Keluarga Kucing Yulimar

Trio kucing umur kurang lebih dua bulan jalan sedang minum ASK (air susu kucing)


 Tak menyangka kalau hewan yang dulu saya tidak terlalu suka kini jadi hewan peliharaan saya. Hewan itu adalah kucing. Hewan yang banyak sebagian orang dikatakan sebagai hewan malas, licik, giliran lapar dia ikut kita kalau kenyang kita ditinggal.
Sebelumnya saya sempat punya peliharaan lain, saya pun sudah share beberapa waktu sebelumnya. Kura-kura jenis kura-kura brazil yang jadi hewan peliharaan saya kala itu. Saya pelihara sejak kecil, hingga sekarang berumur kurang lebih empat tahunan.
Burik sebelum ajal[Sumber : Dokumentasi cocoper6]

Sekarang, yang saya pelihara adalah kucing, hewan mamalia berbulu yang suka 'mengeong'. Saya mulai menyenangi hewan ini ketika ada seekor kucing betina yang beranak, anaknya kala itu tiga ekor, yaitu belang, burik, dan orange. Itu sebutan saya untuk membedakan kucing-kucing itu. Induknya sendiri berbulu campur belang abu-abu, orange dan dominan putih. Namun hingga sekarang, dari tiga ekor anak kucing itu yang bertahan hidup hanya belang dan orange. Burik hanya bertahan sebulan lebih, kemudian mati, diduga karena sakit demam atau radang.
Sekarang, hanya tersisa 2 ekor, keduanya sudah jadi anak asuh saya. Tiap hari kalau ada rejeki, seekor ikan tongkol, atau sisa lele lamongan, atau sisa tulang ayam padang, atau sisa tulang bebek goreng jadi menu makannya. Tapi dalam seminggu 4-5 hari mereka rutin dapat makan.

Orange dan Belang[Sumber : Dokumentasi cocoper6]
Tingkah laku kucing yang lucu, menggemaskan, apalagi saat mereka sedang bermain atau tidur membuat saya terhibur. Apalagi kalau kita ajak bermain. Kucing-kucing ini sudah akrab dengan saya, karena ketika saya pulang kantor, atau baru datang mereka langsung datang menghampiri. Mereka bertiga (induk dan anaknya). Memang mereka mengharapkan makanan yang kita bawa.
Tidak hanya itu saja, kalau pun mereka sudah kenyang, mereka pun tak segan bermanja-manja. Terutama si orange dan belang. Perilaku mereka terkadang membuat saya tertawa, bahkan ketika pikiran sedang penat, tingkah laku mereka sangat menghibur. Kalau saya pagi membuka pintu kamar, mereka langsung datang menghampiri, dengan harapan diberi sarapan pagi. Kalau memang tak diberi pun, mereka hanya bermaja-manja. Terutama si orange senang mengigit dan mencakar kaki dan celana saya. Sepertinya orange ingin mengajak bermain. Wajar di usia kucing beberapa bulan sejak lahir, sifat kekanak-kanakan hewaninya pasti muncul.
Selama orange dan belang saya pelihara, tidak ada penyakit yang mengganggu kesehatan mereka, sejauh ini mereka sehat-sehat saja. Hanya si belang beberapa waktu lalu mengalami "belekan", namun 3 minggu lama-lama sembuh sendiri. Gangguan kesehatan yang umum paling hanya kutu, tapi untuk kesehatan fisik sejauh ini mereka sehat.
Mengenai masalah buang kotoran pun tidak masalah. Sampai sejauh ini saya belum tahu dimana mereka buang kotoran. Justru ini juga yang saya suka, karena saya tidak harus terganggu dengan kotoran mereka.
Hal menarik lagi adalah ketika mereka tidur, tingkah pola mereka lucu sekali. Bahkan kalau sudah tertidur pulas, saat mereka mau dipindah badannya lemes banget, kaya pingsan. Ya seperti lagi menggendong anak kecil yang sedang tidur.
Sejak saya mulai mengadopsi kucing-kucing ini memang pengeluaran jadi bertambah, cuma itu memang harga yang harus dibayar untuk sebuah relaksasi pikiran dengan melihat tingkah mereka.
Kucing-kucing di komplek kos-kosan saya ini cukup banyak, ada yang jantan dan betina. Dan memang yang akrab dengan anak-anak penghuni kosan adalah induk dari si belang dan orange. Bahkan si induk orange dan belang ini dulunya juga besar dan hidup di kosan ini. Induknya, atau nenek dari orange dan belang pun suka mampir main di kosan ini.
Ada pula keluarga kucing lain yang tinggal di sini, namun memang tidak akrab dengan penghuni kosan. Beberapa waktu lalu, ada induk kucing yang baru beranak, 2 ekor anaknya, warna nya pun sama seperti kucing yang saya adopsi. Hanya mereka tidak bersahabat, karena memang dari awal kucing yang sudah dianggap anggota kosan adalah keluarga dari si induk orange dan belang, kita sering sebut 'meng'.
Sekilas mengenai keluarga lain selain keluarga si meng akan ada di posting lainnya. Cukup sekian dulu share mengenai peliharaan ku kali ini. Cpr.

