Persaingan Ketum PSSI 2011-2015

Perbutan kursi nomor satu di persepakbolaan Indonesia semakin seru saja. Beberapa waktu lalu, seorang jenderal angkatan darat yang menjabat sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat, bapak George Toisuta, ikut meramaikan bursa calon ketum PSSI dari kubu reformis untuk bersaing dengan Nurdin Halid yang masih ingin berkuasa di PSSI pada periode berikutnya. Tidak hanya dua tokoh itu saja, dari kubu PSSI lama muncul nama Nirwan Bakrie yang sekaligus pemimpin yayasan yang menaugi LSI (Liga Super Indonesia). Dari kubu reformis juga ada satu tokoh lagi yaitu Arifin Panigoro, yang merupakan penggagas liga tandingan LSI yaitu LPI (Liga Primer Indonesia). Munculnya dua tokoh reformis sepertinya membuat Nurdin Halid harus berjuang ekstra keras untuk mengamankan posisinya agar tetap terpilih pada kongres PSSI Maret mendatang.
Kita sudah tahu dan bukan rahasia lagi, Nurdin Halid merupakan tokoh kontroversial di PSSI. Permainan uang dalam mengurus PSSI sudah tercium banyak kalangan, namun sulit sekali membuktikannya. Yang jelas terlihat adalah posisinya yang dulu sebagai terdakwa kasus korupsi dan dipenjara masih bisa menjabat  memimpin PSSI dari balik jeruji penjara. Di aturan statuta FIFA mapun stauta PSSI sendiri sebenarnya sudah jelas mengatur bahwa pimpinan asosiasi tertinggi sepakbola suatu negara tidak boleh seorang narapidana/ tersangkut kasus kriminal. Namun aturan itu hanya dianggap angin lalu oleh Nurdin hingga dia bisa memimpin PSSI sampai akhir periodenya sekarang ini. Tuntutan untuk mundur dari berbagai kalangan kerap terlontar, namun tetap saja Nurdin tak mengubrisnya dan membela dirinya. Tuntutan mundur dari pencinta sepakbola muncul karena prestasi sepakbola Indonesia yang tak kunjung membaik, pengaturan liga yang semrawut penuh dengan permainan uang. Belakangan ini nama Nurdin sempat disebut-sebut oleh tersangka kasus penggelapan dana APBD untuk klub yang bermain di LSI, si tersangka ‘berkicau’ bahwa ada dana yang disetorkan pada pimpinan PSSI, namun kasus ini belum ditindak lanjuti oleh pihak yang berwenang dan kasusnya masih bergulir.
Perjuangan keras Nurdin untuk mengamankan posisinya untuk ketum PSSI periode selanjutnya sudah disinyalir saat acara di Bali beberapa waktu lalu, banyak kalangan menduga di Bali Nurdin berusaha menggalang dukungan suara dari Pengda PSSI.  Kita tahu, jelas-jelas pencinta sepakbola di Indonesia menginginkan reformasi ditubuh PSSI, dan sangat jelas meminta Nurdin untuk mundur, oleh karena hal ini Nurdin punya cara sendiri untuk membuat para pemilik suara mendukungnya, cara itu adalah “uang”.
Kongres PSSI Maret nanti akan berjalan dengan sengit apabila kubu Nurdin bermain bersih, tanpa “uang”. Karena kalau hal ini tidak terjadi, sepakbola Indonesia akan tetap berada di tangan orang yang sama, dan sudah jelas sepak bola Indonesia akan tetap terseok-seok. Saya sebagai pencinta sepakbola berharap perubahan terjadi di PSSI dan yang jelas pengurusan PSSI yang sekarang harus dirombak total ,dan dibersihkan. Atau bila perubahan tetap tidak terwujud karena “uang” yang bermain, kejadian seperti di Mesir akan terulang hanya untuk menurunkan seorang Nurdin. Terlalu ekstrim sepertinya kalau revolusi yang terjadi untuk meng-kudeta seorang Nurdin.
Kubu reformis punya George Toisuta dan Arifin Panigoro, mereka punya konsep yang baik untuk membangun sepakbola Indonesia ke arah yang lebih baik. Bapak George sudah aktif di dunia olahraga angkatan darat, bahkan beliau juga pernah memimpin PSAD (Persatuan Sepakbola Angkatan Darat). Bapak Panigoro juga merupakan tokoh perubahan, beliau juga berani membuat terobosan dengan menggagas LPI, kemudian sebelumnya sempat membuat buku putih bersama kubu yang menghendaki perubahan di sepak bola nasional.
Seperti yang sudah saya sampaikan tadi, tokoh lainnya adalah Nirwan Bakrie yang merupakan orang dekat kubu Nurdin, kalau tidak salah Nirwan Bakri adalah pimpinan yayasan yang ikut menaungi ISL. Yayasan yang di pimpin Nirwan yang mendapat pembagian keuntungan dari jalannya ISL. Ya tentu saja kalau dilihat dari kedekatannya dengan Nurdin Nirwan bukan dari kubu perubahan.
Saya sendiri berharap dalam kongres nanti kubu perubahan dapat menang, dan yang terpenting sekarang ini adalah lolos tahap verifikasi menjadi bakal calon untuk dapat dipilih dalam kongres Maret nanti. Kalau melihat dari  track record dua calon dari kubu reformis, sepertinya akan lolos verifikasi karena bapak George sudah aktif dalam persepakbolaan minimal 5 tahun, karena memimpin PSAD. Begitupun Bapak Pannigoro yang sudah malang melintang di dunia sepakbola Indonesia. Yang harusnya kemungkinan terganjal aturan sebenarnya adalah Nurdin, tapi entahlah tim verifikasi yang punya wewenang untuk itu. Harapan kita, “uang” tidak berlaku disini. Semoga demikian, demi kemajuan sepakbola Indonesia. Cpr.

Posting Komentar

0 Komentar