Melanjutkan Pengobatan Merujuk ke Puskesmas

Pagi² melihat jadwal buka puskesmas jam 07:30, jadi jam 7an sudah standby di puskesmas, ternyata ramai sekali yang antri. Bener² lihat antrian itu sudah 'spaneng'. 

Yang repot kalau baru pertama kali, sistem antriannya seperti apa kita gak tau, tidak ada petugas informasi, sehingga ya awal² itu bolak-balik aja cari info. 

Jadi datang itu kita ke ruang pendaftaran, ambil nomor antrian, habis ambil nomor antrian kita tunggu. Pembacaan antrian dimulai jam 07:30, dibacakan nomor antrian melalui pengeras suara. Jika pendaftaran via online JKN, itu dipanggil by nama antriannya. Karena mama saya ini daftar faskes #1 nya bukan di sini maka gak bisa daftar antrian online, akhirnya dengan manual. 

Ilustrasi, gambar diambil dari Google

Mendapatkan nomor #41 bayangkan berapa lamanya, melihat di dalam tersedia 3 loket pendaftaran, jika dibagi 3 artinya ada 15x siklus yang harus di tunggu. Jam 07:42 baru nomor #15, jadi ya harus sabar menunggu. Jam 08:00 itu nomor antrian sudah #40.

Jadi gelombang pasien ini ketika pagi jam 7 - /8 di depan loket akan nampak banyak pasien menunggu, itu karena mereka menunggu operasional puskesmas. Setelah itu pasien yang nunggu di depan berangsur mencair, tidak habis tapi berkurang, kemudian beberapa menit ke depan datang 1-2 pasien baru mengantri. Ambil nomor antrian dan menunggu. Seperti ketika saya menunggu ini tidak seramai tadi waktu awal², sampai tidak ada slot kursi atau tempat duduk buat menunggu, kalau saat ini banyak slot kursi dan space untuk duduk. 

Situasi ini buat saya terbiasa, jika lain waktu harus ke puskesmas lagi untuk berobat atau sekedar mengantar, saya tahu prosesnya jadi tidak bingung. 


Sekitar jam 08:09 baru mulai masuk ke loket pendaftaran.  Di sini nanti yang dilakukan, kasi nomor antrian ke petugas, lalu berikan surat rujukan dari RS dan KTP pasien. Lalu didata di sistem. Lalu setelah itu diberikan surat rujukan ke poli TB di puskesmas ini. 

Lokasi poli TB ini bener² mojok di belakang sebelah TPS Limbah B3, luar biasa memang pemisahan pasien dengan vonis TB untuk berobat. Memang dikesampingkan sekali, karena dianggap pasien yang 'menular'.  Entah tekanan psikis seperti ini yang menambah tekanan tersendiri bagi pasien. 

Di poli TB ini, didata kembali, ditanya dari mana rujukannya, dicek berat badan pasien. Nakes kemudian mendata di sistem OSS TB. Tidak lama, pasien ttd., lalu dilanjutkan dirujuk ke poli laboratorium untuk tes darah. 

Prosedur ini tidak dilakukan ketika vonis TB ditahun 2024 yang dilakukan serampangan, ketika di Puskesmas Perumnas Utara itu tidak dites darah, datang ke sana cuma dikasi obat saja tanpa diberikan kartu kuning dan surat pendaftaran, karena itu digunakan untuk pengambilan obat. 

Di laboratorium itu ternyata dicek darah untuk mengetahui kondisi pasien sebelum mengkonsumsi obat, yakni soal kondisi gula darah, kolesterol, yang sekiranya terpicu dari konsumsi obat TB jika punya masalah² tersebut, supaya faskes bisa memutuskan penanganan.

Ini dugaan saya saja terkait kenapa dites darah. Hanya saya heran kenapa yang lalu tidak dites darah sama sekali. 

Habis dari laboratorium hasilnya dijelaskan selesai, pasien dirujuk kembali ke poli TB yang ada di belakang lagi untuk ambil obat di sana. Tempat yang tadi awal saya bahas. Di sana pula dikasi tahu cara minum obat, efek samping obat, lalu semua gejala efek samping dicatat, dan pasien dipastikan untuk patuh ontime minum obat dan tidak boleh putus pengobatan. 

Oh ya, kebetulan obat yang dikasi oleh puskesmas ini hanya untuk seminggu saja, karena stok obat di puskesmas habis. Tapi memang biasanya dikasi obat per 2 minggu. Seminggu yang saya bilang ini nanti tanggal 10/12 ke sana lagi ambil lagi untuk berapa lama tergantung berapa yang dikasi faskes. Tapi kalau dihitung dari yang didapat mama saya ini ada: 28 tablet ukuran besar².

Cara minum obatnya, diminum 3 tablet sekali minum 1 hari, minum dijam bebas, tapi dipastikan kalau minum jam 8 misalnya, ya minum berikutnya harus di waktu yang sama, jangan maju atau mundur, harus tepat dan konsisten. Diminum 1 jam setelah makan karena ada masalah lambung/pencernaan. Jika tidak ada masalah lambung diminum 1 jam sebelum makan.
 
Obatnya yang blister merah, itu obat buatan India, dibaliknya ada kartu kuning namanya, mirip seperti kartu peminjaman buku perpustakaan jaman sekolah, atau kartu stok saat jaman bekerja

Obatnya seperti apa, seperti yang bisa dilihat digambar di atas ini. Obatnya berwarna merah. Memang dikenal obat khusus TB itu disebut sebagai 'obat merah', tabletnya besar² dan berwarna merah. Bahasan soal obat TB kita bahas terpisah saja ya. 

Kunjungan di puskesmas selesai sekitar jam 09:30, proses selesai hari ini setelah dapat obat. Kunjungan berikutnya bisa diwakilkan untuk mengambil obat saja. Obat berikutnya harus diambil, karena cuma punya sper waktu 2 hari, karena gak boleh telat minum. 

Pertanyaan penutup, apakah mungkin faskes bisa kehabisan obat? 

Ini gak perlu dijawab, sebagai pertanyaan akhir menutup catatan hari ini. Segitu saja catatan hari ini, kita akan ikuti lagi perkembangannya dari pengobatan ini. -cpr

#onedayonepost
#informasi
#tbc
#pengalaman
#postingpribadi
#kesehatan

Posting Komentar

0 Komentar