Baru² ini muncul kasus soal persengketaan bipartit. Temanya soal penahanan ijasah, tapi akhirnya merembet ke hal lain, yakni soal pelanggaran kebebasan beragama.
Kasus yang viral ini jadi bak gunung es, karena yang muncul dipermukaan hanya sedikit, sedangkan realita yang tak kelihatan banyak sebenarnya. Dengan viralnya kasus ini jadi seperti 'menelanjangi' pihak² lain yang masih menerapkan trik nakal dalam dunia ketenagakerjaan.
Kasus yang dialami oleh pekerja yang bekerja di UD. Sentosa Seal di Kota Surabaya ini menjadi gambaran, bahwa yang seperti ini sebenarnya masih marak terjadi di pelosok² dan di daerah industri di Indonesia, hanya saja tak terblow-up dan tidak ada yang berani speak-up karena masalah masa depan hidup.
Perusahaan ini berlokasi di Pergudangan Margomulyo, Kec. Asemrowo, Kota Surabaya. Pemiliknya diketahui bernama Jan Hwa Diana.
Saya sendiri tahu dan mulai menyimak kasus ini setelah viral. Saat klarifikasi dengan pihak terkait eh si empunya usaha justru seperti 'mbulet' dan terkesan mengingkari.
Ini terbukti jelas didepan banyak mata saat klarifikasi dengan pihak seperti Wamenaker, Wakil Walikota Surabaya, aparat pemerintahan terkait. Bahkan direkam dan videonya sudah bisa dilihat banyak pasang mata. Hal yang sudah jelas terjadi disangkal dengan alasan, "tidak tahu", "lupa", padahal jelas² korbannya ada di belakangnya.
Saya tautankan dari akun IG video kasus tersebut saat sesi klarifikasi. Video ini bisa saja tidak bertahan lama, karena bisa saja ditake down atas permintaan si pelaku setelah nanti kasusnya berakhir.
Bisa saja ujung² nya antiklimaks damai sentosa, hilanglah video ini. Padahal video seperti ini penting sebagai pengingat, janganlah nakal² dengan aturan, semua pihak saling membutuhkan satu sama lain, ayolah sportif bareng², jangan begini.
Kasus ini terungkap karena apes aja sih, ya apes bagi pengelola usaha tersebut, mungkin ada doa dari salah¹ karyawan atau mantan karyawan yang telah dijabah Sang Khalik, akhirnya #duar. Ini jelas mempermalukan diri sendiri, usaha yang dirintis sejak awal susah payah, hancur seketika seperti ini.
Sebenarnya kasus seperti ini tidak perlu terjadi, jika ya saling lah satu sama lain. Dunia kerja saat ini memang lebih menekan kepada pihak pekerja atau pencari kerja, karena mereka adalah pihak yang tak punya modal finansial, karena prinsip ekonomi kita memang membuat uang jadi dewa, jadi siapa punya uang dialah berkuasa, yang butuh uang ya diminta sadar diri ikut aturan main. Siapa yang butuh ya nurut.
Lalu sebenarnya masalah apa saja sih yang muncul dari terkuaknya atau viralnya kasus ini, hal² ini perlu diketahui, apa saja yang jadi 'permainan' si pemilik usaha UD. Sentosa Seal selama ini terhadap karyawannya?
🏭 Soal penahanan ijasah. Saat sebelum masuk bekerja ada dua opsi, penahanan ijasah atau bayar Rp 2 juta supaya tidak tahan ijasah.
🏭 Soal denda yang gak masuk akal yang harus dibayar karyawan: #1 jika terlambat masuk setelah sholat Jumat, kena potongan Rp 10.000,- jika telat kembali kerja.
🏭 Ini tidak berhubungan dengan pekerja si, tapi saya masukan saja, diketahui usahanya ini tidak memiliki NIB.
Kasus ini bermula dari laporan para mantan pekerja ke Polres Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya kasus penahanan ijasah dari salah satu perusahaan.
Sebelumnya Wakil Walikota Surabaya, Armuji, lebih dulu melakukan sidak dan hasil sidaknya diunggah ke akun Youtubenya tanggal 10 April 2025. Efek dari sidak itu malah wakil walikota ini mendapatkan laporan balik dari pihak perusahaan, atas dugaan pencemaran nama baik dan pelanggaran UU ITE. Walaupun akhirnya si owner ini mencabut laporannya. Sempet juga dikatakan penipu juga wakil walikota yang berusaha mencari keadilan bagi mantan karyawan UD. Sentosa Seal ini.
Sempet juga diadakan mediasi dengan anggota DPRD namun ownernya bersikukuh tidak melakukan itu. Ya emang benar bukan si owner yang melakukannya tapi anak buahnya. Tapi anak buahnya pasti melakukan atas perintah dong, ya gak sih.
Walikota Surabaya juga memberikan atensi khusus pada laporan 30 orang mantan karyawan perusahaan ini. Karena memang ada aturan hukum yang dilanggar juga, sehingga perlu sekali mendapatkan sorotan. Komentar saya sih, ini bagus banget untuk memberikan efek 'kejut' bagi pengusaha nakal lainnya.
Pada tanggal 17 April 2025, Wamen Kemenaker juga datang melakukan sidak ke perusahaan ini. Bisa dilihat di video yang dishare disosial media IG di atas (kalau videonya belum ditake down ya).
Karyawan² ini menuntut ijasahnya dikembalikan karena mereka sudah resign, dan statusnya mantan karyawan, sehingga wajar jika meminta hak ijasahnya dikembalikan. Tidak jelas alasan penahanan ini karena apa walaupun mantan karyawan ini sudah tidak bekerja lagi.