Posting Komentar

5 Komentar

  1. Setelah kurang lebih 5 bulan induk belang dan orange mengasuh anak-anaknya, kini sang induk sudah melepas anaknya hidup mandiri. Itu terlihat belakangan ini induk meng sudah tak mendampingi kedua anaknya. Bahkan sekarang, kalau mereka bertemu, sering terlibat 'gerungan' diantara mereka. Semacam kuda-kuda akan berantem. Seakan-akan mereka tak kenal. Bahkan tak segan untuk berebut makanan. Sementara ini, belang dan orange masih dalam tahap pengawasan dan pemeliharaan ku. Karena untuk makan, mereka berdua masih sering menghampiriku untuk meminta jatah makan.

    BalasHapus
  2. Induk belang dan orange sepertinya sudah melupakan anak-anaknya. Sekarang saya sudah jarang melihat meng ada di sekitar kos, meng sepertinya lebih banyak menghabiskan waktu di luar. Berbeda ketika dulu, hampir sebagian besar waktu ada di kosan, meski hanya untuk tidur siang. Soalnya, dulu waktu saya baru pulang, atau sedang makan, meng ini kerap datang.
    Meng pun sudah lain ketika bertemu dengan anaknya. Meng lebih pasang kuda-kuda saat bertemu si belang, mungkin belang dianggapnya saingan, karena belang berkelamin betina. Sedangkan dengan orange biasa saja.
    Meski meng begitu terhadap belang dan orange, rupanya belang dan orange tidak lupa meng pernah jadi induknya. Malah belang yang lebih mengenal induknya. Malam ini saya lihat meng melintas main ke kosan, kebetulan belang melihat induknya itu. Belang pun menatap, entah itu tatapan dengan maksud apa. Tetapi itu menandakan ada kenal belang dengan meng.

    Keluarga kucing yulimar ini akan jadi bahan pengamatan saya.
    Pengamatan saya lainnya adalah soal hubungan orange dan belang. Mereka adalah jantan dan betina, mereka adalah saudara. Sampai dimana batas hubungan saudara mereka? Selama ini mereka makan-minum dan besar bersama. Sampai umur berapa hubungan ini berjalan? Ataukah nanti pada waktunya akan terjadi incest diantara mereka? Saya tidak tahu, maka dari itu, mereka akan jadi bahan pengamatan saya.

    BalasHapus
  3. Sekarang saya tahu, betapa pentingnya masa menyusui bagi anak kucing yang berumur < 2bulan. Anak kucing sangat membutuhkan pemeliharaan dari induknya.
    Pengalaman saya yang berharga ini saya dapatkan ketika saya 'dipaksa' memelihara anak kucing sebatang kara, kebetulan ditinggalkan oleh induknya. Saya terpaksa mengurusnya saat itu karena kasihan.
    Saya hanya mengurusnya kurang dari 1 minggu. Karena masalah makanan, anak kucing yang pelihara itu mengalami sembelit. Pencernaan yang belum sempurna itu membuat anak kucing saya itu mengalami susah buang air besar. Sebelumnya memang tidak ada masalah, waktu itu saya beri makanan khusus kucing seusianya, namun karena makanannya habis, saya berikan makanan dengan jenis lain. Efeknya adalah si anak kucing ini sembelit. Akhirnya sampai anak kucing ini mati.
    Oleh sebab itu, saya melihat bahwa perawatan yang paling maksimal adalah langsung dari induknya. Suplai ASK itu sangat penting bagi pertumbuhan si kucing junior.
    Terbukti itu dari si belang dan orange, yang sampai saat ini sehat wal afiat. Semoga di lain waktu tidak ada lagi korban anak kucing terlantar yang salah penanganan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Info tambahan :
      Di alam, sebenarnya kucing sendiri sdh memiliki naluri alami untuk menyembuhkan penyakit gangguan pencernaan yang dialaminya. Contohnya adalah kasus sembelit yang tadi di atas dikisahkan.
      Ada tumbuhan yang biasa kucing makan untuk mengatasi masalah ini, tumbuhan ini tumbuh liar, namanya adalah tumbuhan kucing-kucingan. Untuk lebih jelasnya mungkin nanti akan saya berikan di postingan tersendiri.
      Tidak hanya kucing, anjing pun mencari tumbuhan ini ketika mengalami masalah yang sama.

