Berita saat ini tengah asyik membahas kisruh siapa yang jadi Raja Solo setelah mangkatnya PBXIII beberapa waktu yang lalu. Sebenarnya kisruh seperti ini hanya berulang, dulu pun ketika akan menjadi PBXIII itu pun berebut kekuasaan juga sama saudaranya, sampai akhirnya harus ditengahi oleh Pemerintah Kota Solo saat itu, Joko Widodo dan dibantu DPR RI.
Memang kekuasaan selalu jadi saya tarik, orang selalu ingin memimpin tanpa diminta tapi padahal dia gak menyadari akan kapabilitas nya. Padahal yang ditunjuk atau dipilih juga belum tentu mampu, tapi karena ditunjuk apa boleh dikata, itu tanggung jawab.
Tapi yang gak tahu diri itu yang memaksakan diri tapi sejatinya gak pantas. Memang belum bisa dibuktikan, tetapi begini ya ngapain memaksakan diri sih, kalau kamu pantas pasti akan alamiah akan menjadi pemimpin, entah dimana kamu berada, bukan memaksakan diri.
Ini terjadi di banyak organisasi dari tingkat kecil sampai sekelas negara, kelakuan manusia² sejenis ini selalu saja ada.
Pada kasus Keraton Solo ini kita sudah bisa menilai siapa yang gak tahu diri, ya jelas itu adalah raja tandingan, yang gak terima ketika adik (tiri) dipilih menjadi raja penerus. Kakak yang gak tahu diri sebenarnya, tidak menyadari kebelakang posisinya, dan harusnya dia bisa terima itu, tanpa menimbulkan kisruh, yang akhirnya kan jadi aib. "Dih, rebutan kekuasaan, gak tahu malu, gak dipilih koq ngaku² tandingan jadi raja!"
Kasus kisruh kekuasaan di Keraton Solo ini selalu ada andil lembaga adat Keraton, yang selalu ada disetiap kisruh dan mereka selalu kaya merasa berhak untuk menahbiskan raja tandingan.
Kisruh kali ini demi kedudukan PBXIV terjadi antara raja terpilih Gusti Purabaya dan raja tandingan KGPH Mangkubumi.
Secara ideal dan legalnya yang berhak menjadi raja adalah Gusti Purabaya, karena beberapa hal yang memang sudah jelas legitimasinya:
🤴 Dia adalah putra mahkota yang dipilih sendiri sebagai penerus oleh PBXIII pada tahun 2022, penunjukan secara resmi.
🤴 Silsilah keluarga, meski sama² putera kandung dari PBXIII namun dalam prosesnya kedua anak ini berbeda ibu, dan sejarah mencatat status dari ibu² mereka. Jika si ibu dari KPGH Mangkubumi tidak bercerai dan tetap menjadi permaisuri dah, bisa saja legitimasi penerus raja ada padanya. Tapi lha ini sudah cerah, dan statusnya hanya sebagai ibu biasa, "lha kamu berharap apa?"
Gusti Purabaya diketahui sebagai putera dari ibu dengan status permaisuri GKR Pakubuwana Pradapaningsih. Di sini sudah jelas, putera seorang permaisuri yang jadi kandidat.
🤴 Kapasitas personal secara fakta memang KPGH Mangkubumi jelas lebih senior, lahir lebih dulu dan menjabat sebagai Pengageng Kasentanan Pengageng Museum Suaka Budaya Keraton Surakarta.
Dari tiga poin ini bisa dijadikan dasar, Gusti Purabaya menang di dua poin, sedangkan poin kapasitas itu belum bisa teruji dan siapapun bisa jika mau berusaha.
Tetapi kembali pada dua poin di atas ketika jelas sang raja sebelumnya sudah menunjuk puteranya yang lain menjadi raja, terus mau berbuat apa? Pertanyaannya kenapa tidak menolak titah raja ketika sang raja masih hidup?
Hei, KPGH Mangkubumi! Why? Jika lembaga adat yang mengusungmu kenapa tidak menyanggah titah raja saat itu! Ketika raja mangkat eh bikin kisruh, ini sebenarnya sumber masalah sebenarnya di internal Keraton.
Untungnya sekarang jaman modern, coba bayangkan ini jaman dahulu kala, bisa pertikaian yang berlarut-larut, belum lagi ditunggangi politik lain, akhirnya merubah sejarah dimasa yang akan datang.
Jika jaman sekarang malu rasanya memperpanjang urusan seperti ini berlarut-larut, apalagi sampai dengan pertumpahan darah, sangat gak logis, apalagi sampai perang saudara seperti jaman Mahabarata, aduh² gak kebayang bodohnya mereka yang bertikai.
Memang saya gak tahu urusan internal tapi koq ya malu²in gitu, gak dipilih tapi koq bikin raja tandingan, malunya dimana. Percuma jadi raja tapi tidak mendapat pengakuan secara resmi, itu seperti kasus² ketika pilpres klaim kemenangan ternyata hasilnya tidak sesuai lembaga resmi, hanya berdasarkan lembaga survei abal². Dalam kasus ini lembaga adat sebagai lembaga survei abal².
Sudahlah hentikan kisruh, berdamai lebih baik dan normal² aja. Atau mungkin saat ini Keraton Surakarta sedang tidak ada 'pekerjaan' jadi biar lebih meramaikan dunia situasi ini dianggap normal saja. Ya sudahlah, hentikan dan hidup tentram, masih banyak hal yang perlu diberitakan.
Ini komentar pribadi saya yang agak lucu aja melihat tingkah raja tandingan ketika dasarnya tidak kuat. Buat yang sependapat dan tidak monggo berkomentar. Sampai jumpa dipembahasan lain lagi. -cpr
#onedayonepost
#opini
#umum
#postingpribadi
#pbxiv
#keratonsurakarta

0 Komentar
Tinggalkan jejak, jika anda mampir ;p Terima kasih atas kunjungannya - cocoper6