Ada salah seorang karyawan atau mantan karyawan bernama Peter Evril Sitorus, dia menjadi karyawan dibulan Desember 2024, juga mengalami penahanan ijasah ketika bekerja. Ybs. kebetulan ikut ketika sidak yang dilakukan Wamenaker beberapa waktu lalu.
Dalam case ini diketahui juga ada karyawan yang bernama Veronika yang bekerja sebagai staf admin 'kepegawaian', yang melakukan prosedur penahanan ijasah karyawan.
Uniknya, ketika sidak, si owner usaha ini menyatakan bahwa yang bernama Veronika ini sudah resign. Tapi ada yang memberi tahu kalau Veronika ada di dalam. Tapi si owner berdalih kalau si Veronika ini tengah mampir untuk bermain. 🤣 dikira taman, jadi tempat bermain. Itu tempat usaha atau taman seh? 🥳
Hasil klarifikasi terbuka ini, sangat diketahui semua pasang mata yang melihat video tersebut bahwa si owner dan Veronika ini saling kolaborasi menutupi apa yang terjadi. Wajar saja karena ini rahasia 'dapur perusahaan', tapi ketika masalahnya sudah terblow-up begini, mau dikata apa lagi. Mungkin inilah trik tambahan dalam dunia usaha, gak akan pernah ada yang mengaku semuanya, pasti ada kenyataan yang akan disimpan. Padahal rahasia itu bukan lagi jadi rahasia, hanya saja butuh pengakuan fakta dari yang melakukan.
Biasanya, yang sering terjadi. Owner usaha akan menggunakan kambing hitam, dalam hal ini misalnya admin personalia, dianggap bahwa ini bukan kebijakan perusahaan, tapi ini hanya ulah dari karyawan admin personalia ini. Lalu si admin personalia disanksi, dikeluarkan dan masalah selesai, adem ayem, clear hilang dari media.
Biasanya teknik berkilah seperti ini dimunculkan oleh penasihat hukum yang ditunjuk tapi rupanya gak ada penasihat yang mendampingi si owner ini. Hmm, jadi berpikir, apakah tipe pengusaha yang pelit ya, sampai gak mau bayar. Soalnya melihat dari aturan² yang aneh (bayar denda kalau telat) itu tadi, menandakan ada perilaku medit sih. Tapi ini kan penilaian kasar dari kebiasaan.
Atau bisa juga begini, si admin ini punya kartu as yang buat dia TST (baca: tahu sama tahu), alhasil ya sudah model ngeles orang bego aja, "lupa", "gak tahu", "gak kenal". Karena kalau dapat pendampingan, biasanya yang mereka sampaikan lebih terkondisi.
Dari berita² yang saya baca, kemudian dari bantahan² dan reaktif balik dari kasus ini, bisa dilihat kalau ada hal yang ditutupi. Entah apa itu, atau ada usaha lainnya yang juga nakal berusaha ditutupi, atau ada hal lain, sehingga si owner ini berusaha 'melawan' dengan cara yang salah, justru dengan begini maka akan semakin diedel-edel, apalagi ketika sudah naik ke ranah netizen, bisa² dikuliti.
Masalahnya kadang ketika sudah sampai ke aparat, kadang pada akhirnya berujung damai dan hilang menguap. Karena begini, tampak tidak ada itikad baik dari si owner ini untuk mengclearkan masalah ini, justru hanya membantah. Atau dia memang melindungi sesuatu, jangan² yang menahan ijasah itu usahanya yang lain. Entahlah, karena tidak clear akhirnya membuat banyak orang akan menduga dan menebak².
Jujur saja sih, kalau saya beropini dan menilai, karyawan itu pada akhirnya akan selalu salah. Ini beruntung saja tidak dikondisikan oleh penasihat hukum dari pihak si owner dari awal, jadinya sudah terlanjur salah langkah.
Saya berkesimpulan, pada akhirnya karena desakan keluarga atau orang dekat atau mungkin kedepan akan ada penasihat hukum, akan memaksa ybs. mengakui kesalahan supaya gak makin panjang dan usahanya makin diobok-obok netizen dan aparat.
Pada akhirnya kasus ini akan meredup dengan sendirinya dan menguap, tidak ada efek jera dan tidak menjadi pelajaran pada pihak² sejenis dikemudian hari. Yang jadi pelajaran adalah justru cara bagaimana berkelit ketika kondisi sudah terkuak seperti ini.
Inilah gambaran dunia usaha di negeri ini, karena gak ada saling percaya satu sama lain, yang ada hanya orientasi keuntungan, tidak mau berbagi, pelit, pada akhirnya usaha yang dibangun jadi gak berkah. Memang berbisnis bukan sodakoh, bukan, bisnis is bisnis itu jelas, tetapi ketika berbisnis dengan nilai² kemanusian dan nilai² keagamaan yang universal, saya punya keyakinan bahwa usahanya akan langgeng dunia akirat.
Semoga banyak pihak bisa belajar dari kasus ini, sehingga lebih mawas diri mengelola usahanya agar sesuai aturan dan tidak terlalu 'kotor' bermain trik.
Percayalah rejeki itu berputar, berbagi rejeki itu akan kembali berkali-kali lipat. Tapi kalau pelit maka rejeki juga akan seret, begitu juga kembali ke karyawan. Semoga sih video ini tetap terus ada dan tidak ditakedown karena alasan perdamaian, karena kalau kita gak pernah mengingatnya maka dilain waktu akan terulang lagi. -cpr
#onedayonepost
#perselisihanbipartit
#tahanijasah
#telatbayar
#shalatipersulit
#opini
#berita
#postingpribadi
0 Komentar
Tinggalkan jejak, jika anda mampir ;p Terima kasih atas kunjungannya - cocoper6