      Hapus
  4. KISAH SEEKOR KUCING BETINA

    Hai, aku kucing betina yang lahir di Jakarta. Aku lahir ditanah kosong yang penuh pepohonan. Ada satu saudaraku yang juga dilahirkan bersamaku. Beberapa hari setelah lahir, tepatnya pada 21 Februari 2016, kami dibawa oleh induk ke teras sebuah rumah yang terletak didepan tanah kosong. Kami pindah karena sering hujan.

    Ketika kami sedang menikmati suasana diteras datang seorang perempuan berjalan menuju rumah yang terasnya kami tempati. Ia membuka pintu gerbang. Induk kami yang sedang tidur-tiduran dengan sigap mendongakkan kepala. Ia menatap tajam ke arah perempuan itu. Saat perempuan itu melangkah masuk menuju rumah tatapannya langsung mengarah ke kami. Spontan ia berkata “Eeeeh.... ada kucing”. Sejak saat itulah kami tinggal dirumah itu.

    Beberapa minggu kemudian saudaraku sakit. Ia tidak mau makan walaupun disuapi secara paksa. Ia juga tidak mau minum air susu atau air putih sekalipun. Karena saudaraku tidak mau makan dan minum tubuhnya makin lunglai. Seluruh anggota keluarga panik. Ketika itu hari sudah mulai larut malam. Dari pembicaraan mereka aku dengar besok pagi-pagi sekali saudaraku akan dibawa ke dokter.

    14 Maret 2016 subuh saudaraku tidak lagi kuat menahan sakit. Aku dan induk ada disampingnya ketika ia meregang nyawa. Tidak berapa lama kemudian saudaraku mati. Aku dan induk sangat sedih atas kepergiannya.

    Matahari menampakkan sinarnya. Aktifitas anggota keluarga mulai terasa. Suasana menjadi gaduh ketika seluruh anggota keluarga mengetahui saudaraku mati. Mereka menangis. Saudaraku lalu dikubur dihalaman rumah depan teras. Sejak saat itu aku mulai mengerti arti teras, tempat yang mengingatkan kebersamaanku dengan saudaraku. Selamat jalan saudaraku.

    Waktu terus berlalu. Hari berganti minggu dan minggu berganti bulan. Indukku hamil lagi. Aku senang bukan kepalang karena akan mendapat adik.

    Benar saja. Pada 28 juni 2016 induk melahirkan enam bayi. Wow, aku bersyukur mendapat adik begitu banyak. Tapi sayang tidak semua adik-adikku bisa bertahan hidup. Pada 23 Juli 2016 satu adikku mati karena sakit mendadak, disusul satu lagi mati pada 27 Juli 2016. Mereka dikubur dihalaman depan teras tidak jauh dari kubur saudaraku. Lagi-lagi teras itu mengingatkanku pada awal-awal aku tinggal dirumah ini.

    September 2016 aku hamil. Sebenarnya aku masih sangat muda untuk menjadi induk dari anak-anakku nanti. Tapi apa boleh buat. Itulah yang aku alami. Walapun aku berusaha untuk menjaga kehamilanku, namun aku masih senang bermain, berlari kian kemari dan berlompat-lompatan. Mungkin karena masih ada sifat kekanakan dalam diriku.

    Karena aku sering bergerak dan rahimku masih lemah, aku keguguran. Janin dalam kandunganku mati dan aku keracunan. Majikan yang merawatku membawaku ke dokter. Ditengah perjalanan menuju dokter aku menahan rasa sakit yang amat sangat. Akhirnya aku menyerah. Sebelum menghembuskan nafas terakhir aku sempat membayangkan menulis surat yang aku tujukan kepada majikanku dan keluarganya.

    Ini isi suratnya:
    Hai Bunda, Ayah, Kak Icha dan Mas Adi. Aku pamit ke surga, ya. Terima kasih sudah merawat aku. Aku titip indukku yang melahirkan aku, ya. Aku juga titip adik-adikku dan kucing lainnya. Semoga mereka panjang umur, sehat dan selalu dalam pelukan hangat Bunda, Ayah, Kak Icha dan Mas Adi.

    Aku ke surga tidak sendirian, tapi aku membawa anak-anakku. Aku senang “tidur” dihalaman depan teras bersama saudara-saudaraku yang sudah lebih dulu “pergi”.

    Sekarang dari halaman depan teras aku bisa “lihat” Bunda, Ayah, Kak Icha dan Mas Adi berangkat beraktifitas. Aku juga bisa “lihat” Bunda, Ayah, Kak Icha dan Mas Adi pulang dari bepergian.

    Sudah, ya. Aku mau tidur panjang. Dah, semuaaa..... Salam, Belo.

    Surat ini aku tulis pada 17 Oktober 2016, hari terakhir aku ada didunia.

    BalasHapus

Tinggalkan jejak, jika anda mampir ;p Terima kasih atas kunjungannya - cocoper6