Meski Kumuh Namun Masih Tetap Laku Dijual



Kota tua merupakan salah satu tempat tujuan wisata di ibukota Jakarta. Letaknya di Jakarta Barat. Memang dekat dengan wilayah utara Jakarta, namun kawasan kota tua masuk di wilayah administratif Jakarta Barat.
Kenapa sih disebut kota tua? Kalau kata saya sih, karena di sana terdapat bangunan-bangunan peninggalan jaman penjajahan Belanda. Bangunan-bangunan di kawasan itu masih dipertahankan bentuk aslinya. Bahkan 'saking' ingin dipertahankan keasliannya, sampai ada bangunan-bangunan yang sama sekali tak tersentuh perubahan atau renovasi. Sehingga ada bangunan yang terkesan lusuh, kumal, rusak layaknya rumah hantu.
Tidak hanya lusuh, kumal, rusak dan seperti rumah hantu, bangunan-bangunan di sana pun dijadikan tempat ala kadarnya untuk buang air kecil. Jadi tidak kaget, kalau kita berkeliling di kawasan itu pasti tercium bau pesing. Tidak hanya bau pesing, bahkan bau busuk tercium di sana. Bau busuk itu tercium bersumber dari sungai besar yang mengalir di sekitar kawasan kota tua. Sungai besar itu biasa saya sebut 'sungai bacin'. Wajar saja bacin, karena sungai itu dijadikan tempat sampah kemudian airnya sendiri sangat berbau dan berwarna hitam legam.
Hal-hal macam itu semakin membuat kota tua tampak memang tua. Seperti orang tua yang renta yang tidak pernah dirawat anak cucunya. Sakit-sakitan, tidak teratur dan terawat.
Meski begitu, kawasan ini tetap dianggap sebagai tempat wisata. Dengan kondisi yang renta, kawasan ini masih mempunyai daya tarik untuk dijual.
Ada beberapa bangunan tua di sana yang dilestarikan, seperti bangunan utama di tengah-tengah komplek dijadikan museum, terkenal dengan Museum Fatahilah, lalu di sisi luar komplek dijadikan Museum Bank Mandiri, ada pula Museum Bank Indonesia. Bangunan-bangunan tua lainnya ada yang dijadikan tempat hiburan seperti cafe-cafe dan ada yang dijadikan tempat penginapan/ hotel.
Tidak hanya itu, kawasan kota yang saya sebut tua renta tadi pun dijadikan tempat kongkow-kongkow anak muda ibukota, dijadikan kawasan pasar malam, dan dijadikan lokasi pengambilan gambar untuk foto-foto atau pembuatan film.
Hal-hal diatas yang membuat kawasan ini tetap mempunyai daya tarik. Pengunjungnya tidak hanya masyarakat sekitar, tetapi juga dari daerah lain, seperti Depok, Bogor, Bekasi, dan Tanggerang. Karena daerah-daerah itu terintegrasi langsung dengan kereta listrik, yang kebetulan, kawasan kota renta ini dekat dengan stasiun kota.
Saya sendiri mencoba hunting beberapa gambar melalui kamera BlackBerry saya. Ada beberapa foto yang saya bisa bagikan, ya foto sekedar asal 'cepret' saja. Tapi ya minimal bisa menggambarkan inilah kota tua yang renta. Monggo disimak saja di bawah ini.
Foto : Sisi belakang Museum BI[Sumber : Dokumentasi cocoper6]
Foto : Kali bacin yang melintas di wilayah kota tua[Sumber : Dokumentasi cocoper6]
Foto : Bangunan perkantoran di wilayah kota tua[Sumber : Dokumentasi cocoper6]
Foto : Bangunan tua ala kota tua[Sumber : Dokumentasi cocoper6]
Foto : Bagian yang sering dipakai sesi foto[Sumber : Dokumentasi cocoper6]
Itulah hasil cepretan saya. Harap maklum, yang penting masih bisa terlihat gambarnya. Kebetulan ketika saya ambil gambar, banyak juga orang-orang yang berfoto atau menggambil gambar bersama modelnya. Cuma saya tidak mengabadikan kegiatan mereka itu.
Saya bukan warga Jakarta, tapi saya warga bangsa Indonesia yang punya harapan. Kota tua merupakan warisan bangsa, ada baiknya kalau memang kawasan ini dijadikan lokasi wisata ya dirawat sebagaimana mestinya. Kesan tua renta yang saya gambarkan tadi mudah-mudahan bisa diperbaiki, sehingga kawasan ini memang layak dikunjungi sebagai tempat wisata. Cpr.

Posting Komentar

0 Komentar