kalium)

Beberapa waktu lalu, saya pernah menerbitkan sebuah postingan tentang Stroke. Alasannya ketika itu adalah, ketakutan akan penyakit yang saya alami waktu itu adalah stroke ringan. Ternyata ketakutan saya itu sirna, karena bukan itu penyakit yang saya alami. Lebih jelasnya situasi saat itu bisa dibaca di postingan tadi.
Oleh-oleh sakit dari UGD RS Mitra Keluarga, Depok
Nah, setelah beberapa waktu berlalu, aktivitas kerja saya yang memang mengharuskan kerja rodi+romusha, siang panas, malam kedinginan, hujan kehujanan, angin keanginan dan lain-lain membuat tubuh semakin rentan penyakit. Ditambah lagi asupan gizi yang tidak maksimal, makan tidak teratur semakin memperparah kondisi fisik, ditambah pula pola makan tanpa konsumsi buah, semakin memperparah keadaan ketika kita diserang penyakit. Hal itu terbukti, saya mengalami sakit dengan gejala serupa pada Maret 2012 lalu. Kalau dihitung sekitar enam bulan dari sakit yang pertama.
Perbedaan di sakit yang kedua ini adalah lebih berat. Biasanya ketika sakit yang kedua saya bisa mengatasinya, tapi kali ini tidak. Sakit yang saya alami begitu berat, sampai saya tidak bisa mengatasinya. Seluruh badan kram, sama seperti dulu, kram dari kepala hingga ujung kaki. Badan menggigil dan panas dingin, panasnya sampai menyentuh 38-39 derajat celcius. Pusingnya luar biasa, sampai saya tidak bisa tidur, ketika saya berusaha menidurkan tubuh untuk istirahat sepertinya selalu gelisah.
Kondisi ini jauh terbalik ketika sehari sebelumnya, bahkan pagi sebelum saya sakit. Saya masih melakukan aktivitas seperti biasa. Hanya saja pagi ini hingga siang saya belum makan, dan saya baru makan sekitar pukul dua siang. Mungkin inilah yang jadi penyebab kenapa saya bisa sakit.
Karena panas yang tinggi itu, membuat teman-sahabat-pacar saya khawatir dan memaksa saya untuk dibawa ke rumah sakit, masuk UGD (Unit Gawat Darurat). Kondisi saya waktu itu benar-benar lemas. Saya sendiri yakin saya bisa sembuh tanpa harus dibawa ke UGD, tetapi karena kekhawatiran teman-sahabat-pacar saya itu, akhirnya saya mengiyakan, toh saya sendiri pun tidak bisa istirahat dengan kondisi begini ini, paling tidak saya bisa dapat obat untuk istirahat cukup.
Sampai rumah sakit saya dapat penanganan layaknya pasien yang masuk UGD. Ya benar, infus sudah pasti ada. Nah di sini inilah, untuk pertama kalinya saya diinfus. Selama ini saya selalu berkata, "Amit-amit, jangan sampai ada jarum masuk ke tangan saya, lengan, atau apapun, untuk proses cek darah, infus, atau pun donor darah!" Karena saya sangat membenci yang namanya jarum. Jujur saya takut pada benda itu. Tapi karena terpaksa, terjadilah itu, jarum menusuk urat darah yang ada di punggung tangan ku. Sakit seperti tertusuk, tapi memang tidak 'lebay' sakitnya seperti yang saya bayangkan sebelumnya. Ya wajar yang ditusuk hanya punggung tangan, lain hal bila di lengan atau di nadi pergelangan tangan.
Di UGD saya mendapat penanganan cukup dari dr. yang bertugas saat itu. Saya beruntung dr. jaga malam itu ramah sekali, dia dr. perempuan, namanya kalau tidak salah dr. Shella. Dia begitu ramah, membuat nyaman. Beberapa kali saya bertemu dr., dr. macam inilah yang pantas disebut dr. Awalnya saya berpikir pada sakit yang parah, namun ketika dr. ini memeriksa, pikiran itu sirna, advice yang diberikan dr. membuat saya berpikir positif untuk lekas sembuh. Memang ada hal-hal lain yang memaksa saya harus sembuh, yaitu soal biaya, karena jika saya terus sakit berapa dana yang harus dikeluarkan, meski hanya untuk biaya berobat rawat jalan.
Dari konsultasi dengan dr. ini, dugaan penyakitnya adalah anemia, gangguan pencernaan, dan kekurangan kalium. Masih sama dengan dugaan dr. ketika saya berobat pada sakit bulan Maret 2012 lalu. Saya disarankan untuk banyak makan buah yang mengandung kalium seperti pisang atau kelapa.
Waktu berjalan, saya sakit dari Senin lalu, butuh waktu seminggu untuk saya kembali paling tidak normal. Sekarang saya sudah jauh lebih baik, namun ya masih ada rasa lemas bila melakukan aktivitas yang lebih. Catatan saya dari sakit yang telah saya jalani adalah, tidak boleh terlambat makan, seminimal mungkin terkena angin (masuk angin), konsumsi buah mengandung kalium dan buah-buah lainnya, mengkonsumsi obat penambah darah, dan mengkonsumsi multivitamin sebagai penambah daya tahan tubuh.
Mudah-mudahan tidak ada sakit yang ketiga kalinya, kalaupun sakit mudah-mudahan saya bisa mengatasinya tanpa harus mengeluarkan biaya yang besar. Sebagai catatan, pengeluaran biaya untuk sakit yang pertama itu sekitar Rp 600.000,-, waktu itu hampir 95% ditanggung asuransi. Untuk sakit yang kedua ini full biaya keluar tanpa dicover, yakni menghabiskan Rp 800.000,- untuk biaya perawatan hingga sembuh kurang lebih Rp 350.000,-.
Cukup mahal bukan, itu tandanya harga sebuah kesembuhan adalah sangat mahal. Justru sebaliknya, harga untuk menjadi sakit adalah murah, hanya melakukan pola hidup tidak sehat, kita bisa dengan mudah sakit. Waspadai penyakit di masa pancaroba seperti sekarang ini. Angin, panas yang berlebih, hujan yang datang tiba-tiba (meski baru beberapa kali) membuat benih-benih penyakit berkembang biak, so waspadalah!
Postingan ini saya jadikan catatan saya, jikalau diwaktu yang akan datang diperlukan sebagai bahan flashback. Cukup sekian dan terima kasih. Terima kasih untuk teman-sahabat-pacar (MDK), keluarga, saudara, teman-teman dan rekan-rekan kerja. Thx all. Cpr.

Posting Komentar

0 Komentar