Post sebelumnya, saya tengah mengalami masa 'kehilangan', satu per satu teman satu circle pergi berlabuh ke 'kapal' lain. Dimana mereka mendapatkan kapal yang jauh lebih baik.
Bukan iri, bahkan gak kepikiran buat iri hati, tapi saya ini seperti merasa 'tertinggal' dari mereka. Ikut bahagia pastinya ketika mereka bisa dapat lebih baik, artinya harapan itu masih ada di luar sana. Tinggal berusaha saja, kalau berusaha pasti bisa, setidaknya itu kata penyemangat dari mereka yang akhirnya berhasil.
Tapi saya sadar, keberhasilan ini disertai keberutungan dan rejeki juga sih. Dimana rejeki ini berkaitan dengan keiklasan, berkat dan hal² baik yang diterima.
Sampai ada opini yang muncul, "ketika kamu ikhlas maka, berkat baik, rejeki itu akan ngalir, tapi jika sebaliknya maka akan seret."
Saya menyadari, kalau cocoklogi tersebut, ada benarnya. Intinya kita itu jangan simpan kesal, dendam, ketidaksukaan yang mendarah daging, itu akan berbalik ke energi negatif dalam hidup kita sendiri, malah mempersulit rejeki datang. Toh Tuhan ngajarkan kita jadi pemaaf bukan pendendam. <<< catat nih bambang!
Semalam, saya kedatangan teman sejawat, kebetulan ya sharing banyak hal, salah¹ nya topik serupa (yang dibahas diparagraf sebelumnya). Dimana kalau menurut dia, intinya sepemahaman dengan statement tadi. Dia melihat itu dari teman² di sekitar circlenya.
Jadi pada waktu sebelumnya, 'badai' pemangkasan kan sudah terjadi, banyak teman² yang sekitar circlenya, yang dia tahu itu kena dan harus off bekerja. Tapi ternyata dengan temannya itu di off, justru jadi titik balik mendapatkan sesuatu yang lebih baik, dibandingkan jika ketika itu dia (teman² nya yang dipakasa off) bertahan misalnya, berarti apa yang didapat saat ini tidak akan dia dapat, padahal yang dia dapat saat ini itu lebih baik.
Bagi kita atau saya deh, ketika diposisi seperti mereka yang dioff kan bisa saja ada rasa kesal, marah, gak ikhlas dll., tetapi mungkin ya, reaksi dari mereka yang dioff itu positif, ikhlas dan ya pasrah ya sudah lah, mencoba berusaha lagi. Akhirnya itu berbuah dan mereka dapatkan sesuatu lebih baik jika mereka bertahan. Ada yang dapat pekerjaan baru lebih baik, ada yang wiraswasta dll.
Dari situlah saya sendiri berpikiran bahwa kuncinya adalah yaitu tadi, ikhlas dan pasrah, jangan ada kesal dan dendam yang menyertai, sekecil apapun. Supaya berkat baliklah yang diterima, biar urusan karmanya kembali pada yang melakukan.
Dari situ saya mencoba merefleksikan, saya belakangan memang kesal dengan keadaan, dengan mereka yang tidak melegakan eh malah mempersulit keadaan dengan kebijakannya.
Kekesalan itu jadinya terbawa ketika bekerja, alhasil ini jadi penolak hal baik, berkat dan rejeki baik yang seharusnya datang. Seharusnya mereka yang perilakunya tidak memberikan kelegaan bagi orang lain itulah yang tidak dapat berkat baik jadi malah terbalik.
Seharusnya, ketika kita dipojokan pada situasi ycg menguntungkan oleh karena orang itu, maka ikhlaskan saja, doakan yang baik dan buang jauh² hal negatifnya. Supaya hal baiklah yang ada di sekitar kita, kalau aura di sekitar kita baik, tentunya akan menarik hal² baik pula. Entah seperti info pekerjaan baru kah, bertemu dengan orang² baik lainnya kah, dapat kabar² yang baik kah, atau apapun hal baik yang membuat hidup kita jadi terbangun ke arah yang baik.
Ya tidak seperti sekarang ini rasanya seperti kering dan kosong, yang ada hanya rasa kesal dan gondok saja pada mereka yang mempersulit hidup ini.
Saya juga jumpa dengan teman sejawat dulu, tapi sudah 'lulus'. Kita coba flashback ketika dulu saat dia dicampakan, tidak berikan solusi apapun. Sudah begitu, masih dibebankan dengan sisa pekerjaannya yang DIMINTA diselesaikan sebelum dia keluar, gila sih. Sedangkan selama ini bukannya gak bekerja, tapi bagaimana mau mengerjakan, yang bisa dilakukan adalah melakukan pekerjaan yang bisa dikerjakan dan tidak menghambat proses, tapi itu hanya bisa dilakukan oleh yang paham, ketika yang gak paham turun, dipastikan mereka gak bisa apa², otomatis langsung menjudge, "kamu ini kerja gak benar!"
Itulah yang terjadi, bahkan judgement itu keluar dari teman sesama sejawat yang juga sebenarnya nasibnya gak jauh beda dari temannya yang dijudge. Seharusnya sudah bisa sama² mengerti dan memahami, harusnya tidak perlu lah statement memaksa dll., sedikit tenggang rasa lah, memang situasinya gak berpihak sama kita semua (karyawan), lakukan saja yang terbaik. Kepontal² ya jelas, teman mu saja begitu, sekarang kalau teman mu 'lulus' bukan keinginan sendiri pula, dipaksa 'lulus' sama keadaan masa iya kamu masih bebankan itu ke teman mu.
Situasi itu akhirnya membuat teman sejawat saya ini mencoba dan belajar iklas dan hasilnya langsung diganjar, dia dapatkan pekerjaan jauh lebih baik dari mana tempat yang membuang dia. Itulah ganjaran ketika kita sudah pasrah dan iklas aja, wes orang mau ngomong apa, mikirkan diri sendiri saja gak perlu melakukan hal serupa kembali ke orang itu.
Semoga refleksi ini dan teman sejawat yang juga mengalami situasi yang sama ini bisa segera merubah mindset, supaya kedepan untuk lebih ikhlas dan pasrah saja, walau harus berada dengan orang² atau atasan yang tidak punya empati.
Baru aja mencoba ikhlas, 🤣 eh itu di atas sudah 'ngumpat halus', "... walau harus berada dengan orang² atau atasan yang tidak punya empati."
Memang gak mudah sih. Kadang ya reflek begitu saja, blog ini juga kadang jadi sarana menyampaikan apa yang terganjal. Ya semoga dimampukan, "Yok bisa yok!" Masa iya mau begini terus, ya kan. Weslah, gak usah dihiraukan dan abaikan setiap hal (-) yang ada, supaya merubah aura kita jadi (+). Semoga dimampukan ya. -cpr
#onedayonepost
#postingpribadi
#coratcoret
#ikhlaspasrah
#aurapositif
0 Komentar
Tinggalkan jejak, jika anda mampir ;p Terima kasih atas kunjungannya - cocoper6