Capung

Capung, saya ingat sekali serangga ini. Dulu sewaktu saya kecil, saya sering mencari serangga ini sepulang sekolah. Dengan bermodalkan kayu yang diuujungnya diikatkan plastik bening, yang berbentuk kurungan saya menangkap capung di lapangan depan rumah (dulu, sekarang sih udah jadi perumahan). Macam-macam warnanya, ada yang merah, hijau, kuning. Bahkaan ada jenis capung yang kecil sekali, dulu teman-teman sering menamai capung jarum.
Capung warna hijau kesukaanku
Masa itu, saya melihat capung karena bentuknya mirip dengan helikopter, hanya berbeda di sayap, kalau helikopter di atasnya menggunakan baling-baling sedangkan capung menggunakan sayap tipis. Capung yang saya suka adalah capung berwarn hijau, warnanya mirip helikopter TNI AU yang berloreng-loreng. Sekarang, saya ingin cari tahu mengenai profil serangga ini, seperti biasa saya cari informasinya dari mesin pencari. Mari kita simak!
Capung atau sibar-sibar dan capung jarum merupakan kelompok serangga yang tergolong ke dalam bangsa Odonata. Kedua macam serangga ini jarang berada jauh-jauh dari air. Karena lokasi ini merupakan tempat mereka bertelur dan menghabiskan masa pra-dewasa anak-anaknya. Di daerah di Indonesia, serangga ini dikenal dengan nama yang berbeda, di Sunda dikenal dengan nama papatong, di Jawa dikenal dengan nama kinjeng, coblang.
Capung (subordo Anisoptera) relatif mudah dibedakan dari capung jarum (subordo Zygoptera). Capung bertubuh relatif besar dan hinggap dengan sayap terbuka atau tebentang ke samping. Sedangkan capung jarum umumnya bertubuh kecil (meskipun ada beberapa jenis yang agak besar), memiliki abdomen yang kurus ramping mirip jarum dan hingga hinggap dengan sayap tertutup/ tegak menyatu di atas punggungnya. Di bagian kepala capung, mata capung memiliki 30.000 lensa berbeda, sehingga membuat pandangannya sangat luas. 
Ini dia salah satu capung jarum, terkadang juga suka masuk rumah, bertengger di horden
Capung dan capung jarum hidup menyebar luas, di hutan-hutan, kebn, sawah, sungai dan danau, hingga ke pekarangan rumah dan lingkungan perkotaan. Capung ditemukan mulai dari tepi pantai hingga ketinggian lebih dari 3.000 mdpl (meter di atas permukaan laut). Capung merupakan penerbang yang kuat dan luas wilayah jelajahnya. Capung jarum biasanya terbang dengan lemah dan jarang menjelajah sampai jauh.
Siklus hidup capung, dari telur hingga mati setelah dewasa, bervariasi antara enam bulan hingga maksimal enam atau tujuh tahun. Capung meletakkan telurnya pada tetumbuhan yang berada di air. Ada jenis yang senang dengan air menggenang, namun ada pula jenis yang senang menaruh telurnya di air yang agak deras. Setelah menetas, tempayak (larva) capung hidup dan berkembang di dasar perairan, mengalami metamorfosis tidak sempurna menjadi nimfa, dan akhirnya keluar dari air sebagai capung dewasa. Sebagian besar siklus hidup capung dihabiskan dalam bentuk nimfa, di bawah permukaan air, dengan menggunakan insang internal untuk bernafas. Tempayak dan nimfa capung hidup sebagai hewan karnivora yang ganas. Nimfa capung yang berukuran besar bahkan dapat memburu dan memangsa berudu dan anak ikan. Setelah dewasa, capung hanya mampu hidup maksimal selama empat bulan.
Capung dewasa tidak pernah dianggap sebagai pengganggu atau hama. Capung bahkan membantu petani di sawah karena memburu beberapa macam serangga yang biasa menjadi hama tanaman, seperti ngengat dan walang sangit. Ada yang unik dari capung, capung akan hinggap di tempat yang sama berkali-kali. Biasanya capung hinggap di rumputan yang menjulang atau ranting-ranting tumbuhan yang menjulur.  Ada yang unik lagi dari capung, capung ditenggarai jadi indikator sehat atau tidaknya udara di suatu wilayah. Keunikan lainnya, capung adalah serangga tercepat di dunia, ia mampu terbang dengan kecepatan 97 km/jam dan mampu melakukan perjalanan sejauh 137 km dalam satu hari. Dan capung merupakan penerbang alami yang hebat dengan manuver-manuvernya melebihi kehebatan helikopter yang terinspirasi dari capung.

Sumber :
Wikipedia-Capung diakses tanggal 14 Februari 2011
shvoong.com-Capung, Serangga tercepat di Dunia, 26 Mei 2009 diakses tanggal 14 Februari 2011

Posting Komentar

0 Komentar